Halaman
Dinamika dan Pewarisan Budaya
47
Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajari dan ingatlah
beberapa kata kuncinya!
Kata Kunci
1.
Kebudayaan
2 .
Integrasi nasional
3.
Bahasa
4.
Seni
5.
Agama
6 .
Dinamika Kebudayaan
Dinamika dan
Pewarisan Budaya
Peta konsep berikut memudahkan kalian dalam mempelajari materi pada bab ini.
Tujuan Pembelajaran:
Sesudah kalian aktif mengikuti pokok bahasan dalam bab ini, diharapkan kalian dapat mengidentifikasi unsur-unsur
proses dinamika dan pewarisan budaya dalam rangka menuju integrasi nasional.
Supaya kalian lebih mudah untuk memahami pokok bahasan dalam bab ini, pelajarilah peta konsepnya!
Bab II
Unsur-unsur Budaya
Bahasa
Seni
Agama
Dinamika dan Pewarisan Budaya
meliputi
sebagai
Pewarisan Budaya
pada
Masyarakat
Tradisional
Masyarakat
Modern
menuju
Integrasi Nasional
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
48
Coba kalian renungkan mengapa lingkungan di sekitar tempat tinggal
kalian banyak terdapat berbagai macam benda. Benda-benda tersebut
merupakan hasil karya manusia dengan berbagai manfaat dan fungsinya,
coba kalian perhatikan lagi untuk apa manusia membuatnya?
Kalian tentunya telah mengetahui bahwa untuk mempertahankan
kehidupannya manusia menciptakan sesuatu untuk membantu dan
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Berbagai peristiwa alam dan
ancamannya membuat manusia harus mampu bertahan karena tidak
semua hal yang terjadi di dunia berdampak baik bagi manusia. Nah, hasil
karya manusia itulah yang disebut sebagai kebudayaan.
Kebudayaan dapat membantu atau menghambat penyesuaian diri
manusia. Kebudayaan memungkinkan orang bertahan hidup dalam
lingkungan fisik yang tidak ramah. Kita tidak dapat hidup tanpa
kebudayaan dan kadang-kadang tidak mudah hidup dalam kebudayaan.
Beragamnya kebudayaan yang muncul di masyarakat akan selalu
mengalami perubahan dan berbeda-beda dalam setiap masyarakat karena
kebudayaan setiap masyarakat terdiri dari unsur-unsur budaya yang
merupakan bagian dari kesatuan yang bersifat mengikat bagi anggotanya.
Untuk itu agar kalian lebih memahami tentang unsur-unsur kebudayaan
yang ada di masyarakat terlebih dahulu mengenali apa yang dimaksud
dengan kebudayaan.
Sumber:
Majalah Garuda Indonesia Juli 1996
Gambar 2.1
Kebudayaan adalah hasil karya manusia yang
dapat digunakan untuk membantu dan memenuhi kebutuhannya
Dinamika dan Pewarisan Budaya
49
A. Apa itu Kebudayaan
Apa saja yang kalian ketahui tentang arti kebudayaan selama ini?
Banyak orang bicara tentang kebudayaan, ada yang menyebut
kebudayaan untuk menyatakan hasil karya manusia yang indah-indah
atau terbatas pada kesenian. Ada juga yang memakai kebudayaan untuk
menyatakan ciri-ciri yang nampak pada sekelompok anggota masyarakat
tertentu yang berbeda dengan kelompok masyarakat yang lain serta ada
pula yang mengartikan kebudayaan untuk menyatakan tingkat kemajuan
teknologi yang didukung oleh tradisi tertentu untuk membedakan
kebudayaan yang belum banyak menggunakan peralatan mesin dan
teknologinya masih terbelakang. Timbul pertanyaan, apakah
sesungguhnya yang dimaksud dengan kebudayaan itu? Coba kalian
jelaskan apa yang sebenarnya disebut dengan kebudayaan. Untuk
mempermudahnya, lihatlah definisi kebudayaan menurut beberapa tokoh
berikut ini.
1.
Definisi Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta
buddhayah
yaitu bentuk jamak dari
buddi
yang berarti budi atau akal.
Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan akal.
Adapun kata kultur yang berarti juga
kebudayaan merupakan adopsi dari bahasa Inggris
culture
yang berasal
dari bahasa Latin
colere
yang berarti mengolah atau mengerjakan tanah
atau bertani. Dari arti ini berkembang arti
culture
sebagai segala daya
upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.
Dari sini, Koentjaraningrat memberikan definisi kebudayaan adalah sebagai
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar. Coba bandingkan dengan definisi kebudayaan menurut
tokoh-tokoh berikut yang dikutip dari buku Sosiologi Suatu Pengantar,
Soerjono Soekanto (1982).
a.
Sir Edward Burnett Tylor
Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan serta lain-
lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
50
b.
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan
yang diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam di sekitarnya
agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Rasa meliputi jiwa manusia mewujudkan segala norma-norma dan nilai-
nilai kemasyarakatan untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan
dalam arti yang luas, misalnya: keyakinan, ideologi, maupun kepercayaan.
Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-
orang yang hidup bermasyarakat yang antara lain menghasilkan filsafat
serta ilmu-ilmu pengetahuan baik yang berwujud teori murni mupun yang
telah disusun untuk diamalkan dalam kehidupan masyarakat.
c.
A.L Kroeber dan Clyde Cluckhohn
Kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola tingkah laku dan pola-pola
bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit yang diperoleh dan
diturunkan melalui simbol yang akhirnya mampu membentuk sesuatu
yang khas dari kelompok-kelompok manusia termasuk perwujudannya
dalam benda-benda materi.
d.
E.B Taylor
Kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan
lain kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan
oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
2.
Wujud Kebudayaan
Untuk mempelajari lebih lanjut
tentang kebudayaan maka hal terpenting
kalian harus mengerti tentang wujud-
wujud kebudayaan yang nantinya dapat
memberikan pengertian secara lebih jelas.
Koentjaraningrat, membagi kebudayaan
menjadi 3, yaitu:
Sumber:
Indonesian Heritage 8
Gambar 2.2
Tari Jaipong Salah satu
kebudayaan yang merupakan hasil
karya dan pemikiran manusia adalah
tarian.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
51
a.
Sistem Budaya
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya biasa disebut sistem
budaya. Ini merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang mempunyai
ciri-ciri abstrak, tak dapat diraba, atau difoto. Misalnya sebuah hasil
pemikiran yang tertuang dalam buku atau artikel maka keberadaan lokasi
kebudayaan ideal ada pada buku atau artikel tersebut.
b.
Sistem Sosial
Wujud kebudayaan sebagai suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat, disebut
sistem sosial. Terdiri dari aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi, berhubungan,
serta bergaul satu dengan lain menurut
waktu dan pola tertentu berdasarkan adat
tata kelakuan.
c.
Artefak
Wujud kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya manusia. Ini jelas sekali
karena merupakan kebudayaan fisik,
dapat terlihat, diraba seperti Candi
Borobudur.
Masyarakat dan kebudayaan memang tidak dapat dilepaskan
tetapi dalam perkembangannya, kebudayaan yang ada di dalam
masyarakat ada yang berdampak positif dan negatif.
Coba diskusikan dan berikan solusi yang tepat supaya beberapa
kebudayaan yang memiliki dampak yang negatif dan tidak sesuai
dengan perkembangan masyarakat tersebut dapat diarahkan supaya
berdampak positif bagi masyarakat. Selain itu coba kalian praktikkan
dan jalankan kebudayaan di daerah kalian yang berdampak positif
dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber:
Indonesian Heritage 9
Gambar 2.3
Candi Borobudur.
Candi merupakan salah satu kebudayaan yang
berbentuk material yangmerupakan hasil karya
manusia. Candi Borobudur merupakan
salah satu tujuh keajaiban dunia yang sangat
terkenal
Analogi Budaya
Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
52
B. Unsur-unsur Budaya
Unit terkecil dari kebudayaan disebut unsur (
traits
). Tetapi ada yang
mengatakan bahwa
traits
itu dapat dibagi lagi menjadi unsur yang lebih
kecil disebut
items
. Menurut Hoebel, unsur adalah suatu kesatuan corak
perilaku yang dipelajari dan dianggap tak dapat diperkecil lagi atau produk
nyata yang dihasilkan oleh perilaku tersebut. Setiap kebudayaan terdiri
dari ribuan unsur. Misalnya saja kesenian karawitan apakah dapat disebut
sebagai unsur kebudayaan? Bukan, karena kesenian karawitan merupakan
sekumpulan unsur yang terdiri dari irama, alat-alat karawitan, lagu, lirik,
dan lain-lain. Gabungan semua unsur itu akan membentuk kompleks
kebudayaan yang merupakan sekelompok unsur budaya yang saling
berhubungan.
Kompleks kebudayaan terletak di tengah-tengah unsur dan lembaga.
Ingatkah kalian apa yang dimaksud dengan lembaga sosial itu? Suatu
lembaga sosial adalah serangkaian kompleks kebudayaan yang terpusat
pada kegiatan yang penting. Beberapa kompleks kebudayaan merupakan
bagian dari lembaga. Dari pemahaman konsep-konsep di atas maka dapat
diurutkan bahwa dinamika kebudayaan dimulai dari items - traits - unsur
- kompleks kebudayaan dan yang terakhir adalah lembaga sosial.
Beberapa sarjana antropologi mencoba menjabarkan unsur-unsur
budaya seperti yang tercantum dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar,
Soerjono Soekamto (1982), misalnya Melville J. Herskovits membagi unsur
budaya menjadi 4 yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan
kekuasaan politik. Bronislaw Malinoswky, membagi unsur budaya menjadi
4 juga yaitu:
1.
Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota
masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya.
2.
Organisasi ekonomi.
3.
Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan.
4.
Organisasi kekuatan.
Menurut C. Kluckhon yang dikutip dari buku Koentjaraningrat (1999)
membagi unsur kebudayaan menjadi tujuh yang terkenal dengan sebutan
Universal Categories of Culture
yaitu:
Dinamika dan Pewarisan Budaya
53
No.
Unsur Kebudayaan
Contoh
1.
Peralatan dan perlengkapan
Pakaian, perumahan, alat-alat
hidup manusia
rumah tangga, senjata, alat-alat
produksi, dan lain-lain.
2.
Mata pencaharian hidup dan Peternakan, pertanian, industri,
sistem-sistem ekonomi
nelayan, sistem konsumsi, sistem
distribusi, sistem produksi, dan
lain- lain.
3.
Sistem kemasyarakatan
Sistem kekerabatan, organisasi
politik, sistem hukum, sistem
perkawinan, dan lain-lain.
4.
Bahasa
Bahasa lisan maupun tertulis.
