Gambar Sampul Antropologi · Bab II Dinamika dan Pewarisan Budaya
Antropologi · Bab II Dinamika dan Pewarisan Budaya
Supriyanto

22/08/2021 09:07:04

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Dinamika dan Pewarisan Budaya

47

Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajari dan ingatlah

beberapa kata kuncinya!

Kata Kunci

1.

Kebudayaan

2 .

Integrasi nasional

3.

Bahasa

4.

Seni

5.

Agama

6 .

Dinamika Kebudayaan

Dinamika dan

Pewarisan Budaya

Peta konsep berikut memudahkan kalian dalam mempelajari materi pada bab ini.

Tujuan Pembelajaran:

Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini, diharapkan kalian dapat mengidentifikasi unsur-unsur

proses dinamika dan pewarisan budaya dalam rangka menuju integrasi nasional.

Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajarilah peta konsepnya!

Bab II

Unsur-unsur Budaya

Bahasa

Seni

Agama

Dinamika dan Pewarisan Budaya

meliputi

sebagai

Pewarisan Budaya

pada

Masyarakat

Tradisional

Masyarakat

Modern

menuju

Integrasi Nasional

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

48

Coba kalian renungkan mengapa lingkungan di sekitar tempat tinggal

kalian banyak terdapat berbagai macam benda. Benda-benda tersebut

merupakan hasil karya manusia dengan berbagai manfaat dan fungsinya,

coba kalian perhatikan lagi untuk apa manusia membuatnya?

Kalian tentunya telah mengetahui bahwa untuk mempertahankan

kehidupannya manusia menciptakan sesuatu untuk membantu dan

memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Berbagai peristiwa alam dan

ancamannya membuat manusia harus mampu bertahan karena tidak

semua hal yang terjadi di dunia berdampak baik bagi manusia. Nah, hasil

karya manusia itulah yang disebut sebagai kebudayaan.

Kebudayaan dapat membantu atau menghambat penyesuaian diri

manusia. Kebudayaan memungkinkan orang bertahan hidup dalam

lingkungan fisik yang tidak ramah. Kita tidak dapat hidup tanpa

kebudayaan dan kadang-kadang tidak mudah hidup dalam kebudayaan.

Beragamnya kebudayaan yang muncul di masyarakat akan selalu

mengalami perubahan dan berbeda-beda dalam setiap masyarakat karena

kebudayaan setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur budaya yang

merupakan bagian dari kesatuan yang bersifat mengikat bagi anggotanya.

Untuk itu agar kalian lebih memahami tentang unsur-unsur kebudayaan

yang ada di masyarakat terlebih dahulu mengenali apa yang dimaksud

dengan kebudayaan.

Sumber:

Majalah Garuda Indonesia Juli 1996

Gambar 2.1

Kebudayaan adalah hasil karya manusia yang

dapat digunakan untuk membantu dan memenuhi kebutuhannya

Dinamika dan Pewarisan Budaya

49

A. Apa itu Kebudayaan

Apa saja yang kalian ketahui tentang arti kebudayaan selama ini?

Banyak orang bicara tentang kebudayaan, ada yang menyebut

kebudayaan untuk menyatakan hasil karya manusia yang indah-indah

atau terbatas pada kesenian. Ada juga yang memakai kebudayaan untuk

menyatakan ciri-ciri yang nampak pada sekelompok anggota masyarakat

tertentu yang berbeda dengan kelompok masyarakat yang lain serta ada

pula yang mengartikan kebudayaan untuk menyatakan tingkat kemajuan

teknologi yang didukung oleh tradisi tertentu untuk membedakan

kebudayaan yang belum banyak menggunakan peralatan mesin dan

teknologinya masih terbelakang. Timbul pertanyaan, apakah

sesungguhnya yang dimaksud dengan kebudayaan itu? Coba kalian

jelaskan apa yang sebenarnya disebut dengan kebudayaan. Untuk

mempermudahnya, lihatlah definisi kebudayaan menurut beberapa tokoh

berikut ini.

1.

Definisi Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta

buddhayah

yaitu bentuk jamak dari

buddi

yang berarti budi atau akal.

Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang

bersangkutan dengan akal.

Adapun kata kultur yang berarti juga

kebudayaan merupakan adopsi dari bahasa Inggris

culture

yang berasal

dari bahasa Latin

colere

yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah

atau bertani. Dari arti ini berkembang arti

culture

sebagai segala daya

upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.

Dari sini, Koentjaraningrat memberikan definisi kebudayaan adalah sebagai

keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam

rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar. Coba bandingkan dengan definisi kebudayaan menurut

tokoh-tokoh berikut yang dikutip dari buku Sosiologi Suatu Pengantar,

Soerjono Soekanto (1982).

a.

Sir Edward Burnett Tylor

Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan serta lain-

lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota

masyarakat.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

50

b.

Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan

yang diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam di sekitarnya

agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

Rasa meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma-norma dan nilai-

nilai kemasyarakatan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan

dalam arti yang luas, misalnya: keyakinan, ideologi, maupun kepercayaan.

Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-

orang yang hidup bermasyarakat yang antara lain menghasilkan filsafat

serta ilmu-ilmu pengetahuan baik yang berwujud teori murni mupun yang

telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan masyarakat.

c.

A.L Kroeber dan Clyde Cluckhohn

Kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola tingkah laku dan pola-pola

bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan

diturunkan melalui simbol yang akhirnya mampu membentuk sesuatu

yang khas dari kelompok-kelompok manusia termasuk perwujudannya

dalam benda-benda materi.

d.

E.B Taylor

Kebudayaan adalah kompleks yang

mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan

lain kemampuan-kemampuan serta

kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan

oleh manusia sebagai anggota

masyarakat.

2.

Wujud Kebudayaan

Untuk mempelajari lebih lanjut

tentang kebudayaan maka hal terpenting

kalian harus mengerti tentang wujud-

wujud kebudayaan yang nantinya dapat

memberikan pengertian secara lebih jelas.

Koentjaraningrat, membagi kebudayaan

menjadi 3, yaitu:

Sumber:

Indonesian Heritage 8

Gambar 2.2

Tari Jaipong Salah satu

kebudayaan yang merupakan hasil

karya dan pemikiran manusia adalah

tarian.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

51

a.

Sistem Budaya

Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya biasa disebut sistem

budaya. Ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang mempunyai

ciri-ciri abstrak, tak dapat diraba, atau difoto. Misalnya sebuah hasil

pemikiran yang tertuang dalam buku atau artikel maka keberadaan lokasi

kebudayaan ideal ada pada buku atau artikel tersebut.

b.

Sistem Sosial

Wujud kebudayaan sebagai suatu

kompleks aktivitas serta tindakan berpola

dari manusia dalam masyarakat, disebut

sistem sosial. Terdiri dari aktivitas-aktivitas

manusia yang berinteraksi, berhubungan,

serta bergaul satu dengan lain menurut

waktu dan pola tertentu berdasarkan adat

tata kelakuan.

c.

Artefak

Wujud kebudayaan sebagai benda-

benda hasil karya manusia. Ini jelas sekali

karena merupakan kebudayaan fisik,

dapat terlihat, diraba seperti Candi

Borobudur.

Masyarakat dan kebudayaan memang tidak dapat dilepaskan

tetapi dalam perkembangannya, kebudayaan yang ada di dalam

masyarakat ada yang berdampak positif dan negatif.

Coba diskusikan dan berikan solusi yang tepat supaya beberapa

kebudayaan yang memiliki dampak yang negatif dan tidak sesuai

dengan perkembangan masyarakat tersebut dapat diarahkan supaya

berdampak positif bagi masyarakat. Selain itu coba kalian praktikkan

dan jalankan kebudayaan di daerah kalian yang berdampak positif

dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber:

Indonesian Heritage 9

Gambar 2.3

Candi Borobudur.

Candi merupakan salah satu kebudayaan yang

berbentuk material yangmerupakan hasil karya

manusia. Candi Borobudur merupakan

salah satu tujuh keajaiban dunia yang sangat

terkenal

Analogi Budaya

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

52

B. Unsur-unsur Budaya

Unit terkecil dari kebudayaan disebut unsur (

traits

). Tetapi ada yang

mengatakan bahwa

traits

itu dapat dibagi lagi menjadi unsur yang lebih

kecil disebut

items

. Menurut Hoebel, unsur adalah suatu kesatuan corak

perilaku yang dipelajari dan dianggap tak dapat diperkecil lagi atau produk

nyata yang dihasilkan oleh perilaku tersebut. Setiap kebudayaan terdiri

dari ribuan unsur. Misalnya saja kesenian karawitan apakah dapat disebut

sebagai unsur kebudayaan? Bukan, karena kesenian karawitan merupakan

sekumpulan unsur yang terdiri dari irama, alat-alat karawitan, lagu, lirik,

dan lain-lain. Gabungan semua unsur itu akan membentuk kompleks

kebudayaan yang merupakan sekelompok unsur budaya yang saling

berhubungan.

Kompleks kebudayaan terletak di tengah-tengah unsur dan lembaga.

Ingatkah kalian apa yang dimaksud dengan lembaga sosial itu? Suatu

lembaga sosial adalah serangkaian kompleks kebudayaan yang terpusat

pada kegiatan yang penting. Beberapa kompleks kebudayaan merupakan

bagian dari lembaga. Dari pemahaman konsep-konsep di atas maka dapat

diurutkan bahwa dinamika kebudayaan dimulai dari items - traits - unsur

- kompleks kebudayaan dan yang terakhir adalah lembaga sosial.

Beberapa sarjana antropologi mencoba menjabarkan unsur-unsur

budaya seperti yang tercantum dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar,

Soerjono Soekamto (1982), misalnya Melville J. Herskovits membagi unsur

budaya menjadi 4 yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan

kekuasaan politik. Bronislaw Malinoswky, membagi unsur budaya menjadi

4 juga yaitu:

1.

Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.

2.

Organisasi ekonomi.

3.

Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan.

4.

Organisasi kekuatan.

Menurut C. Kluckhon yang dikutip dari buku Koentjaraningrat (1999)

membagi unsur kebudayaan menjadi tujuh yang terkenal dengan sebutan

Universal Categories of Culture

yaitu:

Dinamika dan Pewarisan Budaya

53

No.

Unsur Kebudayaan

Contoh

1.

Peralatan dan perlengkapan

Pakaian, perumahan, alat-alat

hidup manusia

rumah tangga, senjata, alat-alat

produksi, dan lain-lain.

2.

Mata pencaharian hidup dan Peternakan, pertanian, industri,

sistem-sistem ekonomi

nelayan, sistem konsumsi, sistem

distribusi, sistem produksi, dan

lain- lain.

3.

Sistem kemasyarakatan

Sistem kekerabatan, organisasi

politik, sistem hukum, sistem

perkawinan, dan lain-lain.

4.

Bahasa

Bahasa lisan maupun tertulis.

5.

Kesenian

Seni rupa, seni suara, seni gerak,

dan lain-lain.

6.

Sistem pengetahuan.

7.

Religi (Sistem kepercayaan)

Betapapun kehidupan suatu kelompok

manusia, pasti ia mengembangkan bahasa

sebagai sistem lambang dan sebagai alat

komunikasi untuk mempermudah sesama

anggota menyampaikan pengalaman,

pemikiran dan perasaan. Karena kemampuan

manusia mengembangkan lambang-lambang

yang penuh makna itulah maka ia dapat

menempatkan diri sebagai makhluk yang

tertinggi derajatnya. Sistem religi adalah unsur

kebudayaan yang memberikan pedoman pada

anggota masyarakat dalam memahami

lingkungan semesta dan hubungannya dengan

kekuatan gaib. Sistem pengetahuan sangat

penting artinya sebagai pedoman dalam

menanggapi tantangan yang timbul dan harus

dihadapi dalam proses penyesuaian masyarakat terhadap lingkungannya

dalam arti luas. Sistem teknologi berfungsi memberikan pedoman anggota

masyarakat dalam usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungannya

Sumber:

Dokumen Penerbit

Gambar 2.4

Upacara

perkawinan

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

54

dan cara memanfaatkannya demi kesejahteraan bersama. Sedang sistem

kesenian merupakan unsur kebudayaan yang memberikan pedoman bagi

anggota masyarakat yang bersangkutan untuk menyatakan rasa

keindahan yang dapat dinikmati secara bersama.

1.

Hubungan antara Unsur-unsur Kebudayaan

a.

Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)

T

eknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,

serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul

dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara

mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil

kesenian.

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan

yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam

teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan

fisik), yaitu sebagai berikut.

1)

Alat-alat produktif.

2)

Senjata.

3)

Wadah.

4)

Alat-alat untuk menyalakan api.

5)

Makanan.

6)

Pakaian.

7)

Tempat berlindung dan perumahan.

8)

Alat-alat transportasi.

Apa yang dapat kalian tangkap dari

peristiwa dalam gambar berikut ini

berkaitan dengan perkembangan

budaya? Selain itu coba kalian

praktikkan juga cara menggunakan

komputer dan mencari informasi

melalui internet!

Investigasi Budaya:

Coba kembangkan etos kerja dan wawasan kemutakhiran serta orientasi

kecakapan pada diri kalian!

Sumber:

Ensiklopedi Umum untuk

Pelajar 5

Dinamika dan Pewarisan Budaya

55

b.

Sistem Mata Pencaharian Hidup

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus

pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

1)

Berburu dan meramu.

2)

Beternak.

3)

Bercocok tanam di ladang.

4)

Menangkap ikan.

c.

Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial

1)

Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam

struktur sosial. M, Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu

masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial

dari masyarakat yang bersangkutan.

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga

yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota

kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik,

paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Di masyarakat umum kita juga

mengenal kelompok kekerabatan seperti keluarga inti, keluarga luas,

keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

2)

Organisasi Sosial

Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia

membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang

tidak dapat mereka capai sendiri. Organisasi sosial adalah perkumpulan

sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum

maupun yang tidak berbadan hukum, berfungsi sebagai sarana partisipasi

masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

d.

Bahasa

Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan

manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat

tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan

menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya

atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri

dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan

sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk

masyarakat.

Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai berikut:

1)

Alat berekspresi.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

56

2)

Alat komunikasi.

3)

Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.

Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk:

1)

Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari (fungsi praktis).

2)

Mewujudkan seni (fungsi artistik).

3)

Mempelajari naskah-naskah kuno (fungsi filosofis).

4)

Untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

e.

Kesenian

Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari

ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata

ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,

manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang

sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.

Berdasarkan jenis nilai estetika yang ditampilkan kesenian (budaya

seni) dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

1) Seni rupa,

yaitu benda-benda seni yang menampilkan

keindahannya dalam bentuk wujud atau bentuk misalnya lukisan,

seni patung, seni lukis, atau seni fotografi.

2)

Seni suara,

yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam

bentuk suara, seni suara ini terdiri dari seni suara vokal (manusia),

seni suara instrumental (alat musik), dan seni suara campuran

(perpaduan antara suara manusia dengan alat musik).

3)

Seni gerak

, yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam

bentuk gerakan atau aktivitas. Misalnya seni tari, gerak dan lagu,

senam berirama dan sebagainya.

4)

Seni drama

, yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam

bentuk visualisasi pementasan adegan cerita. Misalnya ketoprak,

wayang orang, lenong, ludruk, dan sebagainya.

Benda-benda seni memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1)

Mengandung nilai estetika.

2)

Berfungsi memberikan penghiburan.

3)

Melekat dengan unsur-unsur kebudayaan yang lain seperti seni

rupa melekat pada model rumah, model mobil, sepeda motor, dan

lain-lain.

4)

Berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan

atau harapan dari kelompok masyarakat yang satu kepada

kelompok masyarakat yang lain.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

57

f.

Sistem Ilmu dan Pengetahuan

Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang

diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.

Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan

berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat

empiris

(trial and error)

.

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:

1)

Pengetahuan tentang alam.

2)

Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya.

3)

Pengetahuan tentang tubuh manusia.

4)

Pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia.

5)

Pengetahuan tentang ruang dan waktu.

Bentuklah kelompok dan lakukan kegiatan berikut ini secara

bersama-sama. Amati dan telitilah perkembangan budaya serta

dampak yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat!

Diskusikan hasil pengamatan kalian serta berikan solusi untuk

mengatasi pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan

kepribadian bangsa Indonesia! Selanjutnya coba kalian tingkatkan

lagi kegiatan yang sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa

Indonesia

g.

Sistem Kepercayaan

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik

manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam

sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya

penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan

manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan

itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak

dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa

alam semesta.

Analogi Budaya:

Coba kembangkan wawasan kebinekaan dan orientasi kecakapan hidup

pada diri kalian!

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

58

Analogi Budaya:

Coba kembangkan etos kerja, rasa keingintahuan dan

wawasan kebinekaan serta orientasi kecakapan pada diri kalian

Setelah kalian mengamati dan meneliti masalah budaya, berikan

suatu gambaran atau ulasan tentang unsur budaya yang

membentuk lingkaran sosial budaya kalian dengan

memperhatikan tujuh unsur budaya yang ada. Jelaskan masing-

masing unsur tersebut dengan memperhatian tabel berikut ini.

Unsur Budaya Cultural Activity Trait Complex

Items

Untuk mengo-

lah tanah meng-

gunakan trak-

tor

Koentjaraningrat membagi hal ini menjadi:

1)

Sistem kepercayaan/religi

2)

Kesusastraan suci

3)

Sistem upacara

4)

Magic

5)

Umat agama.