5.
Kesenian
Seni rupa, seni suara, seni gerak,
dan lain-lain.
6.
Sistem pengetahuan.
7.
Religi (Sistem kepercayaan)
Betapapun kehidupan suatu kelompok
manusia, pasti ia mengembangkan bahasa
sebagai sistem lambang dan sebagai alat
komunikasi untuk mempermudah sesama
anggota menyampaikan pengalaman,
pemikiran dan perasaan. Karena kemampuan
manusia mengembangkan lambang-lambang
yang penuh makna itulah maka ia dapat
menempatkan diri sebagai makhluk yang
tertinggi derajatnya. Sistem religi adalah unsur
kebudayaan yang memberikan pedoman pada
anggota masyarakat dalam memahami
lingkungan semesta dan hubungannya dengan
kekuatan gaib. Sistem pengetahuan sangat
penting artinya sebagai pedoman dalam
menanggapi tantangan yang timbul dan harus
dihadapi dalam proses penyesuaian masyarakat terhadap lingkungannya
dalam arti luas. Sistem teknologi berfungsi memberikan pedoman anggota
masyarakat dalam usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungannya
Sumber:
Dokumen Penerbit
Gambar 2.4
Upacara
perkawinan
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
54
dan cara memanfaatkannya demi kesejahteraan bersama. Sedang sistem
kesenian merupakan unsur kebudayaan yang memberikan pedoman bagi
anggota masyarakat yang bersangkutan untuk menyatakan rasa
keindahan yang dapat dinikmati secara bersama.
1.
Hubungan antara Unsur-unsur Kebudayaan
a.
Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)
T
eknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai,
serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul
dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara
mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil
kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan
yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam
teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan
fisik), yaitu sebagai berikut.
1)
Alat-alat produktif.
2)
Senjata.
3)
Wadah.
4)
Alat-alat untuk menyalakan api.
5)
Makanan.
6)
Pakaian.
7)
Tempat berlindung dan perumahan.
8)
Alat-alat transportasi.
Apa yang dapat kalian tangkap dari
peristiwa dalam gambar berikut ini
berkaitan dengan perkembangan
budaya? Selain itu coba kalian
praktikkan juga cara menggunakan
komputer dan mencari informasi
melalui internet!
Investigasi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan wawasan kemutakhiran serta orientasi
kecakapan pada diri kalian!
Sumber:
Ensiklopedi Umum untuk
Pelajar 5
Dinamika dan Pewarisan Budaya
55
b.
Sistem Mata Pencaharian Hidup
Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus
pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
1)
Berburu dan meramu.
2)
Beternak.
3)
Bercocok tanam di ladang.
4)
Menangkap ikan.
c.
Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
1)
Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam
struktur sosial. M, Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu
masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial
dari masyarakat yang bersangkutan.
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga
yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota
kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik,
paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Di masyarakat umum kita juga
mengenal kelompok kekerabatan seperti keluarga inti, keluarga luas,
keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
2)
Organisasi Sosial
Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia
membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
tidak dapat mereka capai sendiri. Organisasi sosial adalah perkumpulan
sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum, berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.
d.
Bahasa
Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan
manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat
tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan
menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya
atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri
dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan
sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk
masyarakat.
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai berikut:
1)
Alat berekspresi.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
56
2)
Alat komunikasi.
3)
Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial.
Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk:
1)
Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari (fungsi praktis).
2)
Mewujudkan seni (fungsi artistik).
3)
Mempelajari naskah-naskah kuno (fungsi filosofis).
4)
Untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
e.
Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata
ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,
manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang
sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
Berdasarkan jenis nilai estetika yang ditampilkan kesenian (budaya
seni) dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1) Seni rupa,
yaitu benda-benda seni yang menampilkan
keindahannya dalam bentuk wujud atau bentuk misalnya lukisan,
seni patung, seni lukis, atau seni fotografi.
2)
Seni suara,
yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam
bentuk suara, seni suara ini terdiri dari seni suara vokal (manusia),
seni suara instrumental (alat musik), dan seni suara campuran
(perpaduan antara suara manusia dengan alat musik).
3)
Seni gerak
, yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam
bentuk gerakan atau aktivitas. Misalnya seni tari, gerak dan lagu,
senam berirama dan sebagainya.
4)
Seni drama
, yaitu seni yang menampilkan keindahannya dalam
bentuk visualisasi pementasan adegan cerita. Misalnya ketoprak,
wayang orang, lenong, ludruk, dan sebagainya.
Benda-benda seni memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Mengandung nilai estetika.
2)
Berfungsi memberikan penghiburan.
3)
Melekat dengan unsur-unsur kebudayaan yang lain seperti seni
rupa melekat pada model rumah, model mobil, sepeda motor, dan
lain-lain.
4)
Berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan
atau harapan dari kelompok masyarakat yang satu kepada
kelompok masyarakat yang lain.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
57
f.
Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang
diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.
Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan
berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat
empiris
(trial and error)
.
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
1)
Pengetahuan tentang alam.
2)
Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya.
3)
Pengetahuan tentang tubuh manusia.
4)
Pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia.
5)
Pengetahuan tentang ruang dan waktu.
Bentuklah kelompok dan lakukan kegiatan berikut ini secara
bersama-sama. Amati dan telitilah perkembangan budaya serta
dampak yang ditimbulkannya dalam kehidupan masyarakat!
Diskusikan hasil pengamatan kalian serta berikan solusi untuk
mengatasi pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia! Selanjutnya coba kalian tingkatkan
lagi kegiatan yang sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa
Indonesia
g.
Sistem Kepercayaan
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik
manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam
sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya
penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan
manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan
itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak
dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa
alam semesta.
Analogi Budaya:
Coba kembangkan wawasan kebinekaan dan orientasi kecakapan hidup
pada diri kalian!
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
58
Analogi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja, rasa keingintahuan dan
wawasan kebinekaan serta orientasi kecakapan pada diri kalian
Setelah kalian mengamati dan meneliti masalah budaya, berikan
suatu gambaran atau ulasan tentang unsur budaya yang
membentuk lingkaran sosial budaya kalian dengan
memperhatikan tujuh unsur budaya yang ada. Jelaskan masing-
masing unsur tersebut dengan memperhatian tabel berikut ini.
Unsur Budaya Cultural Activity Trait Complex
Items
Untuk mengo-
lah tanah meng-
gunakan trak-
tor
Koentjaraningrat membagi hal ini menjadi:
1)
Sistem kepercayaan/religi
2)
Kesusastraan suci
3)
Sistem upacara
4)
Magic
5)
Umat agama.
Sebagian besar
penduduk ber-
mata pencaha-
rian sebagai pe-
tani
Cara-cara ber-
cocok tanam di-
ajarkan oleh pe-
nyuluh dari di-
nas pertanian
misalnya pengo-
lahan tanah
Peralatan dan
perlengkapan
hidup manusia
Mata pencaha-
rian hidup dan
Sistem Ekono-
mi (Contoh)
Sistem Kema-
syarakatan
Bahasa
Kesenian
Sistem Penge-
tahuan
Religi (sistem
kepercayaan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
No.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
59
C. Bahasa
Setiap hari kalian pasti menggunakan bahasa. Cara kalian dalam
berbahasa dapat menunjukkan kepribadian kalian. Berbahasa dengan baik
dan benar dapat mempermudah dan memperlancar kalian dalam
berkomunikasi
Bahasa merupakan salah satu unsur dari 7 unsur kebudayaan
universal. Suatu kenyataan dan pengalaman bahwa dalam setiap
masyarakat manusia selalu terdapat bahasa yang cukup rumit susunannya.
Dapat dikatakan juga bahwa bahasa bersifat simbolis atau perlambangan.
Artinya suatu perkataan mampu melambangkan arti apapun, walaupun
hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh kata itu tidak hadir. Orang
tua dapat menjelaskan secara mendetail sekali kepada anak-anaknya
mengenai sifat-sifat ular, memerinci panjangnya, besarnya dan warnanya,
bentuknya dan cara-caranya bergerak. Menunjukkan tempat-tempat di
mana anaknya mungkin menemukan ular dan menerangkan kepadanya
bagaimana menghindarkannya. Jadi tanpa pernah melihat ular, anak dapat
menyimpan keterangan lisan itu di dalam ingatannya. Saat sang anak
ketemu ular, ia mungkin teringat akan kata yang menjadi perlambang
untuk binatang itu dan keterangan yang berhubungan dengan itu dan
dengan demikian menjauhkan diri dari bahaya.
Anak memahami bahasa yang
diucapkan orang tuanya ketika bercerita
tentang ular. Kalian memahami bahasa yang
diucapkan orang lain, dan menjawabnya
dengan bahasa yang dipahaminya pula,
sehingga percakapan itu berkembang dan
penuh makna. Menurut Chris Baker (2005)
bahasa lebih tepat dipahami bersifat
konstitutif terhadap nilai, makna dan
pengetahuan. Artinya bahasa memberi
makna pada benda-benda material dan
praktik-praktik sosial, menjadikan benda-
benda dan praktik-praktik itu dapat kita
pahami serta menghadirkannya pada diri kita
dalam batasan yang digariskan oleh bahasa. Bahasa mengkontruksi
makna. Lewat strukturnya, bahasa menentukan makna-makna mana saja
yang bisa atau tidak bisa dipakai dalam kondisi tertentu oleh subjek-subjek
pengguna bahasa.
Sumber:
Kompas Minggu 13 Maret 2005
Gambar 2.5
Bahasa dapat
digunakan oleh orang tua untuk
menjelaskan atau mengajarkan
pengetahuan kepada anak-anaknya.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
60
1.
Strukturalisme
Saussure adalah salah seorang tokoh yang paling berhasil menjelaskan
pemunculan makna dari referensi pada suatu sistem perbedaan yang
terstruktur dalam bahasa, oleh karena itu ia dianggap sebagai tokoh pendiri
strukturalisme. Saussure menyelidiki aturan-aturan dan konvensi-konvensi
yang mengatur bahasa (
langue
), dan bukan penggunaan khusus dan
ujaran-ujaran yang dipakai sehari-hari (
parole
). Strukturalisme pada
umumnya lebih tertarik pada struktur-struktur bahasa dari pada
pemakaian aktualny
a (Chris Baker, 2005 : 90).
Menurut Saussure yang dikutip dari buku Chris Baker (2005 : 90-92),
bahasa mengandung sebuah sistem pemaknaan yang terdiri dari
serangkaian tanda (
signs
) yang dianalisis menurut bagian-bagian
penyusunnya, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda
adalah bentuk-bentuk dan medium yang diambil oleh suatu tanda, seperti
sebuah bunyi, gambar atau coretan yang membentuk kata di suatu
halaman. Sedangkan petanda adalah konsep dan makna-makna.
Hubungan antara petanda dan penanda bersifat tidak pasti, dalam arti
harus selalu demikian. Pengaturan hubungan antara petanda dan penanda
bersifat arbitrer, sehingga binatang yang biasa kita sebut sebagai “kucing”
misalnya bisa saja diwakili oleh penanda yang lain, seperti kuda atau meja.
Menurut Saussure yang dikutip dari buku Chris Baker (2005 : 90-92),
makna diproduksi lewat proses seleksi dan kombinasi tanda-tanda menurut
sumbu sintagmatis dan paradigmatis. Sumbu sintagmatis tersusun dari
kombinasi linear tanda-tanda yang membentuk kalimat sedangkan
paradigmatis menunjuk pada medan tanda (misalnya sinonim) yang
darinya bisa dipilih tanda yang mana pun. Makna terakumulasi seiring
sumbu sintagmatis, sedangkan seleksi dari medan paradigmatis bisa
mengubah makna pada titik mana pun dalam suatu kalimat. Hartley dalam
buku Chris Baker (2005 : 91), memberi contoh berikut :
(Paradigmatis)
Tentara
Pejuang Kemerdekaan
Teroris
Relawan
Hari ini menyerang
Sintagmatis
Penembak
membebaskan
Dinamika dan Pewarisan Budaya
61
Pada sumbu paradigmatis, pemilihan antara pejuang kemerdekaan
dengan teroris akan menghasilkan perbedaan makna yang signifikan. Hal
itu mengubah bagaimana kita memahami karakter dari pelaku dan akan
memengaruhi kombinasi di sumbu sintagmatis karena berdasarkan
konvensi dan meskipun sebenarnya secara gramatikal bisa dibenarkan,
pemilihan kata “teroris” tidak akan dikombinasikan dengan kata
“membebaskan”.
Karakter arbitrer hubungan penanda – petanda menunjukkan bahwa
makna itu mengalir secara kultural dan historis bersifat spesifik, tidak
bersifat tetap dan khusus. Fakta bahwa “teroris” dan “pembebasan”
merupakan suatu kombinasi yang langka juga menunjukkan bahwa
makna itu diatur di bawah kondisi-kondisi sosial – historis yang khas. Culleh
dalam buku Chris Baker (2005 : 91), mengungkapkan “karena sifatnya
yang arbitrer, maka tanda sepenuhnya berada di bawah pengaruh sejarah
dan kombinasi dari suatu penanda dan petanda pada suatu saat tertentu
merupakan akibat dari proses sejarah”.
Strukturalisme berpendapat bahasa memiliki kode-kode kultural.
Salah satu contohnya adalah organisasi dan regulasi warna ke dalam kode
kultural lampu lalu lintas. Menurut Saussure yang dikutip dari buku Chris
Baker (2005 : 92), warna merah baru mempunyai makna dalam relasi
perbedaan antara merah, hijau, biru, dan lain-lain. Tanda-tanda ini
kemudian diatur menjadi suatu urutan yang bisa memunculkan makna
melalui konvensi-konvensi penggunaannya dalam konteks tertentu. Maka
lampu lalu lintas memakai “merah” untuk berhenti, dan “hijau” untuk
menandakan terus. Ini adalah kode kultural yang untuk sementara waktu
menetapkan hubungan antara warna-warna dan makna. Di sini tanda telah
dijadikan kode-kode yang dialamiahkan. Makna terasa begitu gamblang.
(Kita tahu kapan harus berhenti atau terus). Para penganut strukturalisme
sering juga disebut dengan pendukung esensialisme.
2.
Pasca Strukturalisme
Pasca strukturalisme menolak gagasan tentang adanya struktur dasar
(
underlying structure
) yang memunculkan makna. Bahasa bukanlah
sesuatu yang otonom, terlepas dari hubungan antarteks. Menurut pasca
strukturalisme makna selalu tertunda dan berada dalam proses. Makna
tekstual bersifat labil dan tidak bisa dikurung dalam sebuah kata, kalimat
atau teks tertentu. Makna tidak memiliki sumber orisinalitas tunggal
melainkan merupakan hasil hubungan-hubungan antarteks yang disebut
dengan intertekstualitas.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
62
Pasca strukturalisme menggagas bahwa makna hanya ada di dalam
tanda, tidak ada makna di luar tanda yang merupakan suatu bentuk
“representasi” grafis. Menurut Derrida yang dikutip dari buku Chris Baker
(2005 : 99), dalam konteks ini, tulisan berada pada pangkal asal mula
makna. Tulisan adalah
arche writing
yang bermakna tulisan selalu
merupakan bagian dari luar teks dan teks turut membentuk apa yang ada
di luarnya. Jadi tulisan bukanlah semata-mata teks yang ada pada sebuah
halaman. Manusia tidak akan bisa berpikir tentang pengetahuan dan
kebenaran dan kebudayan tanpa adanya tanda atau tulisan. Tulisan adalah
jejak permanen yang selalu sudah (
always already
) ada sebelum persepsi
menyadari dirinya.
Menurut Derrida dikutip dari buku Chris Baker (2005 : 100), makna
terlahir melalui permainan penanda, bukan dari referensi dengan sebuah
objek yang independen. Makna tidak mungkin bisa tetap dan baku. Kata-
kata selalu mengandung banyak makna, yang didalamnya terdapat pula
jejak atau guna makna-makna lain yang berasal dari kata-kata lain (yang
berhubungan) dalam konteks yang berhubungan. Bahasa bersifat non
representasional dan makna secara inheren bersifat tidak stabil dan
karenanya selalu berada dalam pergeseran. Derrida memperkenalkan
Differance
untuk memahami makna kata-kata dari suatu bahasa.
Differance
berasal dari kata
difference
dan
deferral
.
Difference
berarti perbedaan,
sedangkan defferal berarti penundaan. Produksi makna yang terjadi dalam
proses pemaknaan selalu mengalami perbedaan dan penundaan.
Derrida yang dikutip dari buku Chris Baker (101), memberi contoh
kartu pos yang sudah diberi motif tertentu. Menurutnya kartu pos bisa
saja salah sasaran. Kartu pos bisa sampai pada seseorang dan menghasilkan
makna-makna yang sama sekali berbeda dari apa yang dimaksudkan.
Bisa saja karena salah sasaran, makna yang sesungguhnya digantikan oleh
makna yang beredar tanpa sumber atau tujuan yang sepenuhnya pasti.
Nalar tidak mampu memastikan dan mendefinisikan secara permanen
makna dari sebuah konsep. Oleh karena itu makna dari setiap tanda dan
kata selalu mengalami perbedaan dan penundaan dalam proses pemaknaan
oleh orang-orang yang berbeda. Ajaran yang demikian menyebabkan para
penganut pasca struturalisme disebut pendukung antiesensialisme.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
63
Untuk mengingatkan kalian kembali coba renungkan apakah goresan-
coretan di tembok-tembok pinggir jalan adalah karya seni? Apa saja yang
kalian ketahui tentang pengertian seni? Coba simaklah pembahasan berikut
supaya kalian lebih memahaminya lagi.
Menurut Koentjaraningrat (1999), umumnya bagi orang berbahasa
Indonesia, kebudayaan adalah kesenian, yang apabila dirumuskan
memiliki pengertian sebagai berikut: “kebudayaan dalam arti kesenian
adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional,
estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan pancaindera yaitu
penglihat, penghidung, pengecap, perasa, dan pendengar.
Setiap karya seni memiliki struktur umum. Pertama adalah setiap
karya seni memiliki materi karya seni, yaitu sumber asli yang menjiwa
setiap pengalaman estetik (keindahan). Materi seni tentu saja harus dipilih,
diperhitungkan agar dapat memberikan nilai guna dan cita rasa sentuhan
estetis seninya. Untuk memenuhi hal itu, setiap karya seni harus
mempunyai struktur harmoni (kesesuaian) dan struktur ritme.
Fungsi Struktur harmoni
dalam suatu karya seni adalah menegaskan
dan menggolongkan unsur-unsur bahasa estetisnya sehingga karya seni
memiliki keunikan, akibatnya unsur-unsur tersebut menjadi suatu
perbandingan (skala) dari berbagai kemungkinan. Contohnya adalah
tangga nada. Fungsi lainnya adalah struktur harmonisasi memberi titik berat
dan menggariskan unsur-unsur perbandingan, misalnya tekanan-tekanan
yang melahirkan daya tarik tertentu yang unik sifatnya. Contohnya adalah
D. Seni
Strukturalisme/
Esensialisme
Pasca Strukturalisme/
Anti Esensialisme
Bahasa bersifat otonom dan
mengandung pengertian yang bersifat
tetap melalui pengatur tertentu. Setiap
kata memiliki esensi. Oleh karena itu
dalam setiap bahasa terdapat
kebenaran bersifat tetap yang bisa
dicari.
Bahasa tidak bersifat otonom dan
mengandung pengertian yang bersifat
tidak tetap. Setiap kata tidak memiliki
esensi. Oleh karena itu dalam setiap
bahasa tidak ada kebenaran yang
bersifat tetap, memang ada kebenaran
tetapi bersifat sementara.
Secara singkat, perbedaan antara strukturalisme (esensialisme) dengan
pasca strukturalisme (anti esensialisme) adalah sebagai berikut.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
64
modulasi. Fungsi struktur ritme dalam suatu karya seni adalah menentukan
unsur yang diarahkan pada suatu gerak. Gerakan ini memberikan wujud
yang menjadikan gerakan tersebut hidup. Gerakan ini bisa berupa ketidak
gerakan, hentakan dan dengan tempo yang tepat pula.
Struktur umum kedua dari karya seni adalah subyek. Subyek dari
suatu karya seni adalah karya seni itu sendiri. Setiap karya seni memiliki
ide pemikiran yang dapat juga disebut sebagai subjek dari karya seni itu.
Kedua pemahaman mengenai subyek karya seni itu menghadirkan materi
subjek yang khusus yang menjadi penanda dari sebuah karya seni dan
membedakannya dengan karya seni lainnya.
Struktur umum ketiga dari karya seni adalah ekspresi. Ekspresi karya
seni lahir dari pemahaman seniman atas dasar imajinasinya untuk
menemukan makna dan keindahan dari subyek seni. Setiap ekspresi karya
seni dapat dipahami dengan menemukan pemahaman imajinasi
pembuatnya yang terdapat dalam diri, kemurnian dan kebenaran yang
terdapat dalam subyek karya seni itu sendiri.