Sebagian besar

penduduk ber-

mata pencaha-

rian sebagai pe-

tani

Cara-cara ber-

cocok tanam di-

ajarkan oleh pe-

nyuluh dari di-

nas pertanian

misalnya pengo-

lahan tanah

Peralatan dan

perlengkapan

hidup manusia

Mata pencaha-

rian hidup dan

Sistem Ekono-

mi (Contoh)

Sistem Kema-

syarakatan

Bahasa

Kesenian

Sistem Penge-

tahuan

Religi (sistem

kepercayaan)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

No.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

59

C. Bahasa

Setiap hari kalian pasti menggunakan bahasa. Cara kalian dalam

berbahasa dapat menunjukkan kepribadian kalian. Berbahasa dengan baik

dan benar dapat mempermudah dan memperlancar kalian dalam

berkomunikasi

Bahasa merupakan salah satu unsur dari 7 unsur kebudayaan

universal. Suatu kenyataan dan pengalaman bahwa dalam setiap

masyarakat manusia selalu terdapat bahasa yang cukup rumit susunannya.

Dapat dikatakan juga bahwa bahasa bersifat simbolis atau perlambangan.

Artinya suatu perkataan mampu melambangkan arti apapun, walaupun

hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh kata itu tidak hadir. Orang

tua dapat menjelaskan secara mendetail sekali kepada anak-anaknya

mengenai sifat-sifat ular, memerinci panjangnya, besarnya dan warnanya,

bentuknya dan cara-caranya bergerak. Menunjukkan tempat-tempat di

mana anaknya mungkin menemukan ular dan menerangkan kepadanya

bagaimana menghindarkannya. Jadi tanpa pernah melihat ular, anak dapat

menyimpan keterangan lisan itu di dalam ingatannya. Saat sang anak

ketemu ular, ia mungkin teringat akan kata yang menjadi perlambang

untuk binatang itu dan keterangan yang berhubungan dengan itu dan

dengan demikian menjauhkan diri dari bahaya.

Anak memahami bahasa yang

diucapkan orang tuanya ketika bercerita

tentang ular. Kalian memahami bahasa yang

diucapkan orang lain, dan menjawabnya

dengan bahasa yang dipahaminya pula,

sehingga percakapan itu berkembang dan

penuh makna. Menurut Chris Baker (2005)

bahasa lebih tepat dipahami bersifat

konstitutif terhadap nilai, makna dan

pengetahuan. Artinya bahasa memberi

makna pada benda-benda material dan

praktik-praktik sosial, menjadikan benda-

benda dan praktik-praktik itu dapat kita

pahami serta menghadirkannya pada diri kita

dalam batasan yang digariskan oleh bahasa. Bahasa mengkontruksi

makna. Lewat strukturnya, bahasa menentukan makna-makna mana saja

yang bisa atau tidak bisa dipakai dalam kondisi tertentu oleh subjek-subjek

pengguna bahasa.

Sumber:

Kompas Minggu 13 Maret 2005

Gambar 2.5

Bahasa dapat

digunakan oleh orang tua untuk

menjelaskan atau mengajarkan

pengetahuan kepada anak-anaknya.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

60

1.

Strukturalisme

Saussure adalah salah seorang tokoh yang paling berhasil menjelaskan

pemunculan makna dari referensi pada suatu sistem perbedaan yang

terstruktur dalam bahasa, oleh karena itu ia dianggap sebagai tokoh pendiri

strukturalisme. Saussure menyelidiki aturan-aturan dan konvensi-konvensi

yang mengatur bahasa (

langue

), dan bukan penggunaan khusus dan

ujaran-ujaran yang dipakai sehari-hari (

parole

). Strukturalisme pada

umumnya lebih tertarik pada struktur-struktur bahasa dari pada

pemakaian aktualny

a (Chris Baker, 2005 : 90).

Menurut Saussure yang dikutip dari buku Chris Baker (2005 : 90-92),

bahasa mengandung sebuah sistem pemaknaan yang terdiri dari

serangkaian tanda (

signs

) yang dianalisis menurut bagian-bagian

penyusunnya, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda

adalah bentuk-bentuk dan medium yang diambil oleh suatu tanda, seperti

sebuah bunyi, gambar atau coretan yang membentuk kata di suatu

halaman. Sedangkan petanda adalah konsep dan makna-makna.

Hubungan antara petanda dan penanda bersifat tidak pasti, dalam arti

harus selalu demikian. Pengaturan hubungan antara petanda dan penanda

bersifat arbitrer, sehingga binatang yang biasa kita sebut sebagai “kucing”

misalnya bisa saja diwakili oleh penanda yang lain, seperti kuda atau meja.

Menurut Saussure yang dikutip dari buku Chris Baker (2005 : 90-92),

makna diproduksi lewat proses seleksi dan kombinasi tanda-tanda menurut

sumbu sintagmatis dan paradigmatis. Sumbu sintagmatis tersusun dari

kombinasi linear tanda-tanda yang membentuk kalimat sedangkan

paradigmatis menunjuk pada medan tanda (misalnya sinonim) yang

darinya bisa dipilih tanda yang mana pun. Makna terakumulasi seiring

sumbu sintagmatis, sedangkan seleksi dari medan paradigmatis bisa

mengubah makna pada titik mana pun dalam suatu kalimat. Hartley dalam

buku Chris Baker (2005 : 91), memberi contoh berikut :

(Paradigmatis)

Tentara

Pejuang Kemerdekaan

Teroris

Relawan

Hari ini menyerang

Sintagmatis

Penembak

membebaskan

Dinamika dan Pewarisan Budaya

61

Pada sumbu paradigmatis, pemilihan antara pejuang kemerdekaan

dengan teroris akan menghasilkan perbedaan makna yang signifikan. Hal

itu mengubah bagaimana kita memahami karakter dari pelaku dan akan

memengaruhi kombinasi di sumbu sintagmatis karena berdasarkan

konvensi dan meskipun sebenarnya secara gramatikal bisa dibenarkan,

pemilihan kata “teroris” tidak akan dikombinasikan dengan kata

“membebaskan”.

Karakter arbitrer hubungan penanda – petanda menunjukkan bahwa

makna itu mengalir secara kultural dan historis bersifat spesifik, tidak

bersifat tetap dan khusus. Fakta bahwa “teroris” dan “pembebasan”

merupakan suatu kombinasi yang langka juga menunjukkan bahwa

makna itu diatur di bawah kondisi-kondisi sosial – historis yang khas. Culleh

dalam buku Chris Baker (2005 : 91), mengungkapkan “karena sifatnya

yang arbitrer, maka tanda sepenuhnya berada di bawah pengaruh sejarah

dan kombinasi dari suatu penanda dan petanda pada suatu saat tertentu

merupakan akibat dari proses sejarah”.

Strukturalisme berpendapat bahasa memiliki kode-kode kultural.

Salah satu contohnya adalah organisasi dan regulasi warna ke dalam kode

kultural lampu lalu lintas. Menurut Saussure yang dikutip dari buku Chris

Baker (2005 : 92), warna merah baru mempunyai makna dalam relasi

perbedaan antara merah, hijau, biru, dan lain-lain. Tanda-tanda ini

kemudian diatur menjadi suatu urutan yang bisa memunculkan makna

melalui konvensi-konvensi penggunaannya dalam konteks tertentu. Maka

lampu lalu lintas memakai “merah” untuk berhenti, dan “hijau” untuk

menandakan terus. Ini adalah kode kultural yang untuk sementara waktu

menetapkan hubungan antara warna-warna dan makna. Di sini tanda telah

dijadikan kode-kode yang dialamiahkan. Makna terasa begitu gamblang.

(Kita tahu kapan harus berhenti atau terus). Para penganut strukturalisme

sering juga disebut dengan pendukung esensialisme.

2.

Pasca Strukturalisme

Pasca strukturalisme menolak gagasan tentang adanya struktur dasar

(

underlying structure

) yang memunculkan makna. Bahasa bukanlah

sesuatu yang otonom, terlepas dari hubungan antarteks. Menurut pasca

strukturalisme makna selalu tertunda dan berada dalam proses. Makna

tekstual bersifat labil dan tidak bisa dikurung dalam sebuah kata, kalimat

atau teks tertentu. Makna tidak memiliki sumber orisinalitas tunggal

melainkan merupakan hasil hubungan-hubungan antarteks yang disebut

dengan intertekstualitas.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

62

Pasca strukturalisme menggagas bahwa makna hanya ada di dalam

tanda, tidak ada makna di luar tanda yang merupakan suatu bentuk

“representasi” grafis. Menurut Derrida yang dikutip dari buku Chris Baker

(2005 : 99), dalam konteks ini, tulisan berada pada pangkal asal mula

makna. Tulisan adalah

arche writing

yang bermakna tulisan selalu

merupakan bagian dari luar teks dan teks turut membentuk apa yang ada

di luarnya. Jadi tulisan bukanlah semata-mata teks yang ada pada sebuah

halaman. Manusia tidak akan bisa berpikir tentang pengetahuan dan

kebenaran dan kebudayan tanpa adanya tanda atau tulisan. Tulisan adalah

jejak permanen yang selalu sudah (

always already

) ada sebelum persepsi

menyadari dirinya.

Menurut Derrida dikutip dari buku Chris Baker (2005 : 100), makna

terlahir melalui permainan penanda, bukan dari referensi dengan sebuah

objek yang independen. Makna tidak mungkin bisa tetap dan baku. Kata-

kata selalu mengandung banyak makna, yang didalamnya terdapat pula

jejak atau guna makna-makna lain yang berasal dari kata-kata lain (yang

berhubungan) dalam konteks yang berhubungan. Bahasa bersifat non

representasional dan makna secara inheren bersifat tidak stabil dan

karenanya selalu berada dalam pergeseran. Derrida memperkenalkan

Differance

untuk memahami makna kata-kata dari suatu bahasa.

Differance

berasal dari kata

difference

dan

deferral

.

Difference

berarti perbedaan,

sedangkan defferal berarti penundaan. Produksi makna yang terjadi dalam

proses pemaknaan selalu mengalami perbedaan dan penundaan.

Derrida yang dikutip dari buku Chris Baker (101), memberi contoh

kartu pos yang sudah diberi motif tertentu. Menurutnya kartu pos bisa

saja salah sasaran. Kartu pos bisa sampai pada seseorang dan menghasilkan

makna-makna yang sama sekali berbeda dari apa yang dimaksudkan.

Bisa saja karena salah sasaran, makna yang sesungguhnya digantikan oleh

makna yang beredar tanpa sumber atau tujuan yang sepenuhnya pasti.

Nalar tidak mampu memastikan dan mendefinisikan secara permanen

makna dari sebuah konsep. Oleh karena itu makna dari setiap tanda dan

kata selalu mengalami perbedaan dan penundaan dalam proses pemaknaan

oleh orang-orang yang berbeda. Ajaran yang demikian menyebabkan para

penganut pasca struturalisme disebut pendukung antiesensialisme.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

63

Untuk mengingatkan kalian kembali coba renungkan apakah goresan-

coretan di tembok-tembok pinggir jalan adalah karya seni? Apa saja yang

kalian ketahui tentang pengertian seni? Coba simaklah pembahasan berikut

supaya kalian lebih memahaminya lagi.

Menurut Koentjaraningrat (1999), umumnya bagi orang berbahasa

Indonesia, kebudayaan adalah kesenian, yang apabila dirumuskan

memiliki pengertian sebagai berikut: “kebudayaan dalam arti kesenian

adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional,

estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan pancaindera yaitu

penglihat, penghidung, pengecap, perasa, dan pendengar.

Setiap karya seni memiliki struktur umum. Pertama adalah setiap

karya seni memiliki materi karya seni, yaitu sumber asli yang menjiwa

setiap pengalaman estetik (keindahan). Materi seni tentu saja harus dipilih,

diperhitungkan agar dapat memberikan nilai guna dan cita rasa sentuhan

estetis seninya. Untuk memenuhi hal itu, setiap karya seni harus

mempunyai struktur harmoni (kesesuaian) dan struktur ritme.

Fungsi Struktur harmoni

dalam suatu karya seni adalah menegaskan

dan menggolongkan unsur-unsur bahasa estetisnya sehingga karya seni

memiliki keunikan, akibatnya unsur-unsur tersebut menjadi suatu

perbandingan (skala) dari berbagai kemungkinan. Contohnya adalah

tangga nada. Fungsi lainnya adalah struktur harmonisasi memberi titik berat

dan menggariskan unsur-unsur perbandingan, misalnya tekanan-tekanan

yang melahirkan daya tarik tertentu yang unik sifatnya. Contohnya adalah

D. Seni

Strukturalisme/

Esensialisme

Pasca Strukturalisme/

Anti Esensialisme

Bahasa bersifat otonom dan

mengandung pengertian yang bersifat

tetap melalui pengatur tertentu. Setiap

kata memiliki esensi. Oleh karena itu

dalam setiap bahasa terdapat

kebenaran bersifat tetap yang bisa

dicari.

Bahasa tidak bersifat otonom dan

mengandung pengertian yang bersifat

tidak tetap. Setiap kata tidak memiliki

esensi. Oleh karena itu dalam setiap

bahasa tidak ada kebenaran yang

bersifat tetap, memang ada kebenaran

tetapi bersifat sementara.

Secara singkat, perbedaan antara strukturalisme (esensialisme) dengan

pasca strukturalisme (anti esensialisme) adalah sebagai berikut.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

64

modulasi. Fungsi struktur ritme dalam suatu karya seni adalah menentukan

unsur yang diarahkan pada suatu gerak. Gerakan ini memberikan wujud

yang menjadikan gerakan tersebut hidup. Gerakan ini bisa berupa ketidak

gerakan, hentakan dan dengan tempo yang tepat pula.

Struktur umum kedua dari karya seni adalah subyek. Subyek dari

suatu karya seni adalah karya seni itu sendiri. Setiap karya seni memiliki

ide pemikiran yang dapat juga disebut sebagai subjek dari karya seni itu.

Kedua pemahaman mengenai subyek karya seni itu menghadirkan materi

subjek yang khusus yang menjadi penanda dari sebuah karya seni dan

membedakannya dengan karya seni lainnya.

Struktur umum ketiga dari karya seni adalah ekspresi. Ekspresi karya

seni lahir dari pemahaman seniman atas dasar imajinasinya untuk

menemukan makna dan keindahan dari subyek seni. Setiap ekspresi karya

seni dapat dipahami dengan menemukan pemahaman imajinasi

pembuatnya yang terdapat dalam diri, kemurnian dan kebenaran yang

terdapat dalam subyek karya seni itu sendiri.

Seni adalah suatu proses kegiatan atau peristiwa yang sering disebut

dengan kegiatan berkesenian. Bernyanyi, membuat patung, main drama,

dan sebagainya adalah kegiatan berkesenian. Kegiatan berkesenian itu oleh

para seniman dan penikmat seni dapat dipandang sebagai :

1.

penyaluran kekuatan adi-kodrati.

2.

penyaluran bakti (kepada Tuhan, kepada pemimpin).

3.

melestarikan warisan nenek moyang.

4.

sarana atau komponen pendidikan (baik dalam aspek penerusan nilai-

nilai budaya maupun pengembangan kreativitas).

5.

kegiatan bersenang dan berhibur.

6.

sarana pencaharian hidup.

Setiap karya seni memiliki hakekat dengan kemungkinan-

kemungkinan sebagai berikut:

1.

sebagai kekuatan adi kodrati yang menjelma.

2.

sebagai ide yang mewujud.

3.

sebagai energi yang mewujud.

4.

sebagai sarana kesinambungan tradisi.

5.

sebagai wujud kreativitas.

6.

sebagai sarana bersenang.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

65

Analogi Budaya:

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Dewasa ini perkembangan seni sudah sangat pesat sekali, mulai

dari seni musik, seni rupa, dan tari serta pengembangan seni-seni

modern yang merupakan hasil improvisasi dan kreativitas seniman.

Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi

yang tepat supaya keberadaan seni juga menunjang dan

meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga

kelestarian budaya bangsa sehingga tidak hanya berfungsi sebagai

hiburan saja.

E. Agama/Religi/Kepercayaan

Menurut sudut pandang Antropologi, yang diwak

ili oleh Anthony F.C.

Wallace, agama didefinisikan sebagai seperangkat upacara yang diberi

rasionalisasi mitos dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural

dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu

perubahan keadaan pada manusia atau alam. Definisi ini mengandung

pengakuan bahwa, kalau tidak dapat mengatasi masalah serius yang

menimbulkan kegelisahan, manusia berusaha mengatasinya dengan

memanipulasikan makhluk dan kekuatan supernatural. Untuk maksud

tersebut digunakanlah upacara keagamaan.

Menurut Edi Sedyawati, agama adalah suatu sistem yang berintikan pada

kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang mutlak, disertai segala

perangkat yang terintegrasi di dalamnya, meliputi tata peribadatan, tata peran

para pelaku dan tata benda yang diperlukan untuk mewujudkan agama

bersangkutan. Inti kepercayaan suatu religi berhubungan dengan konsep

mengenai kosmos, baik mengenai struktur maupun aspek kejadiannya.

Konsep lainnya adalah pandangan mengenai hidup sesudah mati atau adanya

alam lain di samping alam kehidupan manusia di dunia ini.

Berdasarkan konsep religi (agama) manusia percaya kepada suatu

kekuatan yang dianggapnya lebih tinggi dari dirinya. Menurut

Koentjaraningrat, perilaku manusia yang bersifat religi itu terjadi karena :

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

66

1.

Manusia mulai sadar akan adanya konsep roh.

2.

Manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tak dapat dijelaskan

dengan akal.

3.

Keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis yang senantiasa

dialami manusia dalam kehidupannya.

4.

Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami manusia di alam

sekelilingnya.

5.

Adanya getaran (emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa

manusia sebagai warga dari masyarakatnya.

6.

Manusia menerima suatu firman dari Tuhan.

Dari sudut pandang Antropologi, agama terdiri atas bermacam-

macam ritual, doa, nyanyian, tari-tarian, saji-sajian dan kurban yang

diusahakan manusia untuk memanipulasi makhluk dan kekuatan

supernatural untuk kepentingan dirinya sendiri. Pengenalan terhadap

agama atau religi dalam Antropologi dapat dilakukan dengan mengenali

unsur-unsur religi yang diberikan oleh E. Durkheim, yaitu:

1.

Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia

didorong untuk berperilaku keagamaan.

2.

Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang

bentuk dunia, alam gaib, hidup, maut, dan sebagainya.

3.

Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari

hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan yang

dianutnya.

4.

Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang

mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem upacara-

upacara keagamaannya.

5.

Alat-alat fisik yang digunakan dalam ritus dan upacara keagamaan.

Bagaimanakah wujud dari agama atau religi dalam kehidupan

manusia? Menurut Koentjaraningrat, ada delapan wujud dari agama atau

religi dalam kehidupan manusia, yaitu:

1.

Fetishism, yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan akan

adanya jiwa dari benda-benda tertentu, dan terdiri dari berbagai kegiatan

keagamaan yang dilakukan untuk memuja benda-benda berjiwa itu.

2.

animism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan bahwa

alam sekeliling tempat tinggal manusia dihuni oleh berbagai macam

roh, dan terdiri dari berbagai kegiatan keagamaan guna memuja ruh-

ruh tadi.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

67

3.

animatism, yaitu suatu sistem kepercayaan bahwa benda-benda serta

tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa dan dapat berpikir seperti manusia.

Kepercayaan ini tidak melahirkan berbagai upacara keagamaan.

4.

prae-animism, yaitu bentuk religi berdasarkan kepercayaan pada

kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar biasa, dan terdiri

dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang berpedoman pada

kepercayaan tersebut.

5.

totemism, yaitu bentuk religi dari masyarakat yang terdiri dari

kelompok-kelompok kekerabatan unilineal. Bentuk religi ini didasarkan

pada kepercayaan bahwa kelompok unilineal ini masing-masing berasal

dari para dewa dan leluhur yang masih terikat tali kekerabatan, dan

terdiri dari kegiatan keagamaan untuk memuja mereka serta untuk

mempererat kesatuan dalam kelompok unilineal itu.

6.

polytheism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan akan

adanya suatu hierarki dewa-dewa, dan terdiri dari upacara-upacara

untuk memuja para dewa.

7.

monotheism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan pada

satu dewa, yaitu Tuhan, dan kegiatan-kegiatan upacaranya bertujuan

untuk memuja Tuhan.

8.

mystic, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan kepada satu

Tuhan yang dianggap menguasai seluruh alam semesta, dan terdiri

dari upacara-upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan

Tuhan. Dalam banyak agama manusia berupaya untuk dapat

mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi ada konsep bahwa

manusia menjadi satu dengan Tuhan, berdasarkan nalar bahwa segala

hal di dunia adalah bagian dari Tuhan.

F. Hubungan Bahasa, Seni dan Agama/Religi/

Kepercayaan

Bahasa, seni dan religi adalah tiga hal yang tidak terpisahkan. Dalam

bahasa ada kesenian dan religi. Sebaliknya dalam seni dan agama terdapat

bahasa. Ketiganya merupakan unsur kebudayaan yang universal.

Bahasa, seni dan religi merupakan 3 dari 7 unsur kebudayaan

universal. Bahasa menempati urutan pertama, religi urutan keenam dan

kesenian urutan ke ketujuh. Menurut Robert Sibarani (2002), bahasa

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

68

ditempatkan urutan pertama karena manusia sebagai makhluk biologis

harus berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok sosial. Untuk

mengadakan interaksi dan komunikasi, manusia memerlukan bahasa.

Bahasa merupakan kebudayaan yang pertama dimiliki setiap manusia

dan bahasa itu dapat berkembang karena akal atau sistem pengetahuan

manusia. Dalam proses kehidupannya, manusia kemudian menyadari

dirinya sebagai makhluk yang lemah dalam memenuhi berbagai

kebutuhan hidupnya, maka lahirlah keyakinan didalam diri manusia

bahwa ada kekuatan lain yang maha dahsyat di luar dirinya. Timbul dan

berkembanglah religi. Untuk mengiringi kepercayaan atau sistem religi

itu supaya lebih bersemangat dan lebih semarak maka diciptakanlah seni.

Berdasarkan uraian di atas, hubungan bahasa, seni dan agama/religi/

kepercayaan adalah kesenian menyempurnakan dan menyemarakkan

sistem religi dengan menggunakan media bahasa.

Bahasa, seni dan religi merupakan unsur-unsur kebudayaan universal.

Bahasa menempati urutan pertama. Bahasa adalah induk dari segala

kebudayaan. Atas dasar itu, hubungan bahasa, seni dan religi dapat juga

diperoleh dengan memahami hubungan bahasa dengan kebudayaan.

Menurut Robert Sibarani (2002), fungsi bahasa dalam kebudayaan dapat

diperinci:

1.

Bahasa sebaga sarana pengembangan kebudayaan.

2.

bahasa sebagai penerus kebudayaan.

3.

Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan.

Bahasa sebagai sarana pengembangan kebudayaan mengandung

makna bahwa bahasa berperan sebagai alat atau sarana kebudayaan,

untuk mengembangkan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan Indonesia

dikembangkan melalui bahasa Indonesia. Khazanah kebudayaan

Indonesia dijelaskan dan disebarkan melalui bahasa Indonesia, sebab

penerimaan kebudayaan hanya bisa terwujud apabila kebudayaan itu

dimengerti, dipahami dan dijunjung masyarakat itu sendiri. Sarana untuk

memahami kebudayaan adalah bahasa. Atas dasar itu, hubungan bahasa

dengan kesenian dan religi adalah bahasa sebagai sarana pengembangan

kesenian dan religi. Kesenian dan religi yang ada di Indonesia

dikembangkan melalu bahasa Indonesia. Kesenian dan religi yang tumbuh

dan berkembang di Indonesia adalah kesenian dan religi yang dapat

dimengerti dan dipahami oleh masyarakat Indonesia. Sarana untuk

memahami kesenian dan religi adalah bahasa Indonesia.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

69

Bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan mengandung makna bahwa

bahasa berperan sebagai sarana pewarisan kebudayaan dari generasi ke

generasi. Menurut Robert Sibarani (2002), kebudayaan nenek moyang

yang meliputi pola hidup, tingkah laku, adat istiadat, cara berpakaian,

dan sebagainya dapat kita warisi dan wariskan kepada anak cucu kita

melalui bahasa. Atas dasar itu, hubungan bahasa dengan kesenian dan

religi adalah bahasa berperan sebagai sarana pewarisan kebudayaan dari

generasi ke generasi. Kesenian dan religi nenek moyang kita yang sudah

ada beratus-ratus tahun lalu masih bisa dipelajari oleh kita sekarang hanya

karena bantuan bahasa. Kesenian dan sistem religi yang tertulis dalam

naskah-naskah lama, yang mungkin ditulis beratus-ratus tahun lalu bisa

kita nikmati sekarang hanya karena ditulis dalam bahasa.

Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan mengandung makna

bahwa bahasa berperan dalam penamaan atau pengistilahan suatu unsur

kebudayaan baru sehingga dapat disampaikan dan dimengerti. Menurut

Robert Sibarani (2002), setiap unsur kebudayaan, mulai dari unsur terkecil

sampai unsur terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses pembelajaran

dan pengajaran kebudayaan, nama atau istilah pada unsur kebudayaan

sekaligus berfungsi sebagai inventarisasi kebudayaan tersebut, yang

berguna untuk pengembangan selanjutnya. Atas dasar itu, hubungan

bahasa dengan kesenian dan sistem religi adalah bahasa berperan dalam

penamaan atau pengistilahan unsur-unsur kesenian dan religi baru

sehingga dapat disampaikan dan dimengerti oleh yang menerimanya.

Setiap unsur kesenian dan religi, dari unit yang terkecil sampai yang

terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses pembelajaran dan

pengajaran kesenian dan religi. Nama atau istilah itu digunakan untuk

menginventarisasi kesenian dan religi tersebut untuk pengembangan

selanjutnya.

Bagaimanakah hubungan religi dengan kesenian? Menurut William

A. Haviland (1999), “kesenian harus dihubungkan dengan, tetapi juga

harus dibedakan dari agama. Garis pemisah di antara keduanya tidak

tegas.” Kesenian dan religi sangat berhubungan, hubungan yang erat itu

melahirkan kesenian religi yang biasa digunakan untuk mengiringi

upacara-upacara keagamaan. Dengan diringi berbagai jenis sastra,

nyanyian dan musik, upacara keagamaan berlangsung dengan semarak,

khidmat dan turut membantu mewujudkan situasi dan keadaan yang

membuat umatnya terasa semakin lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha

Esa. Kesenian adalah sebagai sarana penyaluran bakti dan pemujaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

70

Untuk meningkatkan apresiasi kalian terhadap keanekaragaman

agama ikutilah pembahasan berikut ini!

Bagaimanakah hubungan religi dengan kesenian? Kesenian juga

menunjukkan identitas agama tertentu. Musik rebana, khasidah,

nasyid merujuk kepada agama Islam. Sorban, baju koko, dan sarung

merujuk kepada agama Islam. Musola (langgar) dan masjid merujuk

kepada bangunan-bangunan agama Islam. Lagu rohani bernuansa

berbagai jenis musik merujuk kepada agama Katolik dan Kristen.

Salib, gambar Tuhan Yesus dan Bunda Maria merujuk kepada agama

Kristen dan Katolik. Gereja merujuk kepada bangunan agama

Katolik dan Kristen. Kuil dan Pura dengan berbagai ornamennya

merujuk pada agama Budha dan Hindu.

Analogi Budaya:

Coba Kembangkan Apresiasi Terhadap

Keanekaragaman Agama Kalian!

G. Fungsi Bahasa, Seni, dan Agama/Religi/Kepercayaan

1.

Fungsi Bahasa

Setiap bahasa mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi kebudayaan,

fungsi kemasyarakatan, fungsi perseorangan dan fungsi pendidikan.

Keempat fungsi bahasa itu saling berhubungan satu sama lain, sebab

perseorangan adalah anggota masyarakat yang hidup dengan pola-pola

kebudayaan yang diwariskan melalui pendidikan. Dalam bahasan

Antropologi, bahasa dipelajari dalam kaitannya dengan kebudayaan.

Fungsi bahasa dalam kebudayaan dapat dipahami dari hubungan antara

bahasa dengan kebudayaan. Menurut Robert Sibarani (2002 : 36) ada

banyak hubungan antara bahasa dengan budaya.

Beberapa dari hubungan antara bahasa dengan kebudayaan akan

dibahas untuk menemukan fungsi bahasa dalam konteks kebudayaan.

Pertama

, bahasa adalah hasil kebuday

aan. Artinya, bahasa yang

dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat adalah

refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut.

Contohnya adalah bahasa hanya mempunyai makna dalam latar budaya

yang menjadi wadahnya. Sering terjadi, bentuk bahasa sama tetapi

Dinamika dan Pewarisan Budaya

71

memiliki makna yang berbeda karena perbedaan kebudayaan yang

menjadi wadahnya. Berikut ini diberikan bentuk bahasa yang sama dalam

bahasa Sunda dan Jawa tetapi dengan makna yang berbeda:

1.

2.

3.

4.

5.

No.

amis (manis)

gedang (pepaya)

raos (enak)

atos (sudah)

cokot (ambil)

Bahasa Sunda

amis (amis)

gedang (pisang)

raos (rasa)

atos (keras)

cokot (gigit)

Bahasa Jawa

Atas dasar itu, fungsi bahasa adalah menunjukkan kebudayaan dan

cara mereka memaknai setiap kata atas dasar latar belakang kebudayaan

mayarakat penggunanya.

Kedua

, hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa yang

digunakan seseorang menunjukkan cara pandang seseorang terhadap

dunia atau realitas serta memengaruhi tingkah lakunya. Penutur bahasa

yang berbeda akan memandang dunia secara berbeda. Buktinya adalah

penutur suatu bahasa memiliki kata-kata tertentu untuk suatu benda

sedangkan penutur bahasa yang lain tidak memiliki kata-kata untuk benda

itu, maka penutur bahasa yang pertama akan lebih mudah berbicara

tentang benda-benda tersebut. Atas dasar itu, bahasa berfungsi

menunjukkan cara pandang seseorang terhadap dunia atau realitas serta

mempengaruhi tingkah lakunya.

Ketiga

, hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahwa bahasa

merupakan persyaratan kebudayaan. Maknanya adalah :

a.

Bahasa merupakan persyaratan kebudayaan secara diakronis karena

kita mempelajari kebudayaan melalui bahasa. Kita dididik orang tua,

diberi nasehat dan diberikan ucapan selamat dengan menggunakan

bahasa.

b.

Bahasa merupakan persyaratan kebudayaan karena materi atau

bahan pembentuk bahasa sama jenisnya dengan materi atau bahan

pembentuk keseluruhan bahasa, yakni relasi logis, oposisi, korelasi

dan sebagainya.

Dalam bahasa “plesetan” yang berkembang di Indonesia tergambar

budaya masyarakat Indonesia. Misalnya “plesetan” SUMUT menjadi

Semua Urusan Meski Uang Tunai.

Gelar MBA menjadi

Mulai Botak Atas.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

72

M.Sc dipelesetkan menjadi

Mantan Supir Camat.

Dan sebagainya. Atas

dasar itu, bahasa berfungsi sebagai sarana untuk mempelajari kebudayaan.

Keempat

, hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa

mempererat atau memperintim hubungan masyarakat penuturnya.

Menurut

Robert Sibarani (2002)

, “andaikanlah ada dua pasang orang

Indonesia yang tinggal di luar negeri. Pasangan pertama sama-sama

mengerti bahasa Indonesia, tetapi satu orang dari pasangan kedua tidak

dapat berbahasa Indonesia, hubungan emosional mereka akan berbeda.

Hubungan emosional pasangan pertama lebih erat daripada hubungan

emosional pasangan kedua”. Atas dasar itu, bahasa berfungsi mempererat

dan memperintim hubungan masyarakat penuturnya.

Berdasarkan uraian terdahulu mengenai bahasa, maka fungsi bahasa

dalam kajian Antropologi meliputi :

a.

Bahasa sebaga sarana pengembangan kebudayaan.

b.

Bahasa sebagai penerus kebudayaan.

c.

Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan.

d.

Bahasa menunjukkan kebudayaan dan cara mereka memaknai setiap

kata atas dasar latar belakang kebudayaan masyarakat penggunanya.

e.

Bahasa menunjukkan cara pandang seseorang terhadap dunia atau

realitas serta mempengaruhi tingkah lakunya.

f.

Bahasa sebagai sarana untuk mempelajari kebudayaan.

g.

Bahasa berfungsi mempererat dan memperintim hubungan

masyarakat penuturnya.

2.

Fungsi Seni

Setiap kebudayaan manusia pasti memiliki kesenian. Fungsi kesenian

dalam setiap kebuday

aan menurut William A. Haviland adalah untuk

menambah kenikmatan pada hidup sehari-hari, menentukan norma untuk

perilaku yang teratur, meneruskan adat kebiasaan dan nilai-nilai

kebudayaan dan menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang

bersangkutan.

Manusia sering menikmati seni, seperti menonton teater, film,

membaca komik, mengamati lukisan serta bernyanyi hanya untuk

memperoleh hiburan semata dan melepaskan segala kepenatan dan

kejenuhan. Ini adalah fungsi kesenian sebagai penambah kenikmatan pada

kehidupan sehari-hari. Selain itu, kesenian memiliki fungsi yang bersifat

praktis dan berguna dalam kehidupan manusia. Seperti untuk menentukan

Dinamika dan Pewarisan Budaya

73

norma perilaku yang teratur, dapat kita temukan pada dongeng dan

legenda, yaitu Maling Kundang dan Sangkuriang. Kesenian juga, seperti

lagu, cerita rakyat dan sebagainya berfungsi sebagai sarana untuk

mewariskan kebudayaan. Ketika kita menyanyikan lagu Indonesia Raya

dengan penuh penghayatan, kita serasa menjadi satu, hal ini menunjukkan

bahwa kesenian juga memiliki fungsi praktis yaitu sebagai solidaritas sosial.

Bilakah kesenian berfungsi? Sebuah kesenian baru bisa disebut

berfungsi bila ia mampu menimbulkan suara kelepak riak sekecil apapun.

Tandanya adalah kesenian itu mengundang tanda tanya, ia menggugat

ketenangan hidup yang mapan semu. Ia menimbulkan polemik dan

mengajak orang untuk mengomentari. Kesenian menjadi penimbul hidup,

menggugah tidurnya kesadaran orang untuk berpikir. Mengajak orang

untuk berpikir dalam nuansa baru yang sebelumnya tenggelam dalam

rutinitas dan kemapanan hidup sehari-hari. Singkatnya, seni itu berfungsi

apabila ia mampu memperdalam kesadaran manusia terhadap kehidupan

atas dasar kejujuran.

Tanda apa lagi yang menunjukkan bahwa kesenian itu berfungsi?

Tanda lainnya adalah seni tampil sebagai peristiwa yang involutif dan

transformatif. Seni involutif adalah seni yang hanya menunjukkan

kepedulian pada kepentingan sendiri dan hidup seni itu sendiri atau hanya

menghibur diri sendiri. Seni transformatif adalah seni yang menampilkan

kepedulian terhadap nasib-nasib orang lain terutama mereka yang terdesak

oleh yang kuat dan mampu menunjukkan jalan kesadaran atau perubahan

mengenai struktur mana yang harus ditempuh agar terjadi perbaikan

nasib, baik dalam keadilan, sikap menghormati hak-hak dasar manusia

ataupun lainnya.