Seni adalah suatu proses kegiatan atau peristiwa yang sering disebut
dengan kegiatan berkesenian. Bernyanyi, membuat patung, main drama,
dan sebagainya adalah kegiatan berkesenian. Kegiatan berkesenian itu oleh
para seniman dan penikmat seni dapat dipandang sebagai :
1.
penyaluran kekuatan adi-kodrati.
2.
penyaluran bakti (kepada Tuhan, kepada pemimpin).
3.
melestarikan warisan nenek moyang.
4.
sarana atau komponen pendidikan (baik dalam aspek penerusan nilai-
nilai budaya maupun pengembangan kreativitas).
5.
kegiatan bersenang dan berhibur.
6.
sarana pencaharian hidup.
Setiap karya seni memiliki hakekat dengan kemungkinan-
kemungkinan sebagai berikut:
1.
sebagai kekuatan adi kodrati yang menjelma.
2.
sebagai ide yang mewujud.
3.
sebagai energi yang mewujud.
4.
sebagai sarana kesinambungan tradisi.
5.
sebagai wujud kreativitas.
6.
sebagai sarana bersenang.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
65
Analogi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!
Dewasa ini perkembangan seni sudah sangat pesat sekali, mulai
dari seni musik, seni rupa, dan tari serta pengembangan seni-seni
modern yang merupakan hasil improvisasi dan kreativitas seniman.
Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi
yang tepat supaya keberadaan seni juga menunjang dan
meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga
kelestarian budaya bangsa sehingga tidak hanya berfungsi sebagai
hiburan saja.
E. Agama/Religi/Kepercayaan
Menurut sudut pandang Antropologi, yang diwak
ili oleh Anthony F.C.
Wallace, agama didefinisikan sebagai seperangkat upacara yang diberi
rasionalisasi mitos dan yang menggerakkan kekuatan-kekuatan supranatural
dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu
perubahan keadaan pada manusia atau alam. Definisi ini mengandung
pengakuan bahwa, kalau tidak dapat mengatasi masalah serius yang
menimbulkan kegelisahan, manusia berusaha mengatasinya dengan
memanipulasikan makhluk dan kekuatan supernatural. Untuk maksud
tersebut digunakanlah upacara keagamaan.
Menurut Edi Sedyawati, agama adalah suatu sistem yang berintikan pada
kepercayaan akan kebenaran-kebenaran yang mutlak, disertai segala
perangkat yang terintegrasi di dalamnya, meliputi tata peribadatan, tata peran
para pelaku dan tata benda yang diperlukan untuk mewujudkan agama
bersangkutan. Inti kepercayaan suatu religi berhubungan dengan konsep
mengenai kosmos, baik mengenai struktur maupun aspek kejadiannya.
Konsep lainnya adalah pandangan mengenai hidup sesudah mati atau adanya
alam lain di samping alam kehidupan manusia di dunia ini.
Berdasarkan konsep religi (agama) manusia percaya kepada suatu
kekuatan yang dianggapnya lebih tinggi dari dirinya. Menurut
Koentjaraningrat, perilaku manusia yang bersifat religi itu terjadi karena :
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
66
1.
Manusia mulai sadar akan adanya konsep roh.
2.
Manusia mengakui adanya berbagai gejala yang tak dapat dijelaskan
dengan akal.
3.
Keinginan manusia untuk menghadapi berbagai krisis yang senantiasa
dialami manusia dalam kehidupannya.
4.
Kejadian-kejadian luar biasa yang dialami manusia di alam
sekelilingnya.
5.
Adanya getaran (emosi) berupa rasa kesatuan yang timbul dalam jiwa
manusia sebagai warga dari masyarakatnya.
6.
Manusia menerima suatu firman dari Tuhan.
Dari sudut pandang Antropologi, agama terdiri atas bermacam-
macam ritual, doa, nyanyian, tari-tarian, saji-sajian dan kurban yang
diusahakan manusia untuk memanipulasi makhluk dan kekuatan
supernatural untuk kepentingan dirinya sendiri. Pengenalan terhadap
agama atau religi dalam Antropologi dapat dilakukan dengan mengenali
unsur-unsur religi yang diberikan oleh E. Durkheim, yaitu:
1.
Emosi keagamaan (getaran jiwa) yang menyebabkan bahwa manusia
didorong untuk berperilaku keagamaan.
2.
Sistem kepercayaan atau bayangan-bayangan manusia tentang
bentuk dunia, alam gaib, hidup, maut, dan sebagainya.
3.
Sistem ritus dan upacara keagamaan yang bertujuan mencari
hubungan dengan dunia gaib berdasarkan sistem kepercayaan yang
dianutnya.
4.
Kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang
mengkonsepsikan dan mengaktifkan religi berikut sistem upacara-
upacara keagamaannya.
5.
Alat-alat fisik yang digunakan dalam ritus dan upacara keagamaan.
Bagaimanakah wujud dari agama atau religi dalam kehidupan
manusia? Menurut Koentjaraningrat, ada delapan wujud dari agama atau
religi dalam kehidupan manusia, yaitu:
1.
Fetishism, yaitu bentuk religi yang didasarkan pada kepercayaan akan
adanya jiwa dari benda-benda tertentu, dan terdiri dari berbagai kegiatan
keagamaan yang dilakukan untuk memuja benda-benda berjiwa itu.
2.
animism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan bahwa
alam sekeliling tempat tinggal manusia dihuni oleh berbagai macam
roh, dan terdiri dari berbagai kegiatan keagamaan guna memuja ruh-
ruh tadi.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
67
3.
animatism, yaitu suatu sistem kepercayaan bahwa benda-benda serta
tumbuh-tumbuhan memiliki jiwa dan dapat berpikir seperti manusia.
Kepercayaan ini tidak melahirkan berbagai upacara keagamaan.
4.
prae-animism, yaitu bentuk religi berdasarkan kepercayaan pada
kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar biasa, dan terdiri
dari kegiatan-kegiatan keagamaan yang berpedoman pada
kepercayaan tersebut.
5.
totemism, yaitu bentuk religi dari masyarakat yang terdiri dari
kelompok-kelompok kekerabatan unilineal. Bentuk religi ini didasarkan
pada kepercayaan bahwa kelompok unilineal ini masing-masing berasal
dari para dewa dan leluhur yang masih terikat tali kekerabatan, dan
terdiri dari kegiatan keagamaan untuk memuja mereka serta untuk
mempererat kesatuan dalam kelompok unilineal itu.
6.
polytheism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan akan
adanya suatu hierarki dewa-dewa, dan terdiri dari upacara-upacara
untuk memuja para dewa.
7.
monotheism, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan pada
satu dewa, yaitu Tuhan, dan kegiatan-kegiatan upacaranya bertujuan
untuk memuja Tuhan.
8.
mystic, yaitu bentuk religi yang didasarkan kepercayaan kepada satu
Tuhan yang dianggap menguasai seluruh alam semesta, dan terdiri
dari upacara-upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan
Tuhan. Dalam banyak agama manusia berupaya untuk dapat
mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi ada konsep bahwa
manusia menjadi satu dengan Tuhan, berdasarkan nalar bahwa segala
hal di dunia adalah bagian dari Tuhan.
F. Hubungan Bahasa, Seni dan Agama/Religi/
Kepercayaan
Bahasa, seni dan religi adalah tiga hal yang tidak terpisahkan. Dalam
bahasa ada kesenian dan religi. Sebaliknya dalam seni dan agama terdapat
bahasa. Ketiganya merupakan unsur kebudayaan yang universal.
Bahasa, seni dan religi merupakan 3 dari 7 unsur kebudayaan
universal. Bahasa menempati urutan pertama, religi urutan keenam dan
kesenian urutan ke ketujuh. Menurut Robert Sibarani (2002), bahasa
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
68
ditempatkan urutan pertama karena manusia sebagai makhluk biologis
harus berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok sosial. Untuk
mengadakan interaksi dan komunikasi, manusia memerlukan bahasa.
Bahasa merupakan kebudayaan yang pertama dimiliki setiap manusia
dan bahasa itu dapat berkembang karena akal atau sistem pengetahuan
manusia. Dalam proses kehidupannya, manusia kemudian menyadari
dirinya sebagai makhluk yang lemah dalam memenuhi berbagai
kebutuhan hidupnya, maka lahirlah keyakinan didalam diri manusia
bahwa ada kekuatan lain yang maha dahsyat di luar dirinya. Timbul dan
berkembanglah religi. Untuk mengiringi kepercayaan atau sistem religi
itu supaya lebih bersemangat dan lebih semarak maka diciptakanlah seni.
Berdasarkan uraian di atas, hubungan bahasa, seni dan agama/religi/
kepercayaan adalah kesenian menyempurnakan dan menyemarakkan
sistem religi dengan menggunakan media bahasa.
Bahasa, seni dan religi merupakan unsur-unsur kebudayaan universal.
Bahasa menempati urutan pertama. Bahasa adalah induk dari segala
kebudayaan. Atas dasar itu, hubungan bahasa, seni dan religi dapat juga
diperoleh dengan memahami hubungan bahasa dengan kebudayaan.
Menurut Robert Sibarani (2002), fungsi bahasa dalam kebudayaan dapat
diperinci:
1.
Bahasa sebaga sarana pengembangan kebudayaan.
2.
bahasa sebagai penerus kebudayaan.
3.
Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan.
Bahasa sebagai sarana pengembangan kebudayaan mengandung
makna bahwa bahasa berperan sebagai alat atau sarana kebudayaan,
untuk mengembangkan kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan Indonesia
dikembangkan melalui bahasa Indonesia. Khazanah kebudayaan
Indonesia dijelaskan dan disebarkan melalui bahasa Indonesia, sebab
penerimaan kebudayaan hanya bisa terwujud apabila kebudayaan itu
dimengerti, dipahami dan dijunjung masyarakat itu sendiri. Sarana untuk
memahami kebudayaan adalah bahasa. Atas dasar itu, hubungan bahasa
dengan kesenian dan religi adalah bahasa sebagai sarana pengembangan
kesenian dan religi. Kesenian dan religi yang ada di Indonesia
dikembangkan melalu bahasa Indonesia. Kesenian dan religi yang tumbuh
dan berkembang di Indonesia adalah kesenian dan religi yang dapat
dimengerti dan dipahami oleh masyarakat Indonesia. Sarana untuk
memahami kesenian dan religi adalah bahasa Indonesia.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
69
Bahasa sebagai jalur penerus kebudayaan mengandung makna bahwa
bahasa berperan sebagai sarana pewarisan kebudayaan dari generasi ke
generasi. Menurut Robert Sibarani (2002), kebudayaan nenek moyang
yang meliputi pola hidup, tingkah laku, adat istiadat, cara berpakaian,
dan sebagainya dapat kita warisi dan wariskan kepada anak cucu kita
melalui bahasa. Atas dasar itu, hubungan bahasa dengan kesenian dan
religi adalah bahasa berperan sebagai sarana pewarisan kebudayaan dari
generasi ke generasi. Kesenian dan religi nenek moyang kita yang sudah
ada beratus-ratus tahun lalu masih bisa dipelajari oleh kita sekarang hanya
karena bantuan bahasa. Kesenian dan sistem religi yang tertulis dalam
naskah-naskah lama, yang mungkin ditulis beratus-ratus tahun lalu bisa
kita nikmati sekarang hanya karena ditulis dalam bahasa.
Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan mengandung makna
bahwa bahasa berperan dalam penamaan atau pengistilahan suatu unsur
kebudayaan baru sehingga dapat disampaikan dan dimengerti. Menurut
Robert Sibarani (2002), setiap unsur kebudayaan, mulai dari unsur terkecil
sampai unsur terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses pembelajaran
dan pengajaran kebudayaan, nama atau istilah pada unsur kebudayaan
sekaligus berfungsi sebagai inventarisasi kebudayaan tersebut, yang
berguna untuk pengembangan selanjutnya. Atas dasar itu, hubungan
bahasa dengan kesenian dan sistem religi adalah bahasa berperan dalam
penamaan atau pengistilahan unsur-unsur kesenian dan religi baru
sehingga dapat disampaikan dan dimengerti oleh yang menerimanya.
Setiap unsur kesenian dan religi, dari unit yang terkecil sampai yang
terbesar diberi nama atau istilah. Dalam proses pembelajaran dan
pengajaran kesenian dan religi. Nama atau istilah itu digunakan untuk
menginventarisasi kesenian dan religi tersebut untuk pengembangan
selanjutnya.
Bagaimanakah hubungan religi dengan kesenian? Menurut William
A. Haviland (1999), “kesenian harus dihubungkan dengan, tetapi juga
harus dibedakan dari agama. Garis pemisah di antara keduanya tidak
tegas.” Kesenian dan religi sangat berhubungan, hubungan yang erat itu
melahirkan kesenian religi yang biasa digunakan untuk mengiringi
upacara-upacara keagamaan. Dengan diringi berbagai jenis sastra,
nyanyian dan musik, upacara keagamaan berlangsung dengan semarak,
khidmat dan turut membantu mewujudkan situasi dan keadaan yang
membuat umatnya terasa semakin lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha
Esa. Kesenian adalah sebagai sarana penyaluran bakti dan pemujaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
70
Untuk meningkatkan apresiasi kalian terhadap keanekaragaman
agama ikutilah pembahasan berikut ini!
Bagaimanakah hubungan religi dengan kesenian? Kesenian juga
menunjukkan identitas agama tertentu. Musik rebana, khasidah,
nasyid merujuk kepada agama Islam. Sorban, baju koko, dan sarung
merujuk kepada agama Islam. Musola (langgar) dan masjid merujuk
kepada bangunan-bangunan agama Islam. Lagu rohani bernuansa
berbagai jenis musik merujuk kepada agama Katolik dan Kristen.
Salib, gambar Tuhan Yesus dan Bunda Maria merujuk kepada agama
Kristen dan Katolik. Gereja merujuk kepada bangunan agama
Katolik dan Kristen. Kuil dan Pura dengan berbagai ornamennya
merujuk pada agama Budha dan Hindu.
Analogi Budaya:
Coba Kembangkan Apresiasi Terhadap
Keanekaragaman Agama Kalian!
G. Fungsi Bahasa, Seni, dan Agama/Religi/Kepercayaan
1.
Fungsi Bahasa
Setiap bahasa mempunyai empat fungsi, yaitu fungsi kebudayaan,
fungsi kemasyarakatan, fungsi perseorangan dan fungsi pendidikan.
Keempat fungsi bahasa itu saling berhubungan satu sama lain, sebab
perseorangan adalah anggota masyarakat yang hidup dengan pola-pola
kebudayaan yang diwariskan melalui pendidikan. Dalam bahasan
Antropologi, bahasa dipelajari dalam kaitannya dengan kebudayaan.
Fungsi bahasa dalam kebudayaan dapat dipahami dari hubungan antara
bahasa dengan kebudayaan. Menurut Robert Sibarani (2002 : 36) ada
banyak hubungan antara bahasa dengan budaya.
Beberapa dari hubungan antara bahasa dengan kebudayaan akan
dibahas untuk menemukan fungsi bahasa dalam konteks kebudayaan.
Pertama
, bahasa adalah hasil kebuday
aan. Artinya, bahasa yang
dipergunakan atau diucapkan oleh suatu kelompok masyarakat adalah
refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut.
Contohnya adalah bahasa hanya mempunyai makna dalam latar budaya
yang menjadi wadahnya. Sering terjadi, bentuk bahasa sama tetapi
Dinamika dan Pewarisan Budaya
71
memiliki makna yang berbeda karena perbedaan kebudayaan yang
menjadi wadahnya. Berikut ini diberikan bentuk bahasa yang sama dalam
bahasa Sunda dan Jawa tetapi dengan makna yang berbeda:
1.
2.
3.
4.
5.
No.
amis (manis)
gedang (pepaya)
raos (enak)
atos (sudah)
cokot (ambil)
Bahasa Sunda
amis (amis)
gedang (pisang)
raos (rasa)
atos (keras)
cokot (gigit)
Bahasa Jawa
Atas dasar itu, fungsi bahasa adalah menunjukkan kebudayaan dan
cara mereka memaknai setiap kata atas dasar latar belakang kebudayaan
mayarakat penggunanya.
Kedua
, hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa yang
digunakan seseorang menunjukkan cara pandang seseorang terhadap
dunia atau realitas serta memengaruhi tingkah lakunya. Penutur bahasa
yang berbeda akan memandang dunia secara berbeda. Buktinya adalah
penutur suatu bahasa memiliki kata-kata tertentu untuk suatu benda
sedangkan penutur bahasa yang lain tidak memiliki kata-kata untuk benda
itu, maka penutur bahasa yang pertama akan lebih mudah berbicara
tentang benda-benda tersebut. Atas dasar itu, bahasa berfungsi
menunjukkan cara pandang seseorang terhadap dunia atau realitas serta
mempengaruhi tingkah lakunya.
Ketiga
, hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahwa bahasa
merupakan persyaratan kebudayaan. Maknanya adalah :
a.
Bahasa merupakan persyaratan kebudayaan secara diakronis karena
kita mempelajari kebudayaan melalui bahasa. Kita dididik orang tua,
diberi nasehat dan diberikan ucapan selamat dengan menggunakan
bahasa.
b.
Bahasa merupakan persyaratan kebudayaan karena materi atau
bahan pembentuk bahasa sama jenisnya dengan materi atau bahan
pembentuk keseluruhan bahasa, yakni relasi logis, oposisi, korelasi
dan sebagainya.
Dalam bahasa “plesetan” yang berkembang di Indonesia tergambar
budaya masyarakat Indonesia. Misalnya “plesetan” SUMUT menjadi
Semua Urusan Meski Uang Tunai.
Gelar MBA menjadi
Mulai Botak Atas.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
72
M.Sc dipelesetkan menjadi
Mantan Supir Camat.
Dan sebagainya. Atas
dasar itu, bahasa berfungsi sebagai sarana untuk mempelajari kebudayaan.
Keempat
, hubungan bahasa dengan kebudayaan adalah bahasa
mempererat atau memperintim hubungan masyarakat penuturnya.
Menurut
Robert Sibarani (2002)
, “andaikanlah ada dua pasang orang
Indonesia yang tinggal di luar negeri. Pasangan pertama sama-sama
mengerti bahasa Indonesia, tetapi satu orang dari pasangan kedua tidak
dapat berbahasa Indonesia, hubungan emosional mereka akan berbeda.
Hubungan emosional pasangan pertama lebih erat daripada hubungan
emosional pasangan kedua”. Atas dasar itu, bahasa berfungsi mempererat
dan memperintim hubungan masyarakat penuturnya.
Berdasarkan uraian terdahulu mengenai bahasa, maka fungsi bahasa
dalam kajian Antropologi meliputi :
a.
Bahasa sebaga sarana pengembangan kebudayaan.
b.
Bahasa sebagai penerus kebudayaan.
c.
Bahasa sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan.
d.
Bahasa menunjukkan kebudayaan dan cara mereka memaknai setiap
kata atas dasar latar belakang kebudayaan masyarakat penggunanya.
e.
Bahasa menunjukkan cara pandang seseorang terhadap dunia atau
realitas serta mempengaruhi tingkah lakunya.
f.
Bahasa sebagai sarana untuk mempelajari kebudayaan.
g.
Bahasa berfungsi mempererat dan memperintim hubungan
masyarakat penuturnya.
2.
Fungsi Seni
Setiap kebudayaan manusia pasti memiliki kesenian. Fungsi kesenian
dalam setiap kebuday
aan menurut William A. Haviland adalah untuk
menambah kenikmatan pada hidup sehari-hari, menentukan norma untuk
perilaku yang teratur, meneruskan adat kebiasaan dan nilai-nilai
kebudayaan dan menambah eratnya ikatan solidaritas masyarakat yang
bersangkutan.
Manusia sering menikmati seni, seperti menonton teater, film,
membaca komik, mengamati lukisan serta bernyanyi hanya untuk
memperoleh hiburan semata dan melepaskan segala kepenatan dan
kejenuhan. Ini adalah fungsi kesenian sebagai penambah kenikmatan pada
kehidupan sehari-hari. Selain itu, kesenian memiliki fungsi yang bersifat
praktis dan berguna dalam kehidupan manusia. Seperti untuk menentukan
Dinamika dan Pewarisan Budaya
73
norma perilaku yang teratur, dapat kita temukan pada dongeng dan
legenda, yaitu Maling Kundang dan Sangkuriang. Kesenian juga, seperti
lagu, cerita rakyat dan sebagainya berfungsi sebagai sarana untuk
mewariskan kebudayaan. Ketika kita menyanyikan lagu Indonesia Raya
dengan penuh penghayatan, kita serasa menjadi satu, hal ini menunjukkan
bahwa kesenian juga memiliki fungsi praktis yaitu sebagai solidaritas sosial.
Bilakah kesenian berfungsi? Sebuah kesenian baru bisa disebut
berfungsi bila ia mampu menimbulkan suara kelepak riak sekecil apapun.
Tandanya adalah kesenian itu mengundang tanda tanya, ia menggugat
ketenangan hidup yang mapan semu. Ia menimbulkan polemik dan
mengajak orang untuk mengomentari. Kesenian menjadi penimbul hidup,
menggugah tidurnya kesadaran orang untuk berpikir. Mengajak orang
untuk berpikir dalam nuansa baru yang sebelumnya tenggelam dalam
rutinitas dan kemapanan hidup sehari-hari. Singkatnya, seni itu berfungsi
apabila ia mampu memperdalam kesadaran manusia terhadap kehidupan
atas dasar kejujuran.