Apakah fungsi kesenian? Menurut William A. Haviland (1999), “di

samping menambah kenikmatan pada hidup sehari-hari, kesenian yang

beraneka ragam mempunyai sejumlah fungsi. Mitos, misalnya menentukan

norma untuk perilaku yang teratur, dan kesenian verbal pada umumnya

meneruskan adat kebiasaan dan nilai-nilai kebudayaan. Nyanyian juga

dapat berfungsi seperti itu, dalam batas-batas yang ditimbulkan oleh bentuk

musik. Dan setiap bentuk kesenian dapat menambah eratnya ikatan

solidaritas masyarakat yang bersangkutan.”

Apakah fungsi seni? Menurut Edi Sedyawati (2006), “kesenian

memiliki fungsi sosial, tidak jarang dalam suatu masyarakat tertentu

terdapat pengalokasian wewenang khusus kepada suatu golongan

masyarakat tertentu untuk menjalankan atau memiliki suatu bentuk

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

74

ungkapan seni tertentu. Pihak yang mempunyai, atau mendapat

kewenangan khusus itu kebanyakan terkait dengan posisinya yang tinggi

dalam sistem pemerintahan, atau kemampuan religiusnya yang istimewa.”.

Berdasarkan uraian terdahulu, dapat diidentifikasi bahwa fungsi

kesenian dalam kehidupan manusia meliputi :

a.

Kesenian berfungsi sebagai sarana berpikir kreatif dan mewujudkan

kreatifitas dalam kehidupan manusia.

b.

Kesenian berfungsi sebagai sarana manusia untuk bersenang-senang.

c.

Kesenian berfungsi sebagai sarana menambah kenikmatan hidup

sehari-hari.

d.

Kesenian berfungsi sebagai norma untuk mengarahkan perilaku yang

teratur.

e.

Kesenian berfungsi sebagai sarana untuk menambah eratnya ikatan

solidaritas masyarakat yang bersangkutan.

f.

Kesenian berfungsi untuk menunjukkan identitas dan kelas sosial

pemilik dan penggunanya.

g.

Kesenian berfungsi sebagai sarana untuk menyatakan bakti kepada

Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan beragama manusia.

3.

Fungsi Agama/Religi/Kepercayaan

Agama adalah suatu kepercayaan yang melahirkan pola perilaku

tertentu guna menangani dan mengatasi masalah-masalah penting yang

tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan teknologi dan teknik

Sumber:

Indonesian Heritage 8

Gambar 2.6

Salah satu fungsi kesenian adalah menambah

kenikmatan dan sebagai hiburan bagi masyarakat

Dinamika dan Pewarisan Budaya

75

organisasi yang diketahuinya. Agama menjawab berbagai pertanyaan

yang tidak dapat dijawab oleh pikiran dan akal manusia. Untuk segala

masalah yang tidak teratasi dan masalah yang tidak terjawab, manusia

berpaling dan berpasrah pada satu Oknum Yang Maha Kuasa dan Maha

Tahu yang kita sebut dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut William A. Haviland (1999), Religi/kepercayaan memiliki

fungsi psikologis dan sosial. Fungsi psikologis religi/agama/kepercayaan

meliputi :

a.

Agama mengurangi kegelisahan dengan menerangkan apa yang tidak

diketahui dan membuatnya dapat dipahami. Agama memberikan

jawaban terhadap segala sesuatu yang tidak dapat dapat dipahami oleh

akal manusia dan membuatnya menjadi logis. Menjadikan sesuatu

yang irrasional menjadi rasional, yang tidak dapat dipahami menjadi

dipahami, proses ini mengurangi kegelisahan dan ketakutan manusia.

b.

Memberi ketenangan karena percaya bahwa ada bantuan supernatural

yang dapat diharapkan pada waktu menghadapi malapetaka. Dalam

setiap agama/religi, selalu ada anggapan tentang kekuatan supernatu-

ral yang dapat dimintai bantuan oleh manusia dalam setiap krisis

atau kesulitan yang dihadapinya. Agama menjadi sarana untuk

mengatasi krisis, karena secara teoritis, bantuan Illahi dapat diperoleh

kalau semua usaha lainnya mengalami kegagalan.

c.

Agama berisi ketentuan-ketentuan moralitas, yang dianggap sebagai

ketentuan Illahi. Hal ini membebaskan manusia dari beban tanggung

jawab atas suatu keputusan penting yang harusnya diambil karena

dialihkan ke religi/agama dan kekuasaan Ilahi.

Ada beberapa fungsi sosial dari agama/religi/kepercayaan dalam

kehidupan manusia, yaitu terdiri dari :

a.

Memberi sanksi kepada sejumlah besar tata kelakuan. Agama

memegang peranan penting dalam pengendalian sosial. Dalam agama

terdapat pengertian tentang perbuatan baik dan jahat. Bila orang

berbuat baik, maka ia direstui oleh sesuatu kekuatan supernatural. Bila

orang berbuat jahat, maka ia akan mendapat pembalasan sanksi dari

kekuatan supernatural yang dipercayai itu. Hal ini mendorong orang

untuk selalu berbuat baik dan menghindari sifat dan perbuatan jahat.

b.

Memelihara solidaritas sosial. Setiap religi/agama memiliki pemuka-

pemuka agama yang menjadi pusat perhatian umat, yang dapat

berfungsi sebagai unsur pembantu dalam memelihara solidaritas sosial.

Pelaksanaan upacara keagamaan menghadirkan adanya persamaan

dasar pada setiap orang yang mengikuti upacara keagamaan itu, hal

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

76

ini tentu saja ikut mempererat persatuan dan memperkuat identifikasi

orang dengan kelompoknya.

c.

Menyelenggarakan pendidikan. Upacara-upacara keagamaan sering

didahului oleh kursus-kursus kilat kepada para pesertanya. Terjadi

proses transformasi sikap dan perbuatan melalui pewarisan nilai-nilai

agama dari tokoh agama kepada para penganut agama/religi yang

bersangkutan. Upaca-upacara keagamaan memberikan peristiwa

yang sukar dilupakan dan berfungsi sebagai sarana pendidikan yang

sangat efektif dalam membentuk sikap perilaku yang bersangkutan.

Sebuah masyarakat atau kelompok sosial tertentu selalu mengalami

perubahan baik secara lambat maupun cepat. Masyarakat di kota maupun

desa, masyarakat terasing maupun masyarakat modern pasti mengalami

perubahan. Hal ini akibat adanya interaksi antarmanusia dan

antarkelompoknya. Keinginan kuat setiap manusia untuk selalu

mengadakan hubungan yang saling mempengaruhi ini tidak terlepas dari

hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan

bantuan dan kerja sama orang lain. Coba kalian perhatikan sejak reformasi

bergulir pada pertengahan tahun 1998, telah terjadi berbagai perubahan

yang sangat cepat di berbagai bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan

maupun pertahanan keamanan.

Sumber:

Kompas, 20 Agustus 2005

Gambar 2.7

Manusia melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok lain

sebagai salah satu bentuk adaptasi manusia terhadap lingkungannya.

Analogi Budaya:

Coba kembangkan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Apakah kalian gemar menyanyi atau menari?

Coba berikan pendapat kalian mengenai fungsi seni dalam kehidupan

sosial dan peragakan!

Dinamika dan Pewarisan Budaya

77

Perubahan-perubahan tersebut

terwujud dalam pola-pola perilaku

sebagai sebuah nilai atau norma yang

disepakati bersama. Seperangkat pola

perilaku yang ada di masyarakat itulah

secara sederhana dapat disebut

kebudayaan sehingga kebudayaan

sangat penting bagi setiap manusia

untuk melakukan adaptasi dengan

lingkungan sekitar. Tahukah kalian

bahwa kebudayaan itu bukan

merupakan warisan biologis yang

langsung diturunkan kepada manusia

tetapi harus melalui sebuah proses

pewarisan atau sosialisasi karena

kebudayaan adalah sesuatu hal yang

harus dipelajari oleh manusia. Tentu saja kebudayaan akan selalu

mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman agar adaptasi

yang dilakukan manusia dapat berjalan. Perubahan kebudayaan inilah

yang disebut sebagai dinamika kebudayaan.

H. Dinamika Kebudayaan

Sebelumnya kita telah mempelajari tentang pengertian, wujud,

maupun unsur kebudayaan. Dalam bab ini kalian akan mempelajari

tentang dinamika sebuah kebudayaan yang tentu saja selalu mengalami

pergeseran sehingga disebut dinamika (selalu berubah). Suatu peristiwa

atau fenomena kebudayaan sebagai proses yang sedang berjalan atau

bergeser disebut dinamika kebudayaan. Untuk mempelajari tentang

dinamika kebudayaan maka kalian akan diperkenalkan tentang konsep-

konsep penting dalam dinamika kebudayaan, yaitu:

1.

Sosialisasi

Seorang bayi yang baru dilahirkan merupakan makhluk tak berdaya

karena dilengkapi dengan naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh karena

itu manusia mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan

yang tidak diisi oleh naluri. Kemudian manusia membuat seperangkat sikap

dan nilai, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi,

Sumber:

Tempo 16 November 2003

Gambar 2.8

Telepon merupakan

barang elektronik yang memiliki

teknologi komunikasi

yang mampu melakukan pembicaraan

jarak jauh.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

78

dan konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya. Keseluruhan

kebiasaan yang dimiliki manusia harus dipelajari oleh setiap anggota baru

suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi yaitu

suatu proses di mana seorang menghayati (mendarahdagingkan -

inter-

nalize

) norma-norma kelompok di mana manusia hidup, sehingga

timbullah 'diri' yang unik. Menurut Peter Berger, sosialisasi adalah proses

melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang

berpartisipasi dalam masyarakat. Proses sosialisasi ini berhubungan dengan

proses mempelajari kebudayaan dalam sistem sosial tertentu. Menurut

Koentjaraningrat, sosialisasi adalah proses individu dari masa anak-anak

hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan

segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki bermacam-

macam status dan menjalankan berbagai peranan sosial.

2.

Asimilasi

Menurut Soerjono Soekanto,

asimilasi merupakan proses sosial yang

ditandai dengan adanya usaha-usaha

mengurangi perbedaan-perbedaan

yang terdapat antara orang-perorangan

atau kelompok-kelompok manusia

yang meliputi usaha-usaha untuk

mempertinggi kesatuan tindak, sikap,

dan proses mental dengan

memperhatikan tujuan dan kepentingan

bersama.

Artinya, apabila orang-orang

melakukan asimilasi ke dalam suatu

kelompok manusia atau masyarakat

maka tidak lagi membedakan dirinya

dengan kelompok tersebut. Secara

singkat proses asimilasi adalah

peleburan dua kebudayaan menjadi

satu kebudayaan. Tetapi hal ini tidak semudah yang dibayangkan karena

banyak faktor yang mempengaruhi suatu budaya itu dapat melebur

menjadi satu kebudayaan. Adapun faktor-faktor yang mempermudah

terjadinya asimilasi adalah:

a.

Adanya sikap toleransi terhadap kebudayaan lain.

b.

Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.

Sumber:

Dokumen Penerbit

Gambar 2.9

Pasar Tradisional

Kesempatan yang seimbang di bidang

ekonomi menyebabkan berbaurnya

masyarakat dengan keanekaragaman

budaya yang berbeda

sehingga ancaman disintegrasi bangsa

tidak terjadi.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

79

c.

Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.

d.

Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.

e.

Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.

f.

Perkawinan campuran (

amalgamation

).

g.

Adanya musuh dari luar.

Sedangkan faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi

adalah:

a.

Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.

b.

Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.

c.

Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.

d.

Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu

lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.

e.

Perbedaan ciri-ciri badaniah seperti warna kulit.

f.

In-group feeling

(perasaan yang kuat) terhadap budaya kelompoknya.

g.

Apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari

golongan yang berkuasa.

Sumber:

Garuda Indonesia Juli 1996

Gambar 2.10

Suku Dayak Letak suku yang terpencil menyebabkan sulit menerima

kebudayaan lain terutama yang berbau peradaban/teknologi.

3.

Akulturasi

Menurut Koentjaraningrat, akulturasi dapat diartikan sebagai suatu

proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan

kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu

kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur

kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam

kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

80

kebudayaan itu sendiri. Proses

akulturasi yang berlangsung baik

dapat menghasilkan integrasi unsur-

unsur kebudayaan asing dengan

unsur-unsur kebudayaan sendiri.

Yang paling mudah menerima

kebudayaan asing adalah generasi

muda. Coba kalian amati begitu

mudahnya kalian menerima

perkembangan model rambut

penyanyi Barat atau model pakaian

artis luar negeri. Biasanya unsur-unsur

kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan

kebendaan, peralatan-peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan

sangat bermanfaat seperti komputer,

handphone

, mobil, dan sebagainya.

Sedangkan unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur

kebudayaan yang menyangkut ideologi, keyakinan atau nilai tertentu yang

menyangkut prinsip hidup seperti komunisme, kapitalisme, liberalisme,

dan lain-lain.

4.

Difusi

Merupakan penyebaran unsur-

unsur kebudayaan yang terjadi

melalui pertemuan-pertemuan antara

individu-individu dalam suatu

kelompok dengan individu dalam

kelompok lainny

a. Ada tiga cara

dalam penyebaran kebudayaan, yaitu

simbiotik, penetration pacifique

, dan

penetration violence

. Penyebaran

kebudayaan

simbiotik

masing-masing

kebudayaan masih memegang

kebudayaan sendiri jadi tidak ada

perubahan kebudayaan. Penyebaran

yang kedua, unsur budaya asing yang

masuk tidak dilakukan dengan sengaja dan tanpa unsur paksaan. Berbeda

dengan penyebaran budaya yang ketiga yaitu

penetration pacifique

yang

memasukkan unsur kebudayaan dengan peperangan, penaklukan, atau

penjajahan. Ini yang banyak terjadi di Indonesia. Pernahkah kalian melihat

Sumber:

Media Indonesia, 7 November 2006

Gambar 2.11

Mobil, salah satu unsur

kebudayaan yang telah diterima oleh

masyarakat sebagai sarana transportasi

Sumber:

Indonesian Heritage 3

Gambar 2.12

Penjajahan yang

dilakukan Belanda selama 3,5 abad

menghasilkan penyebaran budaya

arsitektur gedung-gedung di Indonesia.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

81

gedung-gedung yang merupakan peninggalan Belanda? Atau masih

terpakainya istilah-istilah Belanda di perkebunan-perkebunan besar di In-

donesia?

5.

Inovasi

,

Discovery,

dan

Invention

Adalah istilah-istilah yang berkaitan dengan penemuan teknologi baru.

Inovasi adalah suatu proses pembaharuan dari penggunaan sumber-sumber

alam, energi, modal, pengaturan, baru dari tenaga kerja, penggunaan

teknologi, sistem produksi, maupun produk baru yang didapat melalui

proses

discovery

dan

invention

.

Discovery

adalah suatu penemuan dari suatu

kebudayaan yang baru baik yang berupa suatu alat baru maupun ide

yang diciptakan individu atau kelompok individu dalam masyarakat yang

bersangkutan. Sedangkan

invention

adalah ketika

discovery

dapat diterima,

diakui, dan diterapkan oleh masyarakat secara luas. Menurut

Koentjaraningrat, ada tiga faktor yang mendorong seseorang melakukan

dan mengembangkan penemuan baru yaitu:

a

.

Kesadaran para anggota masyarakat akan kekurangan dalam unsur

kebudayaannya.

b.

Mutu dari keahlian kebudayaan.

c.

Sistem perangsang bagi aktifitas mencipta atau menemukan dalam

masyarakat.

Misalnya saja perkembangan

penemuan

handphone

mulai dari gambar

hitam putih menjadi berwarna, dari

sebagai alat komunikasi menjadi alat

untuk memfoto atau merekam. Perkem-

bangan teknologi yang terbaru adalah

dapat mengakses chanel televisi. Ini

merupakan perkembangan teknologi

yang akan terus mengalami perubahan

sesuai dengan kebutuhan dan kepen-

tingan masyarakat.

Selain konsep-konsep dalam kebu-

dayaan tersebut, terdapat istilah-istilah

kebudayaan lainnya yang dapat di-

gunakan dalam memberikan analisis

dinamika kebudayaan.

Sumber:

Kalender

Gambar 2.13

Teknologi handphone

yang terus maju jika dimanfaatkan

dengan baik dapat meningkatkan

kesejahteraan hidup

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

82

Analogi Budaya:

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!

Teknologi komunikasi

handphone

akhir-akhir ini telah

berkembang sangat canggih sehingga interaksi dan komunikasi

sekarang berbeda dengan zaman dulu, yang lebih akrab dengan cara

bertatan muka langsung.

Coba diskusikan dengan teman-teman kalian bagaimana solusi

yang tepat supaya penemuan dan perkembangan teknologi seperti

handphone

tersebut tidak merusak bentuk interaksi sosial yang telah

ada seperti bertatap muka langsung, akrab, dan kekeluargaan,

sehingga hubungan baik dan kekeluargaan antaranggota

masyarakat tetap terjaga.

Kebudayaan Khusus

(Subcultures)

dan Kebudayaan Tandingan

(Counter Cultures)

Setiap masyarakat modern meliputi

beberapa kelompok orang yang

memiliki sejumlah kebudayaan yang

tidak dimiliki oleh kelompok lain.

Kebudayaan yang khusus dalam

kelompok kita mencakup pekerjaan,

agama, suku bangsa, daerah, kelas

sosial, usia, jenis kelamin, dan lain-lain.

Misalnya saja anak muda sekarang

memiliki gaya pakaian, rambut dan

bahasa sendiri yang kadangkala tidak

dimengerti oleh orang lain. Inilah yang

disebut kebudayan khusus. Sedangkan

kebudayaan tandingan adalah

kebudayaan khusus yang berlawanan

dengan kebudayaan induk. Misalnya

saja geng kenakalan. Ini bukanlah suatu

kelompok tanpa norma atau nilai-nilai moral tetapi kelompok tersebut

memiliki norma dan nilai moral yang bersifat memaksa. Para remaja yang

terbiasa dalam kebudayaan tandingan menentang norma-norma

kebudayaan induk.