Tanda apa lagi yang menunjukkan bahwa kesenian itu berfungsi?
Tanda lainnya adalah seni tampil sebagai peristiwa yang involutif dan
transformatif. Seni involutif adalah seni yang hanya menunjukkan
kepedulian pada kepentingan sendiri dan hidup seni itu sendiri atau hanya
menghibur diri sendiri. Seni transformatif adalah seni yang menampilkan
kepedulian terhadap nasib-nasib orang lain terutama mereka yang terdesak
oleh yang kuat dan mampu menunjukkan jalan kesadaran atau perubahan
mengenai struktur mana yang harus ditempuh agar terjadi perbaikan
nasib, baik dalam keadilan, sikap menghormati hak-hak dasar manusia
ataupun lainnya.
Apakah fungsi kesenian? Menurut William A. Haviland (1999), “di
samping menambah kenikmatan pada hidup sehari-hari, kesenian yang
beraneka ragam mempunyai sejumlah fungsi. Mitos, misalnya menentukan
norma untuk perilaku yang teratur, dan kesenian verbal pada umumnya
meneruskan adat kebiasaan dan nilai-nilai kebudayaan. Nyanyian juga
dapat berfungsi seperti itu, dalam batas-batas yang ditimbulkan oleh bentuk
musik. Dan setiap bentuk kesenian dapat menambah eratnya ikatan
solidaritas masyarakat yang bersangkutan.”
Apakah fungsi seni? Menurut Edi Sedyawati (2006), “kesenian
memiliki fungsi sosial, tidak jarang dalam suatu masyarakat tertentu
terdapat pengalokasian wewenang khusus kepada suatu golongan
masyarakat tertentu untuk menjalankan atau memiliki suatu bentuk
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
74
ungkapan seni tertentu. Pihak yang mempunyai, atau mendapat
kewenangan khusus itu kebanyakan terkait dengan posisinya yang tinggi
dalam sistem pemerintahan, atau kemampuan religiusnya yang istimewa.”.
Berdasarkan uraian terdahulu, dapat diidentifikasi bahwa fungsi
kesenian dalam kehidupan manusia meliputi :
a.
Kesenian berfungsi sebagai sarana berpikir kreatif dan mewujudkan
kreatifitas dalam kehidupan manusia.
b.
Kesenian berfungsi sebagai sarana manusia untuk bersenang-senang.
c.
Kesenian berfungsi sebagai sarana menambah kenikmatan hidup
sehari-hari.
d.
Kesenian berfungsi sebagai norma untuk mengarahkan perilaku yang
teratur.
e.
Kesenian berfungsi sebagai sarana untuk menambah eratnya ikatan
solidaritas masyarakat yang bersangkutan.
f.
Kesenian berfungsi untuk menunjukkan identitas dan kelas sosial
pemilik dan penggunanya.
g.
Kesenian berfungsi sebagai sarana untuk menyatakan bakti kepada
Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan beragama manusia.
3.
Fungsi Agama/Religi/Kepercayaan
Agama adalah suatu kepercayaan yang melahirkan pola perilaku
tertentu guna menangani dan mengatasi masalah-masalah penting yang
tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan teknologi dan teknik
Sumber:
Indonesian Heritage 8
Gambar 2.6
Salah satu fungsi kesenian adalah menambah
kenikmatan dan sebagai hiburan bagi masyarakat
Dinamika dan Pewarisan Budaya
75
organisasi yang diketahuinya. Agama menjawab berbagai pertanyaan
yang tidak dapat dijawab oleh pikiran dan akal manusia. Untuk segala
masalah yang tidak teratasi dan masalah yang tidak terjawab, manusia
berpaling dan berpasrah pada satu Oknum Yang Maha Kuasa dan Maha
Tahu yang kita sebut dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut William A. Haviland (1999), Religi/kepercayaan memiliki
fungsi psikologis dan sosial. Fungsi psikologis religi/agama/kepercayaan
meliputi :
a.
Agama mengurangi kegelisahan dengan menerangkan apa yang tidak
diketahui dan membuatnya dapat dipahami. Agama memberikan
jawaban terhadap segala sesuatu yang tidak dapat dapat dipahami oleh
akal manusia dan membuatnya menjadi logis. Menjadikan sesuatu
yang irrasional menjadi rasional, yang tidak dapat dipahami menjadi
dipahami, proses ini mengurangi kegelisahan dan ketakutan manusia.
b.
Memberi ketenangan karena percaya bahwa ada bantuan supernatural
yang dapat diharapkan pada waktu menghadapi malapetaka. Dalam
setiap agama/religi, selalu ada anggapan tentang kekuatan supernatu-
ral yang dapat dimintai bantuan oleh manusia dalam setiap krisis
atau kesulitan yang dihadapinya. Agama menjadi sarana untuk
mengatasi krisis, karena secara teoritis, bantuan Illahi dapat diperoleh
kalau semua usaha lainnya mengalami kegagalan.
c.
Agama berisi ketentuan-ketentuan moralitas, yang dianggap sebagai
ketentuan Illahi. Hal ini membebaskan manusia dari beban tanggung
jawab atas suatu keputusan penting yang harusnya diambil karena
dialihkan ke religi/agama dan kekuasaan Ilahi.
Ada beberapa fungsi sosial dari agama/religi/kepercayaan dalam
kehidupan manusia, yaitu terdiri dari :
a.
Memberi sanksi kepada sejumlah besar tata kelakuan. Agama
memegang peranan penting dalam pengendalian sosial. Dalam agama
terdapat pengertian tentang perbuatan baik dan jahat. Bila orang
berbuat baik, maka ia direstui oleh sesuatu kekuatan supernatural. Bila
orang berbuat jahat, maka ia akan mendapat pembalasan sanksi dari
kekuatan supernatural yang dipercayai itu. Hal ini mendorong orang
untuk selalu berbuat baik dan menghindari sifat dan perbuatan jahat.
b.
Memelihara solidaritas sosial. Setiap religi/agama memiliki pemuka-
pemuka agama yang menjadi pusat perhatian umat, yang dapat
berfungsi sebagai unsur pembantu dalam memelihara solidaritas sosial.
Pelaksanaan upacara keagamaan menghadirkan adanya persamaan
dasar pada setiap orang yang mengikuti upacara keagamaan itu, hal
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
76
ini tentu saja ikut mempererat persatuan dan memperkuat identifikasi
orang dengan kelompoknya.
c.
Menyelenggarakan pendidikan. Upacara-upacara keagamaan sering
didahului oleh kursus-kursus kilat kepada para pesertanya. Terjadi
proses transformasi sikap dan perbuatan melalui pewarisan nilai-nilai
agama dari tokoh agama kepada para penganut agama/religi yang
bersangkutan. Upaca-upacara keagamaan memberikan peristiwa
yang sukar dilupakan dan berfungsi sebagai sarana pendidikan yang
sangat efektif dalam membentuk sikap perilaku yang bersangkutan.
Sebuah masyarakat atau kelompok sosial tertentu selalu mengalami
perubahan baik secara lambat maupun cepat. Masyarakat di kota maupun
desa, masyarakat terasing maupun masyarakat modern pasti mengalami
perubahan. Hal ini akibat adanya interaksi antarmanusia dan
antarkelompoknya. Keinginan kuat setiap manusia untuk selalu
mengadakan hubungan yang saling mempengaruhi ini tidak terlepas dari
hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan
bantuan dan kerja sama orang lain. Coba kalian perhatikan sejak reformasi
bergulir pada pertengahan tahun 1998, telah terjadi berbagai perubahan
yang sangat cepat di berbagai bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan
maupun pertahanan keamanan.
Sumber:
Kompas, 20 Agustus 2005
Gambar 2.7
Manusia melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok lain
sebagai salah satu bentuk adaptasi manusia terhadap lingkungannya.
Analogi Budaya:
Coba kembangkan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!
Apakah kalian gemar menyanyi atau menari?
Coba berikan pendapat kalian mengenai fungsi seni dalam kehidupan
sosial dan peragakan!
Dinamika dan Pewarisan Budaya
77
Perubahan-perubahan tersebut
terwujud dalam pola-pola perilaku
sebagai sebuah nilai atau norma yang
disepakati bersama. Seperangkat pola
perilaku yang ada di masyarakat itulah
secara sederhana dapat disebut
kebudayaan sehingga kebudayaan
sangat penting bagi setiap manusia
untuk melakukan adaptasi dengan
lingkungan sekitar. Tahukah kalian
bahwa kebudayaan itu bukan
merupakan warisan biologis yang
langsung diturunkan kepada manusia
tetapi harus melalui sebuah proses
pewarisan atau sosialisasi karena
kebudayaan adalah sesuatu hal yang
harus dipelajari oleh manusia. Tentu saja kebudayaan akan selalu
mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman agar adaptasi
yang dilakukan manusia dapat berjalan. Perubahan kebudayaan inilah
yang disebut sebagai dinamika kebudayaan.
H. Dinamika Kebudayaan
Sebelumnya kita telah mempelajari tentang pengertian, wujud,
maupun unsur kebudayaan. Dalam bab ini kalian akan mempelajari
tentang dinamika sebuah kebudayaan yang tentu saja selalu mengalami
pergeseran sehingga disebut dinamika (selalu berubah). Suatu peristiwa
atau fenomena kebudayaan sebagai proses yang sedang berjalan atau
bergeser disebut dinamika kebudayaan. Untuk mempelajari tentang
dinamika kebudayaan maka kalian akan diperkenalkan tentang konsep-
konsep penting dalam dinamika kebudayaan, yaitu:
1.
Sosialisasi
Seorang bayi yang baru dilahirkan merupakan makhluk tak berdaya
karena dilengkapi dengan naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh karena
itu manusia mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan
yang tidak diisi oleh naluri. Kemudian manusia membuat seperangkat sikap
dan nilai, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi,
Sumber:
Tempo 16 November 2003
Gambar 2.8
Telepon merupakan
barang elektronik yang memiliki
teknologi komunikasi
yang mampu melakukan pembicaraan
jarak jauh.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
78
dan konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya. Keseluruhan
kebiasaan yang dimiliki manusia harus dipelajari oleh setiap anggota baru
suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi yaitu
suatu proses di mana seorang menghayati (mendarahdagingkan -
inter-
nalize
) norma-norma kelompok di mana manusia hidup, sehingga
timbullah 'diri' yang unik. Menurut Peter Berger, sosialisasi adalah proses
melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Proses sosialisasi ini berhubungan dengan
proses mempelajari kebudayaan dalam sistem sosial tertentu. Menurut
Koentjaraningrat, sosialisasi adalah proses individu dari masa anak-anak
hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan
segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki bermacam-
macam status dan menjalankan berbagai peranan sosial.