Sumber:

Tempo, 26 Maret 2006

Gambar 2.14

Anak-anak remaja

sekarang ini banyak yang melakukan

perilaku tidak sesuai dengan norma

umum tetapi lebih memilih membuat

kebudayaan tandingan yang berbeda

dari kebudayaan induk dan menyimpang

dari norma umum

Dinamika dan Pewarisan Budaya

83

Kebudayaan Real dan Kebudayaan Ideal

Kebudayaan

ideal

mencakup tata kelakuan dan kebiasaan yang secara

formal disetujui yang diharapkan diikuti oleh banyak orang (norma-norma

budaya) sedangkan kebudayaan

real

mencakup hal-hal yang betul-betul

mereka laksanakan. Misalnya saja larangan untuk tidak minum-minuman

keras karena mengakibatkan seseorang individu mabuk dan bersikap tidak

rasional lagi. Tetapi kenyataannya banyak toko-toko yang menjual

minuman ini bahkan adanya diskotik-diskotik cenderung menampilkan

sisi negatif dari kehidupan malam termasuk minuman keras. Ini

menggambarkan bahwa antara kebudayaan

real

dan kebudayaan

ideal

tidak bisa sejalan.

Sumber:

www.TempoPhoto.com

Gambar 2.15

Orang-orang yang sedang mabuk akibat minuman keras

Bukti bahwa kebudayaan ideal kadang-kadang tidak sejalan dengan kebudayaan real.

Aturan yang melarang seseorang minum-minuman keras, tetap membuat orang-

orang melakukan kegiatan tersebut secara sembunyi-sembunyi

I. Faktor Pendorong Dinamika Kebudayaan

Untuk melihat suatu fenomena yang dapat mendorong terjadinya

dinamika kebudayaan dapat dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan

Faktor Eksternal. Ini untuk memudahkan dalam memberikan analisis suatu

dinamika kebudayaan.

1.

Faktor Internal

a.

Faktor Perubahan Penduduk

P

eningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat

menjadi faktor penyebab timbulnya dinamika budaya. Menurut Malthus,

peningkatan jumlah penduduk cenderung mengurangi persediaan pangan,

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

84

menciptakan kelebihan penduduk, dan penderitaan kecuali jika orang

mampu mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan cara menunda

perkawinan. Hal ini yang terjadi di Indonesia di mana pesatnya

pertumbuhan penduduk mengakibatkan berbagai persoalan sosial budaya

seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan lain-lain. Begitu juga

sebaliknya, ketika terjadi penurunan jumlah penduduk juga dapat

mengakibatkan kurangnya sumber daya manusia yang tentu saja akan

mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat tersebut. Misalnya

terjadinya urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota) secara

besar-besaran menyebabkan kurangnya tenaga kerja di bidang pertanian

yang menjadi komoditi utama daerah pedesaan. Tentu saja ini berpengaruh

pada sistem sosial yang ada.

Trend

perubahan penduduk juga dapat dilihat dari terjadinya migrasi

penduduk yang banyak dilakukan oleh negara-negara berkembang

termasuk Indonesia. Misalnya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

ke luar negeri merupakan suatu contoh kasus migrasi. Akibat dari migrasi

ini, TKI mempunyai pola perilaku dan norma-norma yang sudah

mengalami percampuran dengan budaya negara tujuan. Ini jelas

mempengaruhi sistem sosial budaya yang ada di masyarakat.

Sumber:

Tempo, 16 November 2003

Gambar 2.16

Salah satu contoh kasus migrasi adalah pengiriman tenaga

kerja Indonesia ke luar negeri

b.

Adanya Penemuan Baru

Penemuan merupakan persepsi manusia yang dianut secara bersama,

mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan

menambahkan sesuatu yang baru pada kebudayaan karena meskipun

hal itu lama ada tetapi baru menjadi bagian dari kebudayaan pada saat

Dinamika dan Pewarisan Budaya

85

ditemukan. Artinya, penemuan baru menjadi suatu faktor dalam

mempercepat dinamika budaya apabila penemuan tersebut

didayagunakan. Adanya penemuan baru di berbagai kehidupan sosial dan

budaya masyarakat akan memberi pengaruh yang luas pada berbagai

kehidupan masyarakat. Pengaruh itu berdampak pada terciptanya perilaku

sosial dan adat istiadat yang baru di antara golongan masyarakat tersebut

selain menggeser nilai dan norma sosial yang lama.

Misalnya adalah penemuan teknologi komputer memungkinkan or-

ang mengerjakan segala kegiatan lebih cepat dibanding dengan

menggunakan mesin ketik. Ini mendorong manusia untuk selalu

menemukan suatu peralatan teknologi yang lebih canggih lagi sehingga

memudahkan pekerjaan manusia.

Sumber:

Tempo, 28 April 2002

Gambar 2.17

Adanya komputer menyebabkan orang lebih cepat menyelesaikan

segala kegiatan dibanding menggunakan mesin ketik

c.

Invensi

Invensi

seringkali disebut sebagai suatu kombinasi baru atau cara

penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada.

Invensi

dapat

dibagi menjadi dua yaitu

invensi

material (misalnya telepon, komputer,

mesin fax, dan lain-lain) dan

invensi

sosial (misalnya peraturan/UU,

bahasa, dan lain-lain). Pada kedua ragam invensi tersebut unsur-unsur

lama digunakan, dikombinasikan dan dikembangkan untuk suatu

kegunaan baru. Dengan demikian

invensi

merupakan proses yang

berkesinambungan,

invensi

baru diawali oleh serangkaian invensi dan

penemuan terdahulu. Dewasa ini semakin banyak

invensi

yang

ditemukan melalui upaya tim penelitian seperti pemerintah, universitas

maupun pihak swasta.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

86

Misalnya penemuan

handphone

yang telah mengalami perkembangan

pesat tidak hanya untuk berkomunikasi tetapi juga bisa digunakan sebagai

kamera atau radio. Ini merupakan hasil dari penelitian yang telah ada dan

dikembangkan menjadi lebih bermanfaat.

d.

Sistem Ideologi

Sistem Ideologi merupakan keyakinan terhadap nilai-nilai dan sikap

yang bersifat kompleks terdapat dalam masyarakat. Ideologi dapat

dijadikan alat untuk memelihara tetapi juga dapat mempercepat terjadinya

perubahan jika nilai-nilai yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat. Sistem ideologi ini akan sangat sulit mengalami perubahan

di masyarakat yang masih memegang nilai-nilai nenek moyang dan terikat

akan adat istiadat yang ada akan berubah secara lambat dan terpaksa.

Misalnya di suku Badui yang masih memegang nilai-nilai adat yang

melarang semua bentuk teknologi masuk ke wilayahnya karena adanya

keyakinan bahwa teknologi hanya akan membawa malapetaka.

Sumber:

Reflection Of Quality, 13 Januari 1993

Gambar 2.18

Suku Badui masih memegang nilai-nilai adat dengan kuat.

2.

Faktor Eksternal

a.

Lingkungan Fisik

Sangat jelas bahwa lingkungan fisik mampu memberikan perubahan

baik lambat maupun cepat pada masyarakat. Seperti bencana alam (gempa

bumi, gunung meletus, banjir

, dan lain-lain) mengakibatkan manusia harus

berpindah tempat untuk mencari tempat aman. Hal ini akan

mempengaruhi pola perilaku yang telah terbangun selama ini. Misalnya

daerah pertanian yang telah berubah fungsi menjadi pabrik atau

perumahan mengakibatkan perubahan pola perilaku masyarakat sekitar.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

87

b.

Pengaruh Kebudayaan Lain

Interaksi yang dilakukan oleh manusia di segala penjuru dunia telah

mengakibatkan bercampurnya atau berbaurnya kebudayaan pendatang

dengan kebudayaan asli. Sudah sejak lama, manusia di dunia melakukan

perjalanan jarak jauh mengelilingi dunia dengan tujuan melakukan

penyebaran agama, mencari sumber daya alam, daerah jajahan, dan lain-

lain.

Menurut Soerjono Soekanto, apabila salah satu atau kedua

kebudayaan yang bertemu mempunyai teknologi yang lebih tinggi, maka

yang terjadi adalah proses imitasi berupa peniruan unsur-unsur budaya

lain. Peniruan ini juga dapat mengakibatkan hilangnya kebudayaan asli

dan digantikan kebudayaan asing atau terjadi percampuran dua

kebudayaan. Misalnya kebudayaan Hindu yang datang lebih dulu

dibanding kebudayaan Islam mengakibatkan percampuran dua

kebudayaan itu menjadi satu melalui peran Wali Songo, seperti wayang.

Nah, kalian telah mempelajari adanya karakteristik dalam dinamika

budaya dan faktor pendorong terjadinya dinamika budaya. Untuk itu

kalian harus memiliki suatu kepekaan terhadap berbagai perubahan

budaya yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar. Sehingga akan

mampu menyikapi perubahan tersebut dengan lebih baik.

Analogi Budaya:

Coba kembangkan keingintahuan dan orientasi kecakapan hidup pada diri

kalian.

1.

Buatlah kelompok yang terdiri dari 3 - 5 anggota. Cobalah

analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

dinamika kebudayaan dengan bantuan tabel di bawah ini.

No.

Faktor Pendorong

Dampak

Negatif

Positif

1.

2.

3.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

88

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki multi

keragaman dari berbagai kelompok sosial baik agama, ras, suku bangsa

maupun antargolongan. Pada bab sebelumnya telah kalian pahami tentang

dampak keragaman budaya bagi terciptanya keamanan dan kenyamanan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini memang tidak bisa

dihindari. Berbagai konflik yang pernah terjadi di Indonesia menunjukkan

rentannya integrasi nasional yang selama ini dibangun. Coba kalian lihat,

pertempuran antarsuku bangsa masih terlihat di beberapa pendalaman

wilayah Indonesia.

Lepasnya Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) merupakan salah satu bukti bahwa telah ada ancaman dari dalam

negeri terhadap integrasi nasional yang perlu diwaspadai. Gerakan Aceh

Merdeka (GAM) yang menuntut kemerdekaan bagi Serambi Mekah-nya

Indonesia juga merupakan salah satu usaha untuk mengendorkan integrasi

nasional yang selama ini telah di bangun. Di Maluku sendiri ada Republik

Maluku Semesta (RMS), di Papua ada Operasi Papua Merdeka (OPM) di

mana kelompok-kelompok tersebut dibentuk untuk melakukan

pemberontakan kepada NKRI.

Hal ini memang sejalan dengan pemikiran Peter L Berger maupun

Clifford Geertz yang melihat kemajemukan sebagai persoalan besar dalam

kehidupan negara-bangsa, karena masing-masing kelompok sulit

berinteraksi, tidak memiliki konsensus yang sama atas nilai-nilai dasar

kenegaraan dan kebangsaan sehingga negara-bangsa plural ini akan

dihadapkan pada persoalan disintegrasi.

No.

Faktor Penghambat

Damp

ak

Negatif

Positif

1.

2.

3.

2.

Masing-masing faktor harus diberikan contohnya, sehingga

analisis yang kalian buat menjadi jelas.

3.

Apabila menemui kesulitan, konsultasikan dengan guru kelas

kalian.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

89

J. Integrasi Nasional

Masalah integrasi dan sparatisme dalam negara kesatuan yang

multietnik dan struktur masyarakatnya majemuk, seperti “Serigala berbulu

domba” atau penuh ambivalensi (

ambigu

). Menurut

Devid Lockwood

,

konsensus dan konflik merupakan dua sisi dari suatu kenyataan yang sama

dan dua gejala yang melekat secara bersama-sama di dalam masyarakat.

Seperti halnya dengan konflik yang dapat terjadi antarindividu, individu

dengan kelompok dan antarkelompok. Demikian pula halnya dengan

konsensus, konsensus dapat pula terjadi antarindividu, individu dengan

kelompok dan antarkelompok. Konsensus atau yang sering dikatakan

sebagai kesepakatan besama dapat tercapai apabila sebelumnya telah

terbentuk toleransi. Toleransi berarti membiarkan orang lain atau

kelompok lain bersikap dan berbuat sesuai dengan aturan atau keinginan

pihak tersebut.

Menurut

Max Weber

bahwa sistem nilai merupakan dasar pengesahan

(

legitimacy

) dari struktur kekuasaan (

authority

) suatu masyarakat, maka

konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai

bangsa harus diwujudkan. Pada akhirnya akan merubah konsensus

nasional terhadap suatu rezim tertentu yang sedang berkuasa. Dalam

konteks Indonesia, maka proses integrasi nasional haruslah berjalan

alamiah, sesuai dengan keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari

hegemoni dan dominasi peran politik etnik tertentu.

Integrasi merupakan terjemahan dari

integration

(bahasa Inggris)

yang berarti keseluruhan atau kesempurnaan. Integrasi berarti juga proses

pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi

diri merupakan wujud dari diri seseorang yang utuh, bulat, dan seimbang

serta jujur dan dapat dipercaya.

Maurice Duverger

memberikan definisi

sebagai berikut, integrasi adalah dibangunnya interdepedensi yang lebih

rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara suatu proses

pengembangan masyarakat di mana segenap kelompok ras dan etnik

mampu berperan serta secara bersama-sama dalam kehidupan budaya

dan ekonomi.

Dalam kehidupan bersama manusia integrasi selalu menjadi dambaan

dan harapan. Oleh karena itu, integrasi diusahakan untuk tumbuh dan

senantiasa dijaga kelangsungannya. Integrasi sosial adalah proses

penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

90

kehidupan sosial. Sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi

fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Meminjam istilah

JS

Furnivall

bahwa integrasi sosial yang melibatkan beberapa etnik

sebenarnya harus dilakukan melalui paksaan (

coercion

) suatu kelompok

yang dominan terhadap kelompok lain yang tidak dominan. Kooptasi

berbagai kekuatan politik lokal dilakukan untuk mematahkan berbagai

tuntutan yang tidak searah dengan yang dikehendaki oleh pemerintah

pusat. Hal ini dilakukan oleh partai-partai politik maupun organisasi

masyarakat lainnya. Integrasi adalah proses yang tidak bisa dilakukan

dan ditempuh dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan proses

pembudayaan dan konsensus sosial politik diantara suku bangsa (etnik)

yang ada di dalam negara kesatuan Indonesia.

Menurut Lewis C. Coser dan George Simell, maka kerangka

masyarakat yang akan kita dapatkan adalah integrasi yang selalu berada

dalam bayang-bayang konflik antaretnik yang berkepanjangan. Kalau

kita mengikuti pandangan penganut fungsional struktural dari

Auguste

Comte

, melalui

Durkheim

sampai dengan

Parsons

, maka yang akan

menjadi faktor mengintegrasikan masyarakat Indonesia tentulah sebuah

nilai umum tentang kesepakatan bersama antarmasyarakat. Nilai-nilai

umum tertentu yang disepakati secara bersama itu tidak hanya disepakati

oleh sebagian besar orang (etnik), akan tetapi lebih daripada itu nilai-nilai

umum tersebut harus dihayati melalui proses sosialisasi, akulturasi, asimilasi,

dan enkulturasi.

Sementara itu, proses integrasi nasional harus melalui fase-fase sosial

dan politik. Menurut

Ogburn dan Nimkof

bahwa integrasi merupakan

sebuah proses akomodasi—kerjasama—koordinasi—asimilasi. Asimilasi ini

merupakan proses dua arah (

to way process

) antaretnik yang berbeda

Sehingga diperoleh sebuah konsensus dan kesepahaman atas dasar

keanekaragaman budaya. Konsensus nasional mengenai bagaimana

kehidupan bangsa Indonesia harus diwujudkan atau diselenggarakan, dan

sebagian harus kita temukan di dalam proses pertumbuhan pancasila

sebagai dasar falsafah atau ideologi negara.

K. Faktor Pendorong Integrasi Nasional

Menurut

R. William Liddle

, konsensus nasional yang

mengintegrasikan masyarakat yang pluralistik pada hakekatnya adalah

mempunyai dua tingkatan sebagai prasyarat bagi tumbuhnya suatu

Dinamika dan Pewarisan Budaya

91

integrasi nasional yang tangguh. Pertama sebagian besar anggota suku

bangsa bersepakat tentang batas-batas teritorial dari negara sebagai suatu

kehidupan politik mereka sebagai warganya. Kedua, apabila sebagian

besar anggota masyarakatnya bersepakat mengenai struktur pemerintahan

dan aturan-aturan dari proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat

di atas wilayah negara yang bersangkutan.

Nasikun

menambahkan bahwa integrasi nasional yang kuat dan

tangguh hanya akan berkembang di atas konsensus nasional mengenai

batas-batas suatu masyarakat politik dan sistem politik yang berlaku di

masyarakat tersebut. Kemudian, suatu konsensus nasional mengenai

bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus diwujudkan

atau diselenggarakan, melalui suatu konsensus nasional mengenai “Sistem

nilai” yang akan mendasari hubungan-hubungan sosial diantara anggota

suatu masyarakat atau suatu negara. Adapun upaya yang telah dilakukan

adalah:

1.

Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara banyak

perbedaan, perasaan, keinginan dan ukuran penilaian.

2.

Mengembangkan sikap toleransi di dalam kelompok sosial.

3.

Teciptanya kesadaran dan kesediaan untuk mencapai suatu konsensus.

4.

Mengidentifikasi akar persamaan di antara kultur-kultur etnis yang

ada.

5.

Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara

bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.

6.

Mengakomodasi timbulnya etnis.

7.

Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi.

8.

Menghilangkan pengkotak-kotakan kebudayaan.

L. Faktor Penghambat Integrasi Nasional

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh heterogenitas etnik dan

bersifat unik. Secara horisontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-

kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat,

dan primordialisme. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia

ditandai oleh adanya lapisan atas dan lapisan bawah. Sejarah telah

membuktikan bahwa sejak kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,

NKRI selalu dirongrong oleh gerakan separatisme. Misalnya gerakan

separatis DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat, Permesta Kahar Muzakar di

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

92

Sumatra, APRA, PKI, DI/TII Daud Barureh di Aceh, dan RMS di Maluku

yang menyisakan banyak penderitaan dan korban. Pada saat sekarang

gerakan separatis masih terus berlangsung seperti GAM (Gerakan Aceh

Merdeka) dan OPM (Organisasi Papua Merdeka). Dengan GAM,

pemerintah Indonesia telah melakukan serangkaian perjanjian perdamaian

salah satunya memberikan otonomi khusus dan pembelakuan syariat Islam

dalam bidang kehidupan terutama bidang hukum.

Menurut

Cliffrod Gertz

, apabila bangsa Indonesia tidak pandai-

pandai memanajemen keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas

etnik, maka Indonesia akan pecah menjadi negara-negara kecil. Bila

ketidakpuasan ekonomi, kelas, atau intelektual menjurus pada revolusi

yang mendorong pergantian tatanan ekonomi dan politik negara-bangsa.

Bila ketidakpuasan yang didasarkan ikatan primordial menjurus pada

disintegrasi bangsa. Perpecahan dalam masyarakat majemuk korbannya

bukan individu, kelompok, atau kelas tertentu, tapi negara-bangsa itu

sendiri yang akan tercerai-berai.

Hal ini ditambah dengan pandangan yang menimbulkan watak

etnosentrisme

dan

primordialisme

sempit.

Etnosentrisme

adalah suatu

pandangan yang melekat pada diri seseorang (masyarakat) yang menilai

kebudayaan-kebudayaan lain, selalu diukur dengan nilai kebudayaannya.

Primordialisme

adalah pemikiran yang mengutamakan atau

menempatkan pada tempat yang pertama kepentingan suatu kelompok

atau komunitas masyarakat.

Pemupukan sifat seperti ini yang tanpa batas, pada akhirnya akan

melahirkan gerakan-gerakan separatisme. Gerakan-gerakan separatisme

dapat kalian lihat dari perlawanan Fretillin di Timor Timur. Sejak mereka

bergabung dengan NKRI tahun 1976, yang akhirnya berhasil membentuk

negara sendiri (

Timor Laste

) tahun 1998. Sentimen primordial kesukuan

ini dihidupkan menjadi basis utama artikulasi kepentingan secara politik,

karena tersumbatnya komunikasi politik melalui saluran yang ada sehingga

gerakan ini mengartikulasikan kepentingan poilitik dengan berbagai cara.

Selain itu, terjadinya

Etnopolitic Conflict

dalam dua dimensi, yaitu

dimensi pertama

adalah konflik di dalam tingkatan ideologis. Konflik ini

terwujud dalam bentuk konflik antara sistem nilai yang dianut oleh etnik

pendukungnya serta menjadi ideologi dari kesatuan sosial.

Dimensi kedua

adalah konflik yang terjadi dalam tingkatan politis, pada konflik ini terjadi

dalam bentuk pertentangan dalam pembagian status kekuasaan, dan

sumber ekonomi yang terbatas dalam masyarakat.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

93

M. Pewarisan Budaya

1.

Pengertian Pewarisan Budaya

Bagaimanakah hidup yang kalian jalani saat ini. Tinggal di rumah

permanen, di dalamnya terdapat perabotan rumah tangga, dari peralatan

dapur

, kursi, lemari, hingga seperangkat peralatan elektronik, seperti radio,

televisi, DVD, dan sebagainya. Kalian pergi ke sekolah dengan

menggunakan kendaraan. Kalian dapat pergi ke warung, toko atau

supermarket untuk belanja, menggunakan telepon atau

hand phone

untuk

menyampaikan pesan kepada orang tua. Alangkah cepat dan instannya

kehidupan yang kita alami sekarang ini. Mengapa manusia dapat sampai

pada tingkat kehidupan seperti yang kalian jalani seperti sekarang ini?

Tentu saja karena pewarisan budaya yang dilakukan manusia secara terus

menerus dan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi. Setiap

generasi mengembangkan dan menyempurnakan budaya yang

diwarisinya sehingga sampailah manusia pada kebudayaan seperti yang

kalian alami saat ini.

Apakah pengertian pewarisan budaya? Pewarisan budaya adalah

suatu proses, perbuatan atau cara mewarisi budaya masyarakatnya. Proses

pewarisan budaya disebut juga dengan

socialization

. Proses pewarisan

budaya dilakukan oleh masyarakat terhadap warga masyarakat dalam

sepanjang hayat anggota masyarakat. Berlangsung dari sejak lahir hingga

akhir hidup. Tujuan pewarisan budaya adalah membentuk sikap dan

Analogi Budaya:

Coba kembangkan etos kerja, orientasi kecakapan pada diri

sendiri dan wawasan kebhinekaan kalian!

Di dalam masyarakat kita berkembang suatu pandangan bahwa

budaya masyarakat kota dinilai lebih tinggi daripada masyarakat

desa, sehingga ini menimbulkan perasaan bangga pada masyarakat

kota dan rasa minder atau rendah diri pada masyarakat desa.

Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi

yang tepat supaya fenomena sosial tersebut tidak menimbulkan

terjadinya disintegrasi nasional.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

94

perilaku warga masyarakat sesuai dengan budaya masyarakatnya. Budaya

diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Untuk

selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan datang. Dalam proses

pewarisan dari suatu generasi ke generasi berikutnya terjadi proses

penyesuaian dan penyempurnaan budaya yang diwariskan sesuai dengan

perkembangan zaman dan kemajuan masyarakat. Selalu ada dinamika

budaya, meskipun diwariskan, budaya selalu bergerak maju, sehingga

budaya yang diwariskan tidak mungkin lagi sama persis dengan budaya

aslinya.

Pewarisan budaya dilakukan melalui sosialisasi. Sosialisasi ialah proses

penanaman nilai, peraturan, norma, adat istiadat masyarakat dengan

tujuan setiap anggota masyarakat mengenal, menghayati dan

melaksanakan kebudayaan yang ada dan berlaku di masyarakatnya.

Melalui sosialisasi diharapkan setiap anggota masyarakat mampu

memainkan peran sosialnya dalam berbagai lingkungan secara baik dan

bertanggung jawab sesuai dengan harapan-harapan masyarakatnya.

Sosialisasi berlangsung dari masa anak-anak hingga tua. Pada masa anak-

anak sampai pemuda, tujuan sosialisasi adalah membentuk kepribadian

yang baik. Bagi orang dewasa, tujuan sosialisasi adalah penyesuaian

dengan jabatan atau posisi-posisi baru yang diperolehnya. Pada prinsipnya

sosialisasi sama dengan enkulturasi. Bedanya adalah; pada sosialisasi

individu bersikap pasif dan dibebani tugas dan kewajiban dalam

mempelajari budaya masyarakatnya sedangkan pada enkulturasi, individu

bersikap lebih aktif dan bertindak sebagai subjek dalam mempelajari

budaya masyarakatnya.

Sumber:

Kompas 18 September 2005

Gambar 2.19

Pewarisan budaya dapat dilakukan melalui

sosialisasi, misalnya orang tua kepada anaknya.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

95

Sosialisasi selalu diwarnai

reward and punishment.

Kepada setiap

anggota masyarakat yang dinilai mendukung dan berjasa dalam

pelestarian kebudayaan masyarakatnya akan diberikan pujian dan

penghargaan (

reward

) oleh masyarakatnya. Sebaliknya, kepada setiap

anggota masyarakat yang dinilai melanggar budaya masyarakatnya maka

akan diberikan sanksi atau hukuman (

punishment

) yang sepadan oleh

masyarakatnya.

Tujuan pemberian hukuman/sanksi (

punishment

) adalah untuk

mendisiplinkan, menyadarkan dan mengembalikan para pelanggar ke

jalan yang benar, sehingga mereka dapat hidup lurus dan bertanggung

jawab sesuai dengan kelakuan kolektif masyarakatnya. Pemberian sanksi

pada umumnya dikenal sebagai bagian dari

social controle.

Cara agar

anggota masyarakat terhindar dari sanksi, adalah dengan bersikap

konformitas yang tinggi terhadap budaya masyarakatnya, yang

ditunjukkan dengan cara bersikap dan bertingkah laku yang sama dengan

kolektif masyarakat.

2.

Kapan dan di mana Terjadi Pewarisan Budaya

Kapan terjadi pewarisan budaya (sosialisasi)? Pada prinsipnya

pewarisan budaya (sosialisasi) terjadi dalam sepanjang hidup manusia, dari

sejak lahir hingga matiny

a manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar.

Dimanakah terjadi pewarisan budaya? Pewarisan budaya terjadi dalam

berbagai lembaga-lembaga kebudayaan manusia, terutama lima lembaga

kebudayaan manusia, yaitu lembaga keluarga, lembaga pendidikan,

lembaga ekonomi, lembaga agama dan lembaga pemerintahan.

Menurut Kamanto Sunanto (1999), salah satu fungsi lembaga keluarga

adalah mensosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat

memerankan apa yang diharapkan darinya. Perhatikanlah diri kalian

ketika kecil, diajarkan oleh orang tua untuk selalu mengenakan pakaian,

dilatih untuk berjalan, dibiasakan untuk makan,berjabat tangan dengan

menggunakan tangan kanan, dilatih untuk menggunakan peralatan rumah

tangga, diajari untuk berbicara dan bersikap sopan, diperkenalkan dengan

berbagai jenis norma yang ada di masyarakat, dengan harapan kalian

dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Itu semua adalah proses

pewarisan budaya.

Kapan pewarisan budaya dalam keluarga itu terjadi? Pewarisan

budaya dalam keluarga terjadi secara alamiah dan dengan sendirinya.

Ketika keluarga bersenda gurau bersama di ruang keluarga, sesungguhnya

tanpa disadari sedang terjadi pewarisan budaya. Ketika keluarga sedang

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

96

makan bersama sambil berbincang-bincang, sesungguhnya sedang terjadi

pewarisan budaya. Ketika keluarga sedang berkreasi ke suatu tempat,

sesungguhnya sedang terjadi pewarisan keluarga. Ketika orang tua

memberi nasehat, memberi hukuman, serta memberi pujian dan hadiah,

sesungguhnya sedang terjadi pewarisan budaya. Pewarisan budaya dalam

keluarga terjadi setiap hari, pada setiap peristiwa keluarga, dan pada setiap

kontak sosial dalam kehidupan keluarga. Lihat dan telitilah kalian.

Mungkin kalian mewarisi beberapa gaya, cara dan bakat orang tua kalian.

Fungsi lembaga pendidikan menurut Horton dan Hunt (1984) di

antaranya adalah mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari

nafkah, melestarikan kebudayaan dan menanamkan keterampilan baru

yang perlu bagi partisipasi dalam masyarakat demokrasi. Apa yang kalian

alami di sekolah? Setiap hari kalian menerima pelajaran dari bapak dan

ibu guru. Melalui pelajaran Antropologi, diperkenalkan manusia dan

budayanya dari zaman dahulu hingga sekarang. Melalui pelajaran

sosiologi, diperkenalkan manusia dalam kehidupan sosialnya. Melalui

pelajaran, diajarkan untuk memahami makna kata-kata dan

menggunakan dengan baik. Melalui pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, dididik agar kalian menjadi warga negara yang baik,

dan sebagainya. Tujuan dari semuanya adalah kalian dapat hidup sesuai

dengan kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan untuk kehidupan

yang lebih baik. Itu semua adalah proses pewarisan budaya.

Kapan pewarisan budaya di sekolah terjadi? Pewarisan budaya dalam

keluarga terjadi setiap hari, sejak seorang manusia bersekolah. Proses

pewarisan budaya di sekolah pada umumnya terjadi secara sadar dan

dengan terencana. Ketika kalian mengikuti pelajaran di kelas,

sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian

mengikuti upacara bendara, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan

budaya. Ketika kalian sedang menghadap guru BP, sesungguhnya sedang

terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang bermain dan

bersenda gurau dengan teman-teman saat istirahat, sesungguhnya sedang

terjadi pewarisan budaya dari siswa senio ke siswa junior, dari siswa dengan

kemampuan belajar cepat kepada siswa dengan kemampuan belajar

lambat.

Contoh sederhana dari lembaga agama adalah Muhammadiyah,

Nahdatul Ulama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja

Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Perwalian Umat

Budha Indonesia (WALUBI) dan Parisada Hindu Dharma Indonesia

(PHDI). Fungsi lembaga agama menurut Koentjaraningrat (1997) di

Dinamika dan Pewarisan Budaya

97

antaranya adalah menyediakan model alam semesta yang teratur untuk

mendorong terwujudnya keteraturan perilaku manusia, sarana pengendali

sosial yang memberi sanksi kepada sejumlah besar tata kelakukan yang

bertentangan dengan ajaran agama dan memelihara solidaritas sosial.

Kapan terjadi pewarisan budaya dalam lembaga keagamaan?

Pewarisan budaya dalam lembaga keagamaan terjadi setiap kali kalian

melihat dan melaksanakan upacara keagamaan. Ketika kalian berbicara

dengan tokoh agama mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan

agama, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika

kalian mendengarkan khotbah dari tokoh-tokoh agama, sesungguhnya

sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang mengikuti

dan melaksanakan upacara agama, sesungguhnya sedang terjadi proses

pewarisan budaya, ketika kalian membaca kitab suci agama,

sesungguhnya sedang terjadi proses budaya, dan sebagainya. Tujuan

akhirnya adalah terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Pada umumnya lembaga agama melaksanakan

pewarisan budaya secara sadar dan terencana. Untuk itu lembaga agama

sering melakukan berbagai pertemuan anggota-anggotanya, mengadakan

seminar, diskusi, dan berbagai jenis pertemuan-pertemuan agama.

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999), fungsi lembaga

ekonomi adalah memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok

manusia. Contoh dari lembaga ekonomi dalam kehidupan manusia di

antaranya adalah supermarket, koperasi, bank, dan sebagainya. Pasti

kalian pernah bahkan sering belanja ke super market, kalian melihat dan

menentukan pilihan barang yang akan dibeli, kemudian kalian pergi ke

kasir , membayarnya dan barang itu menjadi milik kalian seutuhnya.

Keseluruhan proses belanja itu adalah proses pewarisan budaya. Setiap

manusia melakukan transaksi ekonomi dalam rangka memenuhi

kebutuhannya, pada saat itu juga terjadi proses pewarisan budaya.

Menurut Mirriam Budiardjo (2000). Apapun paham atau ideologinya,

setiap negara di dunia memiliki beberapa fungsi manifes yang mutlak

dilaksananakan untuk mewujudkan tujuan negaranya. Fungsi negara

secara umum adalah :

a.

Melaksanakan penertiban (law and order)

Penertiban mutlak dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dan

mencegah terjadinya bentrokan dalam masyarakat. Singkatnya

negara berfungsi sebagai stabilisator.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

98

b.

Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

Fungsi ini semakin penting dewasa ini, terutama bagi negara yang

menganut paham negara kesejahteraan (

welfare staat

). Untuk

mewujudkan fungsi ini, hampir seluruh negara di dunia

melaksanakan pembangunan nasional.

c.

Pertahanan

Fungsi ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya

serangan dari luar. Untuk itu negara dilengkapi dengan alat-alat

pertahanan.

d.

Menegakkan keadilan

Fungsi ini dilaksanakan oleh badan penegak hukum, khususnya

badan-badan peradilan.

Harapan utama pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsi negara

adalah rakyatnya mengetahui dan mematuhi peraturan perundang-

undangan serta berpatisipasi dalam kehidupan pemerintahan. Berbagai

upaya dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kepatuhan warga negara

terhadap hukum. Sosialisasi hukum dilakukan secara terus menerus oleh

pemerintah, bekerja sama dengan berbagai lembaga kebudayaan. Berbagai

sarana mengekspresikan diri diadakan untuk melibatkan rakyat dalam

kehidupan pemerintahan.

Kapankah pemerintah melakukan pewarisan budaya terhadap

rakyatnya? Pada prinsipnya pemerintah melakukan pewarisan budaya

kepada rakyatnya setiap saat dan kesempatan, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Ketika kalian mendengarkan pidato dan

percakapan pejabat-pejabat negara, sesungguhnya saat itu sedang terjadi

proses pewarisan budaya. Ketika kita sedang ditegur polisi karena

melanggar peraturan lalu lintas, sesungguhnya sedang terjadi proses

pewarisan budaya. Ketika kalian sedang membaca peraturan perundang-

undangan, sesungguhnya saat itu sedang terjadi proses pewarisan budaya.

Ketika kalian harus membayar pajak, sesungguhnya saat itu sedang terjadi

proses pewarisan budaya. Ketika kalian melihat dan melakukan apa saja

yang berhubungan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara,

sesungguhnya itu semuanya adalah proses pewarisan budaya.

3.

Internalisasi

Kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kepada kita tidak

dengan serta merta menjadi milik kita seutuhny

a. Pada setiap proses

pewarisan budaya, orang yang menjadi sasaran pewarisan akan menentukan

sikap, menerima atau menolak warisan budaya itu. Bila keputusannya adalah

Dinamika dan Pewarisan Budaya

99

menolak maka budaya yang diwariskan itu tidak akan pernah menjadi milik

pribadi yang bersangkutan. Bila keputusannya adalah menerima maka

budaya yang diwariskan itu akan menjadi miliknya. Langkah selanjutnya

yang harus dilakukan untuk memastikan budaya yang diwariskan itu

menjadi miliknya adalah dengan melakukan internalisasi.

Internalisasi adalah proses mencerna dan meresapkan nilai-nilai

budaya ke dalam hati sanubari anggota masyarakat sehingga alam

pikiran, sikap dan perilakunya sesuai dengan kebudayaan masyarakatnya.