2.
Asimilasi
Menurut Soerjono Soekanto,
asimilasi merupakan proses sosial yang
ditandai dengan adanya usaha-usaha
mengurangi perbedaan-perbedaan
yang terdapat antara orang-perorangan
atau kelompok-kelompok manusia
yang meliputi usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap,
dan proses mental dengan
memperhatikan tujuan dan kepentingan
bersama.
Artinya, apabila orang-orang
melakukan asimilasi ke dalam suatu
kelompok manusia atau masyarakat
maka tidak lagi membedakan dirinya
dengan kelompok tersebut. Secara
singkat proses asimilasi adalah
peleburan dua kebudayaan menjadi
satu kebudayaan. Tetapi hal ini tidak semudah yang dibayangkan karena
banyak faktor yang mempengaruhi suatu budaya itu dapat melebur
menjadi satu kebudayaan. Adapun faktor-faktor yang mempermudah
terjadinya asimilasi adalah:
a.
Adanya sikap toleransi terhadap kebudayaan lain.
b.
Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi.
Sumber:
Dokumen Penerbit
Gambar 2.9
Pasar Tradisional
Kesempatan yang seimbang di bidang
ekonomi menyebabkan berbaurnya
masyarakat dengan keanekaragaman
budaya yang berbeda
sehingga ancaman disintegrasi bangsa
tidak terjadi.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
79
c.
Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya.
d.
Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
e.
Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
f.
Perkawinan campuran (
amalgamation
).
g.
Adanya musuh dari luar.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi
adalah:
a.
Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat.
b.
Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi.
c.
Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi.
d.
Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu
lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.
e.
Perbedaan ciri-ciri badaniah seperti warna kulit.
f.
In-group feeling
(perasaan yang kuat) terhadap budaya kelompoknya.
g.
Apabila golongan minoritas mengalami gangguan-gangguan dari
golongan yang berkuasa.
Sumber:
Garuda Indonesia Juli 1996
Gambar 2.10
Suku Dayak Letak suku yang terpencil menyebabkan sulit menerima
kebudayaan lain terutama yang berbau peradaban/teknologi.
3.
Akulturasi
Menurut Koentjaraningrat, akulturasi dapat diartikan sebagai suatu
proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan
kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
80
kebudayaan itu sendiri. Proses
akulturasi yang berlangsung baik
dapat menghasilkan integrasi unsur-
unsur kebudayaan asing dengan
unsur-unsur kebudayaan sendiri.
Yang paling mudah menerima
kebudayaan asing adalah generasi
muda. Coba kalian amati begitu
mudahnya kalian menerima
perkembangan model rambut
penyanyi Barat atau model pakaian
artis luar negeri. Biasanya unsur-unsur
kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan
kebendaan, peralatan-peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan
sangat bermanfaat seperti komputer,
handphone
, mobil, dan sebagainya.
Sedangkan unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur
kebudayaan yang menyangkut ideologi, keyakinan atau nilai tertentu yang
menyangkut prinsip hidup seperti komunisme, kapitalisme, liberalisme,
dan lain-lain.
4.
Difusi
Merupakan penyebaran unsur-
unsur kebudayaan yang terjadi
melalui pertemuan-pertemuan antara
individu-individu dalam suatu
kelompok dengan individu dalam
kelompok lainny
a. Ada tiga cara
dalam penyebaran kebudayaan, yaitu
simbiotik, penetration pacifique
, dan
penetration violence
. Penyebaran
kebudayaan
simbiotik
masing-masing
kebudayaan masih memegang
kebudayaan sendiri jadi tidak ada
perubahan kebudayaan. Penyebaran
yang kedua, unsur budaya asing yang
masuk tidak dilakukan dengan sengaja dan tanpa unsur paksaan. Berbeda
dengan penyebaran budaya yang ketiga yaitu
penetration pacifique
yang
memasukkan unsur kebudayaan dengan peperangan, penaklukan, atau
penjajahan. Ini yang banyak terjadi di Indonesia. Pernahkah kalian melihat
Sumber:
Media Indonesia, 7 November 2006
Gambar 2.11
Mobil, salah satu unsur
kebudayaan yang telah diterima oleh
masyarakat sebagai sarana transportasi
Sumber:
Indonesian Heritage 3
Gambar 2.12
Penjajahan yang
dilakukan Belanda selama 3,5 abad
menghasilkan penyebaran budaya
arsitektur gedung-gedung di Indonesia.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
81
gedung-gedung yang merupakan peninggalan Belanda? Atau masih
terpakainya istilah-istilah Belanda di perkebunan-perkebunan besar di In-
donesia?
5.
Inovasi
,
Discovery,
dan
Invention
Adalah istilah-istilah yang berkaitan dengan penemuan teknologi baru.
Inovasi adalah suatu proses pembaharuan dari penggunaan sumber-sumber
alam, energi, modal, pengaturan, baru dari tenaga kerja, penggunaan
teknologi, sistem produksi, maupun produk baru yang didapat melalui
proses
discovery
dan
invention
.
Discovery
adalah suatu penemuan dari suatu
kebudayaan yang baru baik yang berupa suatu alat baru maupun ide
yang diciptakan individu atau kelompok individu dalam masyarakat yang
bersangkutan. Sedangkan
invention
adalah ketika
discovery
dapat diterima,
diakui, dan diterapkan oleh masyarakat secara luas. Menurut
Koentjaraningrat, ada tiga faktor yang mendorong seseorang melakukan
dan mengembangkan penemuan baru yaitu:
a
.
Kesadaran para anggota masyarakat akan kekurangan dalam unsur
kebudayaannya.
b.
Mutu dari keahlian kebudayaan.
c.
Sistem perangsang bagi aktifitas mencipta atau menemukan dalam
masyarakat.
Misalnya saja perkembangan
penemuan
handphone
mulai dari gambar
hitam putih menjadi berwarna, dari
sebagai alat komunikasi menjadi alat
untuk memfoto atau merekam. Perkem-
bangan teknologi yang terbaru adalah
dapat mengakses chanel televisi. Ini
merupakan perkembangan teknologi
yang akan terus mengalami perubahan
sesuai dengan kebutuhan dan kepen-
tingan masyarakat.
Selain konsep-konsep dalam kebu-
dayaan tersebut, terdapat istilah-istilah
kebudayaan lainnya yang dapat di-
gunakan dalam memberikan analisis
dinamika kebudayaan.
Sumber:
Kalender
Gambar 2.13
Teknologi handphone
yang terus maju jika dimanfaatkan
dengan baik dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
82
Analogi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian!
Teknologi komunikasi
handphone
akhir-akhir ini telah
berkembang sangat canggih sehingga interaksi dan komunikasi
sekarang berbeda dengan zaman dulu, yang lebih akrab dengan cara
bertatan muka langsung.
Coba diskusikan dengan teman-teman kalian bagaimana solusi
yang tepat supaya penemuan dan perkembangan teknologi seperti
handphone
tersebut tidak merusak bentuk interaksi sosial yang telah
ada seperti bertatap muka langsung, akrab, dan kekeluargaan,
sehingga hubungan baik dan kekeluargaan antaranggota
masyarakat tetap terjaga.
Kebudayaan Khusus
(Subcultures)
dan Kebudayaan Tandingan
(Counter Cultures)
Setiap masyarakat modern meliputi
beberapa kelompok orang yang
memiliki sejumlah kebudayaan yang
tidak dimiliki oleh kelompok lain.
Kebudayaan yang khusus dalam
kelompok kita mencakup pekerjaan,
agama, suku bangsa, daerah, kelas
sosial, usia, jenis kelamin, dan lain-lain.
Misalnya saja anak muda sekarang
memiliki gaya pakaian, rambut dan
bahasa sendiri yang kadangkala tidak
dimengerti oleh orang lain. Inilah yang
disebut kebudayan khusus. Sedangkan
kebudayaan tandingan adalah
kebudayaan khusus yang berlawanan
dengan kebudayaan induk. Misalnya
saja geng kenakalan. Ini bukanlah suatu
kelompok tanpa norma atau nilai-nilai moral tetapi kelompok tersebut
memiliki norma dan nilai moral yang bersifat memaksa. Para remaja yang
terbiasa dalam kebudayaan tandingan menentang norma-norma
kebudayaan induk.
Sumber:
Tempo, 26 Maret 2006
Gambar 2.14
Anak-anak remaja
sekarang ini banyak yang melakukan
perilaku tidak sesuai dengan norma
umum tetapi lebih memilih membuat
kebudayaan tandingan yang berbeda
dari kebudayaan induk dan menyimpang
dari norma umum
Dinamika dan Pewarisan Budaya
83
Kebudayaan Real dan Kebudayaan Ideal
Kebudayaan
ideal
mencakup tata kelakuan dan kebiasaan yang secara
formal disetujui yang diharapkan diikuti oleh banyak orang (norma-norma
budaya) sedangkan kebudayaan
real
mencakup hal-hal yang betul-betul
mereka laksanakan. Misalnya saja larangan untuk tidak minum-minuman
keras karena mengakibatkan seseorang individu mabuk dan bersikap tidak
rasional lagi. Tetapi kenyataannya banyak toko-toko yang menjual
minuman ini bahkan adanya diskotik-diskotik cenderung menampilkan
sisi negatif dari kehidupan malam termasuk minuman keras. Ini
menggambarkan bahwa antara kebudayaan
real
dan kebudayaan
ideal
tidak bisa sejalan.
Sumber:
www.TempoPhoto.com
Gambar 2.15
Orang-orang yang sedang mabuk akibat minuman keras
Bukti bahwa kebudayaan ideal kadang-kadang tidak sejalan dengan kebudayaan real.
Aturan yang melarang seseorang minum-minuman keras, tetap membuat orang-
orang melakukan kegiatan tersebut secara sembunyi-sembunyi
I. Faktor Pendorong Dinamika Kebudayaan
Untuk melihat suatu fenomena yang dapat mendorong terjadinya
dinamika kebudayaan dapat dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan
Faktor Eksternal. Ini untuk memudahkan dalam memberikan analisis suatu
dinamika kebudayaan.
1.
Faktor Internal
a.