Keberhasilan sosialisasi sangat tergantung pada kesadaran, keinginan dan

tekad yang kuat pada diri setiap individu untuk menerima dan mengikuti

budaya masyarakatnya, dan pada akhirnya menjadikan budaya

masyarakat itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

kepribadiannya.

Seseorang yang sedang melakukan proses internalisasi sangat mungkin

mengalami perang batin. Penyebabnya adalah nilai budaya yang ada

dinilai sudah usang atau irrasional, tetapi sebagai anggota masyarakat,

individu yang bersangkutan diharuskan bersikap konformitas guna

mengikuti kelakuan kolektif.

Proses internalisasi berlangsung dengan pelan-pelan, penuh kesabaran,

hati-hati dan memerlukan momen-momen yang tepat. Jika prosesnya

tergesa-gesa, sembrono dan tidak pada moment yang tepat maka

internalisasi akan mengalami kegagalan. Proses internalisasi dapat

berlangsung dengan keras, berat dan disiplin hanya pada lembaga-lembaga

tertentu, seperti lembaga pendidikan militer, kepolisian dan kedinasan

lainnya. Ini juga dilakukan untuk mencapai tujuan maksimal dari

sosialisasi.

4.

Adaptasi

Setiap manusia yang telah melakukan internalisasi terhadap budaya

yang diwarisinya diharapkan dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Menurut W

illiam A. Haviland (1999) adaptasi mengacu pada proses

interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh organisme pada

lingkungannya dan perubahan yang ditimbulkan oleh lingkungan pada

organisme. Adaptasi adalah penyesuaian dua arah, yaitu antara organisme

dengan lingkungannya. Adaptasi sangat diperlukan agar semua bentuk

kehidupan dapat bertahan hidup termasuk manusia.

Bagaimana cara manusia beradaptasi? Menurut William A. Haviland

(1999), “manusia beradaptasi melalui medium kebudayaan pada waktu

mereka mengembangkan cara-cara untuk mengerjakan sesuatu sesuai

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

100

dengan sumber daya yang mereka temukan dan juga dalam batas-batas

lingkungan tempat mereka hidup. Di daerah-daerah tertentu, orang yang

hidup dalam lingkungan yang serupa cenderung saling meniru kebiasaan,

yang tampaknya berjalan baik di lingkungan itu”. Keberhasilan beradaptasi

akan menjadikan manusia sebagai pribadi yang selaras dengan lingkungan

budaya dan sosialnya.

Manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan hidupnya bersama

budaya yang dimilikinya. Manusia membuat pakaian dan tempat

berlindung seperti gua dan rumah agar dapat bertahan hidup dalam situasi

dan kondisi iklim dan cuaca buruk. Manusia membuat senjata seperti

tombak, panah, jaring perangkat agar dapat bertahan hidup dari terkaman

buaya. Sesuai dengan nalurinya sebagai makhluk berbudaya, manusia

mampu mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga taraf

hidupnya lebih unggul dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain.

Menurut William A. Haviland (1999), berburu dan meramu adalah

tipe adaptasi manusia yang tertua dan mendasar. Koentjaraningrat (1999)

menjelaskan; “berburu dan meramu merupakan mata pencaharian

manusia yang sangat berhubungan. Suku-suku bangsa pemburu biasanya

juga meramu, yaitu mengumpulkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan

akar-akar atau umbi yang dapat dimakan, dan bahkan mencari ikan.

Dalam Antropologi ketiga jenis mata pencaharian ini disebut dengan

ekonomi pengumpulan bahan pangan. Setelah bertahan selama hampir 2

juta tahun, berburu dan meramu mulai ditinggalkan dan hilang dari muka

bumi sejak abad ke-19, bersamaan dengan dikenal dan beralihnya manusia

ke pertanian.

Tipe adaptasi manusia selanjutnya adalah bertani. Menurut ahli sejarah

kebudayaan, Verre Gordon Childe yang dikutip oleh Koentjaraningrat

dalam buku Pengantar Antropologi (1999 : 53), penemuan kepandaian

bercocok tanam merupakan suatu peristiwa sangat penting dalam proses

perkembangan kebudayaan umat manusia, yang disebutnya suatu revolusi

kebudayaan. Dari bercocok tanam ladang yang berpindah-pindah ke

bercocok tanam yang menetap. Ada beberapa cara bercocok tanam

menetap, berawal dari bercocok tanan tanpa menggunakan tanpa bajak

(

hand agriculture

) hingga bercocok tanam dengan menggunakan bajak

(

plough agriculture

).

Kemajuan teknik pertanian menyebabkan melimpahruahnya hasil

pertanian. Kemakmuran akan diikuti dengan pertambahan jumlah

penduduk, atau bisa juga sebaliknya. Hal ini akan mendorong berubahnya

pemukiman petani menjadi kota. Kehadiran kota tentu membawa cara

Dinamika dan Pewarisan Budaya

101

hidup yang sama sekali baru. Perubahan lingkungan alam dan sosial harus

diikuti oleh adaptasi manusia terhadap lingkungan itu agar dapat bertahan

hidup. Muncul spesialisasi dalam berbagai bidang kehidupan yang

melahirkan profesi. Muncul tukang kayu, pandai besi, pemahat, pembuat

keranjang, pemecah batu, dokter, guru, pengacara, pengusaha, bankir,

montir, juru masak, tentara, dan sebagainya.

N. Proses Pewarisan Budaya pada Masyarakat

Tradisional

Ada beberapa saluran untuk pewarisan nilai-nilai budaya pada setiap

masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern. Saluran

pertama adalah melalui pengasuhan anak serta segala upaya enkulturasi

yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Saluran kedua adalah sistem

pendidikan yang bersifat formal, artinya di dalam sistem tersebut dikenali

adanya peranan yang jelas diperbedakan antara guru dan murid. Saluran

yang ketiga adalah kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang kurang

lebih dapat diikuti oleh umum, seperti pembacaan sastra, pergelaran seni

pertunjukan, penyimakan terhadap penggambaran relief pada bangunan

candi, upacara-upacara tertentu yang dihadiri oleh umum dan sebagainya.

Proses pewarisan budaya pada masyarakat tradisional pada umumnya

bertujuan untuk menegakkan tradisi-tradisi kemasyarakatan yang kuat,

yang menetapkan struktur dan peranan-peranan masyarakat. Proses

pewarisan budaya pada masyarakat tradisional berlangsung sejak masa

anak-anak hingga akhir hayat setiap anggota masyarakat, baik dalam

bentuk enkulturasi, sosialisasi, dan internalisasi. Proses pewarisan budaya

pada masyarakat tradisional sangat jelas tampak pada upacara-upacara

ritual kemasyarakatan. Agen perubahan kebudayan yang sangat penting

pada masyarakat tradisional adalah keluarga, tokoh masyarakat, dan

agama serta lembaga-lembaga masyarakat.

Keluarga merupakan sarana pewarisan budaya yang sangat penting

dalam masyarakat tradisional. Keluarga terbukti sangat ampuh dalam

mewariskan nilai-nilai budaya yang mengedepankan kepatuhan dan

kehormatan kepada orang tua, kejujuran, keadilan, nilai-nilai spiritual,

perihal hak dan kewajiban dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki

keluarga. Pada masyarakat tradisional, akan akan tumbuh menjadi

prototipe keluarganya terutama bapak dan ibunya. Bila bapaknya pandai

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

102

bertani maka anaknya juga akan pandai dalam bertani, bila ibunya suka

membuat kerajinan tangan, maka anaknya juga akan rajin membuat

kerajinan tangan.

Lembaga-lembaga masyarakat tradisional juga merupakan sarana

pewarisan budaya yang sangat penting. Contohnya adalah Desa, Marga,

dan Lembaga Keagamaan dan Paguyuban lainnya yang ada pada

masyarakat. Peran penting lembaga-lembaga masyarakat dalam proses

pewarisan budaya, sangat nyata melalui penyelenggaraan adat-istiadat

masyarakat, seperti nyadran, kenduren, resik desa, upacara perkawinan,

pesta panen, dan sebagainya.

Cerita-cerita rakyat juga merupakan sarana yang penting dalam

proses pewarisan budaya dalam masyarakat. Setiap cerita rakyat memiliki

nilai pesan budaya yang adi luhung, yang bertujuan mewujudkan pribadi

yang baik. Cerita-cerita rakyat ini diceritakan berulang-ulang dari generasi

ke generasi berikutnya, baik dalam lingkungan keluarga maupun

lingkungan sosial yang lebih luas, baik pada waktu bersantai maupun saat

serius. Cerita-cerita rakyat pada umumnya dikenal dengan mitos, legenda

dan dongeng.

1.

Mitos

Mitos adalah cerita tentang peristiwa-peristiwa semihistoris yang

menerangkan masalah-masalah akhir kehidupan manusia. Setiap

masyarakat pasti memiliki mitos, mitos pada dasarnya bersifat religius,

karena memberi rasio pada kepercayaan dan praktek keagamaan. Mitos

selalu bertemakan masalah pokok kehidupan manusia, seperti; dari mana

asal manusia dan segala sesuatu yang ada di dunia ini; mengapa manusia

ada di bumi, dan kemana tujuan manusia? Mitos memberikan gambaran

dan penjelasan tentang alam semesta y

ang teratur, yang merupakan latar

belakang perilaku yang teratur.

Berikut ini disajikan contoh mitos tentang asal mula segala sesuatu

menurut alam pikiran suku Fon di Dahomey, Afrika Barat. “Pada asal

mulanya bintang-bintang kelihatan pada malam maupun siang hari.

Bintang malam hari adalah anak-anak bulan, dan bintang siang hari anak-

anak matahari. Pada suatu hari bulan memberi tahu matahari bahwa anak-

anak mereka ingin bersinar melebihi mereka. Untuk menghindarkan hal

itu mereka sepakat mengikat bintang itu dalam karung dan

melemparkannya ke samudra. Matahari mengerjakan yang pertama, dan

membersihkan langit dari bintang-bintang siang hari. Akan tetapi, bulan

Dinamika dan Pewarisan Budaya

103

yang busuk itu tidak memenuhi kewajibannya dan membiarkan semua

anak-anaknya di langit malam. Anak-anak matahari menjadi ikan-ikan

yang berwarna cerah di samudra, dan sejak itu matahari menjadi

bebuyutan bulan, yang dikejar-kejarnya untuk membalas dendam karena

kematian bintang-bintang di lautan”.

2.

Legenda

Legenda adalah cerita semihistoris yang turun temurun dari zaman

dahulu, yang menceritakan perbuatan-perbuatan pahlawan, perpindahan

penduduk dan pembentukan adat kebiasaan lokal. Legenda merupakan

campuran antara realisme dan supernatural, perpaduan antara rasional

dan irrasional. Fungsi legenda adalah untuk menghibur dan memberi

pelajaran serta membangkitkan atau menambahkan kebanggaan orang

terhadap keluarga, suku atau bangsanya.

Berikut ini disajikan contoh legenda pendek yang memberi pelajaran,

milik orang

Abenakis Barat, yang berada di bagian barat laut New

England, Quebec Selatan. “ini cerita tentang seorang anak laki-laki yang

kesunyian yang biasanya berjalan-jalan ke tepi sungai di Odanak atau

turun bukit menuju kedua rawa di tempat itu. Ia biasanya mendengar

orang memanggil namanya, tetapi kalau ia sampai di kolam rawa-rawa

itu, tidak ada orang yang kelihatan atau terdengar. Akan tetapi kalau ia

berjalan pulang, ia mendengar namanya dipanggil-panggil lagi. Ketika ia

sedang duduk menunggu di tepi rawa datanglah seorang laki-laki yang

bertanya kepadanya, mengapa ia menunggu? Ketika anak itu

menceritakan kepadanya, orang tua itu berkata bahwa hal yang sama

terjadi pada zaman dahulu, apa yang didengarnya itu adalah makhluk

rawa dan menunjukkan rerumputan tinggi sebagai tempatnya

bersembunyi; sesudah memanggil ia akan menenggelamkan diri di

belakang mereka, orang tua itu berkata makhluk itu hanya ingin

menenggelamkan kamu. Kalau kamu pergi ke sana, kamu akan terbenam

di dalam lumpur. Lebih baik pulang saja”.

3.

Dongeng

Dongeng adalah cerita kreatif yang diakui sebagai khayalan yang

bertujuan untuk menghibur

. Dongeng bukanlah sejarah, meskipun

demikian ia berisi wejangan atau memberi pelajaran praktis kepada

masyarakat.

Berikut ini disajikan contoh dongeng dari Ghana, berjudul

Bapak,

Anak dan Keledai.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

104

“Seorang ayah dan anaknya laki-laki menanam jagung;

menjualnya, dan menggunakan sebagai keuntungannya untuk

membeli keledai. Ketika musim kemarau tiba, mereka memanen talas

dan bersiap-siap mengangkutnya ke lumbung dengan menggunakan

keledai mereka. Si ayah naik di atas keledai dan bertiga mereka

memulai perjalanan mereka. Sampai mereka berjumpa dengan

beberapa orang. Heh, kau orang malas! Kata orang-orang itu kepada

si ayah. Kau biarkan anakmu yang masih muda itu berjalan

bertelanjang kaki di tanah yang panas itu. Sedang kamu duduk di

atas keledai? Tidak malu engkau! Si ayah memberikan tempatnya

kepada anaknya dan mereka meneruskan perjalanan mereka

bertemu dengan seorang wanita tua. Apa? Anak tidak berguna, kata

wanita itu. Kau biarkan ayahmu berjalan tanpa alas kaki di tanah

yang panas ini? Tidak malukah engkau. Anaknya turun, dan ayah

maupun anaknya berjalan kaki, dan ketika mereka menuntun keledai

itu di belakang mereka, mereka berjumpa dengan seorang laki-laki

tua. Heh? Kau orang-orang goblok, kata orang laki-laki tua itu. Kau

punya keledai dan kau berjalan tanpa alas kaki di tanah itu, dan

tidak menaiki keledaimu? Dan demikianlah seterusnya. Dengarlah

kalau kamu mengerjakan sesuatu dan orang lain lewat, kerjakanlah

saja apa yang kau sukai”.

Pewarisan budaya pada masyarakat sederhana berlangsung

dengan cara sederhana untuk mewujudkan tujuan yang sederhana

pula. Caranya sederhana karena pewarisan budaya dilakukan melalui

pertemuan dan pembicaraan langsung. Pertemuan ini juga sangat

didominasi oleh keluarga, khususnya antara orang tua dan anak.

Tujuannya sederhana karena pewarisan budaya hanya ditujukan

untuk mewariskan nilai-nilai, khususnya nilai-nilai yang hidup dan

berkembang dalam keluarga; kejujuran, kesetiaan, keadilan dan

sebagainya.

Pewarisan budaya dalam modernisasi diarahkan untuk mewujudkan

mentalitas pembangunan. Bila dikaitkan dengan bangsa kita, modernisasi

Indonesia berarti setiap usaha yang dilakukan bangsa Indonesia untuk

dapat hidup dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang yang sedang

mengacu kepada Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat dan Jepang.

Dalam rangka modernisasi, bangsa Indonesia melaksanakan

Dinamika dan Pewarisan Budaya

105

pembangunan nasional dalam segala bidang kehidupan. Dari kegiatan

itu diharapkan muncul manusia Indonesia modern. Manusia yang dapat

menyesuaikan diri dengan zaman dan konstelasi dunia bahkan menjadi

pembaharu (pencipta ) zaman berikutnya.

O. Proses Pewarisan Budaya Pada Masyarakat Modern

Pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung dengan cara

yang canggih untuk mewujudkan tujuan yang terus berkembang menuju

modernisasi untuk mewujudkan tujuan yang sangat komperehensif. Cara

canggih karena pewarisan budaya tidak lagi hanya terjadi melalui

pertemuan langsung, tetapi juga melalui pewarisan langsung. Jarak tidak

lagi menjadi penghalang proses berlangsungnya pewarisan budaya akibat

ada dan berkembangnya teknologi komunikasi.

Cara canggih karena pewarisan budaya pada masyarakat modern

sudah berlangsung melalui media massa dan elektronik. Radio, televisi,

dan internet merupakan sarana pewarisan budaya yang berpengaruh besar

dalam kehidupan manusia. Pewarisan budaya berlangsung ketika

menonton televisi, mendengar radio dan membuka internet. Cara hidup

seseorang dapat tersebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia melalui

media komunikasi elektronik. Anak muda dengan bida meniri cara

berpakai artis top karena melihatnya melalui televisi atau membacanya

pada majalah.

Pewarisan budaya tidak lagi hanya terjadi dalam lingkup kehidupan

keluarga. Ruang lingkupnya sudah sangat luas, bahkan mencakup seluruh

dunia. Tujuan sosialisasi tidak pula hanya didominasi oleh tujuan keluarga;

tetapi juga sudah meluas akibat lahirnya organisasi modern, seperti negara.

Kehadiran negara sangat mempengaruhi tujuan pewarisan budaya, melalui

berbagai agen pewarisan budaya, negara bertujuan untuk mewujudkan

tujuan nasional dengan tujuan akhir terwujudnya modernisasi dalam

segala aspek kebudayaan.

Berdasarkan pengamatan terhadap modernisasi, hidup modern

memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Arus komunikasi yang semakin global

dan cepat; Teknologi yang semakin canggih; Efisiensi dalam segala bidang;

Edukasi ( pendidikan ); Pembagian kerja; Urbanisasi; Konsumtif.

Modernisasi Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan pembangunan

nasional. Pada hakekatnya pembangunan nasional dilakukan untuk

memerangi kemiskinan dan kebodohan. Meskipun demikian, kita masih

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

106

juga mempunyai saudara-saudara yang hidup tertinggal dan miskin.

Pemerintah Indonesia telah berbuat banyak, di antaranya dengan

meluncurkan program WAJARDIKNAS 9 tahun, DTL, GNOTA dan

Jaringan Pengaman Sosial serta berbagai Proyek Tenaga Padat Karya.

Warga negara Indonesia harus mendukung hal tersebut dengan cara

mengembangkan sikap setia kawan, sederhana, hemat dan tidak

memamer-mamerkan kekayaan.

Bila kita amati, nyatalah pelaksanaan hidup modern mempunyai

kelebihan-kelebihan, di antaranya: Suka bekerja keras, rajin dan ulet;

Berpikir maju, aktif dan kreatif.; Tidak ketinggalan zaman. Di samping

kelebihan tersebut, pelaksanaan hidup modern juga memiliki kekurangan,

yaitu: Sering lepas kendali dari tatanan etika karena cenderung

meninggalkan nilai-nilai agama: masyarakat menjadi acuh tak acuh, egois

dan individualistis. Diharapkan pewarisan budaya Indonesia dapat

mewujudkan manusia Indonesia dengan kepribadian :

1.

Berorientasi pada masa depan.

2.

Memiliki hasrat tinggi untuk bereksplorasi.

3.

Berorientasi pada achievement.

4.

Percaya pada diri sendiri dan bekerja keras.

P. Perbandingan Proses Pewarisan Budaya pada

Masyarakat Tradisional dan Modern

Proses pewarisan budaya terjadi dari dahulu hingga sekarang.

Manusia saat ini dapat mengetahui budaya manusia beratus-ratus bahkan

beribu-ribu tahun yang lalu karena adanya pewarisan budaya dengan

menggunakan berbagai media budaya. Pada umumnya orang

membedakan pewarisan budaya pada masyarakat tradisional dan modern.

Menurut Koentjaraningrat (1999) “masyarakat tradisional merujuk pada

masyarakat yang ada pada abad ke-19 dan sebelumnya.” Atas dasar itu,

masyarakat modern adalah masyarakat yang hidup pada awal abad 20

sampai dengan sekarang.

Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional merujuk pada

pewarisan budaya yang terjadi pada masyarakat yang hidup pada abad

ke – 19 dan sebelumnya. Sedangkan pewarisan budaya pada masyarakat

modern menunjuk kepada proses pewarisan budaya yang terjadi pada

masyarakat yang hidup pada awal abad ke – 20 sampai dengan sekarang.

Perbedaan pewarisan budaya pada kedua jenis masyarakat itu di antaranya

Dinamika dan Pewarisan Budaya

107

dapat ditinjau menurut peranan lembaga kebudayaan, cara pewarisan

budaya, sarana pewarisan budaya dan kecepatan pewarisan budaya.

1.

Peranan Lembaga Kebudayaan

Ada 5 (lima) lembaga kebudayaan manusia yang sangat berperan

dalam pewarisan budaya dari generasi ke generasi. Kelima lembaga

kebudayaan itu adalah lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga

agama, lembaga ekonomi dan lembaga pemerintahan. Lembaga

kebudayaan yang sangat berperan dalam pewarisan kebudayaan dalam

masy

arakat tradisional adalah keluarga. Pada masyarakat tradisional,

orang tua, anak dan anggota keluarga lainnya sering menghabiskan waktu

bersama-sama, bersenda gurau dan saling bertukar cerita. Orang tua sering

menceritakan dongeng, mitos dan legenda sebagai penghantar tidur anak-

anaknya.

Lembaga kebudayaan yang sangat berperan dalam pewarisan budaya

dalam masyarakat modern selain keluarga adalah lembaga pendidikan,

lembaga agama, lembaga ekonomi dan lembaga pemerintahan. Pada

masyarakat modern, anggota keluarga sudah banyak menghabiskan

waktunya di luar rumah, orang tua asyik dengan pekerjaan dan anak lebih

banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, mulai dari sekolah, tempat

bermain dan tempat berlatih dan berolah raga. Fakta ini menunjukkan

bahwa lembaga pendidikan seperti sekolah merupakan lembaga yang

sangat penting dan utama dalam proses pewarisan budaya dalam

masyarakat modern.

2.

Cara Pewarisan Budaya

Cara pewarisan budaya pada masyarakat tradisional terjadi secara

sederhana, yaitu melalui tatap muka langsung, dari mulut ke mulut dan

praktik langsung. Masyarakat dengan tipe berburu mewariskan

keterampilan berburu dengan cara membawa langsung anaknya untuk

turut serta dalam berburu. P

ewarisan budaya dilakukan dengan tatap

muka langsung, ketika mitos, legenda, dan dongeng diceritakan, orang

tua bertatap muka langsung dengan anak-anaknya. Cara lainnya adalah

dari mulut ke mulut. Pewarisan budaya sering dilakukan secara berantai,

seseorang bercerita kepada temannya, yang kemudian bercerita kepada

orang lain, dan seterusnya.

Cara pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung secara

canggih, yaitu melalui tatap muka langsung maupun tanpa tatap muka.

Kecanggihan cara pewarisan budaya pada masyarakat modern terjadi

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

108

akibat dari penemuan teknologi komunikasi dan informasi canggih seperti

telepon,

handphone

, radio, televisi, dan internet serta alat percetakan yang

menyebabkan tersedianya berbagai jenis buku. Pewarisan budaya sudah

dapat dilakukan melalui teknologi komunikasi dan informasi, yang tidak

memerlukan tatap muka langsung. Media elektronik dan media massa

memiliki peranan penting dalam proses pewarisan budaya pada

masyarakat modern. Penghantar tidur manusia pada masyarakat modern

adalah dengan mendengarkan radio dan menonton televisi, sudah sangat

jarang orang tua yang membacakan dongeng kepada anak-anaknya

menjelang tidur.

3.

Sarana Pewarisan Budaya

Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional melibatkan sarana

yang sangat sederhana, yaitu pertemuan langsung dan dari mulut ke mulut

dengan melibatkan cerita-cerita rakyat, seperti mitos, legenda dan

dongeng. Karena sarananya yang sangat sederhana maka ruang lingkup

pewarisan budaya pada masyarakat tradisional sangat sempit dan kecil,

yaitu meliputi masyarakat satu keluarga dan satu desa.

P

ewarisan budaya pada masyarakat modern melibatkan sarana yang

sangat canggih, yaitu teknologi komunikasi dan informasi canggih seperti

telepon,

handphone

, radio, televisi, dan internet serta alat percetakan yang

menyebabkan tersedianya berbagai jenis buku. Karena sarananya yang

sangat canggih maka ruang lingkup pewarisan budaya pada masyarakat

modern sangat luas dan besar, yaitu meliputi masyarakat yang sangat

luas, bahkan meliputi seluruh dunia.

Sumber:

Media Indonesia 3 Agustus 2006 B

Gambar 2.20

Salah satu sarana pewarisan

budaya adalah dengan teknologi komunikasi

yang canggih seperti internet.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

109

Analogi Budaya:

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada

diri kalian!

Manusia menciptakan budaya untuk mempertahankan

hidupnya dari ancaman dan kekuatan alam yang seringkali tidak

bersahabat. Kebudayaan adalah sesuatu hal yang dipelajari dan dialami

bersama secara sosial oleh masyarakat manusia. Kebudayaan setiap

4.

Kecepatan Pewarisan Budaya

Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional berlangsung dengan

sangat lambat. Tipe masyarakat berburu dan meramu bertahan selama

2000 tahun, hal ini menunjukkan betapa lambatnya proses pewarisan

buday

a yang berujung pada lambannya perubahan budaya. Penyebab

lambatnya pewarisan budaya pada masyarakat tradisional adalah

sarananya yang masih sangat sederhana.

Pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung dengan

sangat cepat. Kian kemari terjadi perubahan budaya yang sangat cepat.

Tipe masyarakat bercocok tanam ladang berubah cukup cepat menjadi

bercocok tanam tetap, dan selanjutnya berubah cepat menjadi tipe

masyarakat kota dengan berbagai spesialialisasinya. Kota berubah dengan

sangat cepat menjadi menjadi metropolitan dengan sistem informasinya

yang canggih. Hal ini menunjukkan terjadinya proses pewarisan budaya

yang semakin cepat kian kemari. Penyebabnya adalah cepatnya pewarisan

budaya pada masyarakat modern adalah sarananya yang sangat canggih.

Perkembangan teknologi informasi yang canggih dewasa ini

juga berpengaruh terhadap pewarisan budaya. Selain berdampak

positif juga negatif terhadap masyarakat terutama generasi muda.

Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi

yang tepat supaya perkembangan Iptek tersebut tidak berdampak

negatif terhadap masyarakat terutama generasi remaja sebagai

penerus dan pewaris budaya bangsa. Selain itu coba kalian berikan

juga contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari kalian dalam

menghadapi perkembangan iptek.

Rangkuman

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

110

masyarakat terdiri dari unsur-unsur kebudayaan yang merupakan

bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Secara garis besar,

unsur budaya dibagi menjadi tujuh yang dikenal dengan

Universal

Categories of Culture

yaitu peralatan dan teknologi.

Dinamika kebudayaan terjadi sebagai akibat dari adanya

interaksi antarmanusia dan kelompok sehingga terjadilah proses saling

mempengaruhi. Hal ini yang mendorong manusia selalu mengadakan

kerja sama dengan manusia lain atau kelompok lain sebagai bentuk

adaptasi dalam menghadapi lingkungan sehingga keberlangsungan

hidup manusia tersebut dapat berjalan. Melalui berbagai proses

kebudayaan seperti akulturasi, asimilasi atau difusi kebudayaan

mengalami perubahan. Ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya

dinamika kebudayaan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal adalah perubahan penduduk, penemuan baru, ideologi, dan

invensi. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan fisik dan

pengaruh kebudayaan lain.

Berbagai konflik yang terjadi di daerah merupakan fakta sejarah

yang pernah ada di Indonesia akibat ketidakmampuan manajemen

dalam mengatur kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal ini

kemudian menimbulkan ancaman baru bagi terwujudnya integrasi

nasional yang memberikan keamanan dan kenyamanan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Lepasnya Timor Timur dari

wilayah negara Indonesia adalah salah satu bukti ketidakmampuan

bangsa ini dalam mengelola pluralitas bangsa. Berbagai perasaan

etnosentrisme dan primordialisme merupakan penghambat terjadinya

integrasi nasional karena perasaan akan kebanggaan terhadap budaya

sendiri secara berlebihan sehingga merendahkan kebudayaan lain.

Sebagai gantinya maka perlunya pengembangan kekuatan multietnik

yang tidak mengandung prasangka dan diskrimasi sehingga semua

dapat berjalan dengan adil.

Dinamika dan Pewarisan Budaya

111

Uji Kompetensi

A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara

memberi tanda silang (X) pada huruf

a, b, c, d

atau

e

!

1.

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain

kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang

didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Ini merupakan

definisi kebudayaan menurut . . . .

a.

E.B Taylor

b.

Koetjaraningrat

c.

A.L. Kroeber

d.

Clifford Geertz

e.

Van de Berghe

2.

Kebudayaan kebendaan berupa alat-alat dan teknologi yang

diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam, di dalam definisi

Selo Soemardjan termasuk dalam bagian yang disebut . . . .

a.

rasa

b.

cipta

c.

karya

d.

jiwa

e.

roh

3.

Dari sekian banyak simbol sebagai dasar kebudayaan yang terpenting

adalah . . . .

a.

agama

b.

bahasa

c.

stratifikasi sosial

d.

warna

e.

suara

4.

Di antara tiga wujud kebudayaan yang dikemukakan

Koentjaraningrat, yang bersifat abstrak, dan adanya di alam pikiran

manusia disebut . . . .

a.

sistem sosial

b.

sistem budaya

c.

sistem kepribadian

d.

artefak

e.

sistem norma

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

112

5.

Salah satu karakteristik kebudayaan adalah kebudayaan yang

didasarkan pada simbol. Di bawah ini yang dimaksud dengan simbol

adalah . . . .

a.

sesuatu yang mempunyai makna dan nilai tertentu dari

masyarakat

b.

sesuatu yang dilambangkan lain daripada benda (lambang) itu

sendiri

c.

sesuatu yang nilai dan maknanya berdasarkan bentuk fisiknya

d.

sesuatu hasil karya manusia

e.

sesuatu yang bersifat interaksi sosial manusia

6.

Kompleks kebudayaan adalah . . . .

a.

unit terkecil dari kebudayaan

b.

kumpulan dari unsur-unsur budaya

c.

kumpulan dari sistem norma yang ada di masyarakat

d.

kumpulan dari aktivitas dan perilaku masyarakat

e.

kumpulan dari sistem pranata yang ada di masyarakat

7.

Unsur budaya yang berfungsi sebagai pedoman bagi anggota

masyarakat untuk menyatakan rasa keindahan yang dapat dinikmati

secara bersama disebut . . . .

a.

sistem religi

b.

sistem budaya

c.

sistem kesenian

d.

sistem sosial

e.

artefak

8.

Wujud kebudayaan yang terdiri dari aktivitas manusia yang

berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain menurut

waktu dan pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan disebut . . . .

a.

sistem religi

b.

sistem budaya

c.

sistem kesenian

d.

sistem sosial

e.

artefak

9.

Hasil karya manusia yang mengatur masalah-masalah

kemasyarakatan dalam arti yang luas, misalnya keyakinan, ideologi,

maupun kepercayaan disebut . . . .

a.

rasa

d.

jiwa

b.

karsa

e.

roh

c.

cipta

Dinamika dan Pewarisan Budaya

113

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan

singkat dan tepat!

10. Masyarakat Jawa terkenal dengan sistem mata pencahariannya adalah

pertanian. Salah satu bagian dari sistem pertanian adalah sistem irigasi.

Sistem irigasi termasuk dalam kategori . . . .

a.

traits komplek

b.

cultural activity

c.

lembaga sosial

d.

unsur budaya

e.

items

1.

Jelaskan mengapa manusia menciptakan kebudayaan!

2.

Apa yang dimaksud dengan kebudayaan secara umum?

3.

Sebutkan tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat!

4.

Berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan unsur budaya yang

ada di masyarakat bermacam-macam!

5.

Sebutkan tujuh unsur kebudayaan menurut C. Khluckhon!

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

114

1.

Konsep dinamika budaya memandang kebudayaan sebagai . . . .

a.

hasil interaksi manusia denga manusia lain

b.

usaha untuk melangsungkan hidup manusia

c.

bagian dari kehidupan manusia yang sangat penting

d.

hasil karya manusia

e.

sesuatu hal yang selalu mengalami perubahan

2.

Kebudayaan bukan merupakan warisan biologis, sehingga perlu

adanya suatu proses pembelajaran, yaitu melalui . . . .

a.

sosialisasiz

d.

d

ifusi

b.

akulturasi

e.

inovasi

c.

asimilasi

3.

Golongan masyarakat yang mudah menerima kebudayaan asing,

yaitu . . . .

a.

pengusaha

d.

orang kaya

b.

guru

e.

birokrat

c.

generasi muda

4.

Apabila dua kelompok dengan kebudayaan yang saling berbeda

mengadakan hubungan dan saling bertukar kebudayaan disebut . . . .

a.

asimilasi

d.

amalgamasi

b.

akulturasi

e.

invention

c.

difusi

5.

Inovasi adalah salah satu unsur yang menyebabkan dinamika

kebudayaan. Inovasi adalah . . . .

a.

suatu proses pembaharuan dari pemggunaan sumber-sumber

alam, energi, modal, dan teknologi

b.

bercampurnya dua kebudayaan menjadi satu yang mampu

mengubah sifat khas kebudayaan itu sendiri.

c.

terjadinya perkawinan campuran antar kebudayaan yang

berbeda

d.

diterimanya unsur-unsur kebudayaan asing

e.

terjadinya penyebaran kebudayaan akibat migrasi manusia ke

daerah lain

Latihan Soal-soal Semester I

A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara

memberi tanda silang (X) pada huruf

a, b, c, d

atau

e

!

Latihan Soal-soal Semester I

115

6.

Di bawah ini unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima

adalah . . . .

a.

ideologi

b.

makanan pokok

c.

teknologi

d.

adat istiadat

e.

nilai dan norma budaya

7.

Akulturasi adalah proses sosial. Apabila suatu kelompok manusia

dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari

suatu kebudayaan asing diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa

menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan merupakan definisi

menurut . . . .

a.

John C. Macionis

b.

Koentjaraningrat

c.

Mayor Polak

d.

Peter Berger

e.

Prof. Dr. Nasution, SH

8.

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi adalah . . . .

a.

kurangnya pengetahuan akan kebudayaan kelompok lain

b.

prasangka dan stereotipe tentang suatu kelompok tertentu

c.

sifat takut akan kekuatan kebudayaan kelompok lain

d.

in group feeling

yang kuat

e.

amalgamasi

9.

Faktor pendorong manusia selalu membuat penemuan baru adalah

. . . .

a.

kesadaran masyarakat akan kekurangan dalam unsur

kebudayaannya

b.

perasaan superioritas ada individu lain dari kebudayaan lain

c.

unsur-unsur budaya yang dapat membawa manfaat

d.

adanya toleransi dengan kebudayaan lain

e.

terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam

masyarakat

10. Proses peniruan unsur-unsur budaya asing disebut . . . .

a.

imitasi

b.

difusi

c. asimilasi

d.

akulturasi

e.

inovasi

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

116

1.

Mengapa suatu masyarakat atau kelompok manusia selalu mengalami

perubahan?

2.

Jelaskan yang dimaksud dengan dinamika kebudayaan!

3.

Sebutkan faktor-faktor yang dapat mempercepat terjadinya asimilasi,

berikan contohnya!

4.

Apakah perbedaan antara kebudayaan ideal dan kebudayaan real?

5.

Mengapa manusia terus melakukan penemuan baru sebagai salah

satu kemajuan kebudayaan mereka?

B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan

singkat dan tepat!