Faktor Perubahan Penduduk
P
eningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat
menjadi faktor penyebab timbulnya dinamika budaya. Menurut Malthus,
peningkatan jumlah penduduk cenderung mengurangi persediaan pangan,
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
84
menciptakan kelebihan penduduk, dan penderitaan kecuali jika orang
mampu mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan cara menunda
perkawinan. Hal ini yang terjadi di Indonesia di mana pesatnya
pertumbuhan penduduk mengakibatkan berbagai persoalan sosial budaya
seperti kemiskinan, pengangguran, kriminalitas, dan lain-lain. Begitu juga
sebaliknya, ketika terjadi penurunan jumlah penduduk juga dapat
mengakibatkan kurangnya sumber daya manusia yang tentu saja akan
mempengaruhi sistem dan struktur sosial masyarakat tersebut. Misalnya
terjadinya urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota) secara
besar-besaran menyebabkan kurangnya tenaga kerja di bidang pertanian
yang menjadi komoditi utama daerah pedesaan. Tentu saja ini berpengaruh
pada sistem sosial yang ada.
Trend
perubahan penduduk juga dapat dilihat dari terjadinya migrasi
penduduk yang banyak dilakukan oleh negara-negara berkembang
termasuk Indonesia. Misalnya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
ke luar negeri merupakan suatu contoh kasus migrasi. Akibat dari migrasi
ini, TKI mempunyai pola perilaku dan norma-norma yang sudah
mengalami percampuran dengan budaya negara tujuan. Ini jelas
mempengaruhi sistem sosial budaya yang ada di masyarakat.
Sumber:
Tempo, 16 November 2003
Gambar 2.16
Salah satu contoh kasus migrasi adalah pengiriman tenaga
kerja Indonesia ke luar negeri
b.
Adanya Penemuan Baru
Penemuan merupakan persepsi manusia yang dianut secara bersama,
mengenai suatu aspek kenyataan yang semula sudah ada. Penemuan
menambahkan sesuatu yang baru pada kebudayaan karena meskipun
hal itu lama ada tetapi baru menjadi bagian dari kebudayaan pada saat
Dinamika dan Pewarisan Budaya
85
ditemukan. Artinya, penemuan baru menjadi suatu faktor dalam
mempercepat dinamika budaya apabila penemuan tersebut
didayagunakan. Adanya penemuan baru di berbagai kehidupan sosial dan
budaya masyarakat akan memberi pengaruh yang luas pada berbagai
kehidupan masyarakat. Pengaruh itu berdampak pada terciptanya perilaku
sosial dan adat istiadat yang baru di antara golongan masyarakat tersebut
selain menggeser nilai dan norma sosial yang lama.
Misalnya adalah penemuan teknologi komputer memungkinkan or-
ang mengerjakan segala kegiatan lebih cepat dibanding dengan
menggunakan mesin ketik. Ini mendorong manusia untuk selalu
menemukan suatu peralatan teknologi yang lebih canggih lagi sehingga
memudahkan pekerjaan manusia.
Sumber:
Tempo, 28 April 2002
Gambar 2.17
Adanya komputer menyebabkan orang lebih cepat menyelesaikan
segala kegiatan dibanding menggunakan mesin ketik
c.
Invensi
Invensi
seringkali disebut sebagai suatu kombinasi baru atau cara
penggunaan baru dari pengetahuan yang sudah ada.
Invensi
dapat
dibagi menjadi dua yaitu
invensi
material (misalnya telepon, komputer,
mesin fax, dan lain-lain) dan
invensi
sosial (misalnya peraturan/UU,
bahasa, dan lain-lain). Pada kedua ragam invensi tersebut unsur-unsur
lama digunakan, dikombinasikan dan dikembangkan untuk suatu
kegunaan baru. Dengan demikian
invensi
merupakan proses yang
berkesinambungan,
invensi
baru diawali oleh serangkaian invensi dan
penemuan terdahulu. Dewasa ini semakin banyak
invensi
yang
ditemukan melalui upaya tim penelitian seperti pemerintah, universitas
maupun pihak swasta.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
86
Misalnya penemuan
handphone
yang telah mengalami perkembangan
pesat tidak hanya untuk berkomunikasi tetapi juga bisa digunakan sebagai
kamera atau radio. Ini merupakan hasil dari penelitian yang telah ada dan
dikembangkan menjadi lebih bermanfaat.
d.
Sistem Ideologi
Sistem Ideologi merupakan keyakinan terhadap nilai-nilai dan sikap
yang bersifat kompleks terdapat dalam masyarakat. Ideologi dapat
dijadikan alat untuk memelihara tetapi juga dapat mempercepat terjadinya
perubahan jika nilai-nilai yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat. Sistem ideologi ini akan sangat sulit mengalami perubahan
di masyarakat yang masih memegang nilai-nilai nenek moyang dan terikat
akan adat istiadat yang ada akan berubah secara lambat dan terpaksa.
Misalnya di suku Badui yang masih memegang nilai-nilai adat yang
melarang semua bentuk teknologi masuk ke wilayahnya karena adanya
keyakinan bahwa teknologi hanya akan membawa malapetaka.
Sumber:
Reflection Of Quality, 13 Januari 1993
Gambar 2.18
Suku Badui masih memegang nilai-nilai adat dengan kuat.
2.
Faktor Eksternal
a.
Lingkungan Fisik
Sangat jelas bahwa lingkungan fisik mampu memberikan perubahan
baik lambat maupun cepat pada masyarakat. Seperti bencana alam (gempa
bumi, gunung meletus, banjir
, dan lain-lain) mengakibatkan manusia harus
berpindah tempat untuk mencari tempat aman. Hal ini akan
mempengaruhi pola perilaku yang telah terbangun selama ini. Misalnya
daerah pertanian yang telah berubah fungsi menjadi pabrik atau
perumahan mengakibatkan perubahan pola perilaku masyarakat sekitar.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
87
b.
Pengaruh Kebudayaan Lain
Interaksi yang dilakukan oleh manusia di segala penjuru dunia telah
mengakibatkan bercampurnya atau berbaurnya kebudayaan pendatang
dengan kebudayaan asli. Sudah sejak lama, manusia di dunia melakukan
perjalanan jarak jauh mengelilingi dunia dengan tujuan melakukan
penyebaran agama, mencari sumber daya alam, daerah jajahan, dan lain-
lain.
Menurut Soerjono Soekanto, apabila salah satu atau kedua
kebudayaan yang bertemu mempunyai teknologi yang lebih tinggi, maka
yang terjadi adalah proses imitasi berupa peniruan unsur-unsur budaya
lain. Peniruan ini juga dapat mengakibatkan hilangnya kebudayaan asli
dan digantikan kebudayaan asing atau terjadi percampuran dua
kebudayaan. Misalnya kebudayaan Hindu yang datang lebih dulu
dibanding kebudayaan Islam mengakibatkan percampuran dua
kebudayaan itu menjadi satu melalui peran Wali Songo, seperti wayang.
Nah, kalian telah mempelajari adanya karakteristik dalam dinamika
budaya dan faktor pendorong terjadinya dinamika budaya. Untuk itu
kalian harus memiliki suatu kepekaan terhadap berbagai perubahan
budaya yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar. Sehingga akan
mampu menyikapi perubahan tersebut dengan lebih baik.
Analogi Budaya:
Coba kembangkan keingintahuan dan orientasi kecakapan hidup pada diri
kalian.
1.
Buatlah kelompok yang terdiri dari 3 - 5 anggota. Cobalah
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
dinamika kebudayaan dengan bantuan tabel di bawah ini.
No.
Faktor Pendorong
Dampak
Negatif
Positif
1.
2.
3.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
88
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki multi
keragaman dari berbagai kelompok sosial baik agama, ras, suku bangsa
maupun antargolongan. Pada bab sebelumnya telah kalian pahami tentang
dampak keragaman budaya bagi terciptanya keamanan dan kenyamanan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini memang tidak bisa
dihindari. Berbagai konflik yang pernah terjadi di Indonesia menunjukkan
rentannya integrasi nasional yang selama ini dibangun. Coba kalian lihat,
pertempuran antarsuku bangsa masih terlihat di beberapa pendalaman
wilayah Indonesia.
Lepasnya Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) merupakan salah satu bukti bahwa telah ada ancaman dari dalam
negeri terhadap integrasi nasional yang perlu diwaspadai. Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) yang menuntut kemerdekaan bagi Serambi Mekah-nya
Indonesia juga merupakan salah satu usaha untuk mengendorkan integrasi
nasional yang selama ini telah di bangun. Di Maluku sendiri ada Republik
Maluku Semesta (RMS), di Papua ada Operasi Papua Merdeka (OPM) di
mana kelompok-kelompok tersebut dibentuk untuk melakukan
pemberontakan kepada NKRI.
Hal ini memang sejalan dengan pemikiran Peter L Berger maupun
Clifford Geertz yang melihat kemajemukan sebagai persoalan besar dalam
kehidupan negara-bangsa, karena masing-masing kelompok sulit
berinteraksi, tidak memiliki konsensus yang sama atas nilai-nilai dasar
kenegaraan dan kebangsaan sehingga negara-bangsa plural ini akan
dihadapkan pada persoalan disintegrasi.
No.
Faktor Penghambat
Damp
ak
Negatif
Positif
1.
2.
3.
2.
Masing-masing faktor harus diberikan contohnya, sehingga
analisis yang kalian buat menjadi jelas.
3.
Apabila menemui kesulitan, konsultasikan dengan guru kelas
kalian.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
89
J. Integrasi Nasional
Masalah integrasi dan sparatisme dalam negara kesatuan yang
multietnik dan struktur masyarakatnya majemuk, seperti “Serigala berbulu
domba” atau penuh ambivalensi (
ambigu
). Menurut
Devid Lockwood
,
konsensus dan konflik merupakan dua sisi dari suatu kenyataan yang sama
dan dua gejala yang melekat secara bersama-sama di dalam masyarakat.
Seperti halnya dengan konflik yang dapat terjadi antarindividu, individu
dengan kelompok dan antarkelompok. Demikian pula halnya dengan
konsensus, konsensus dapat pula terjadi antarindividu, individu dengan
kelompok dan antarkelompok. Konsensus atau yang sering dikatakan
sebagai kesepakatan besama dapat tercapai apabila sebelumnya telah
terbentuk toleransi. Toleransi berarti membiarkan orang lain atau
kelompok lain bersikap dan berbuat sesuai dengan aturan atau keinginan
pihak tersebut.
Menurut
Max Weber
bahwa sistem nilai merupakan dasar pengesahan
(
legitimacy
) dari struktur kekuasaan (
authority
) suatu masyarakat, maka
konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai
bangsa harus diwujudkan. Pada akhirnya akan merubah konsensus
nasional terhadap suatu rezim tertentu yang sedang berkuasa. Dalam
konteks Indonesia, maka proses integrasi nasional haruslah berjalan
alamiah, sesuai dengan keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari
hegemoni dan dominasi peran politik etnik tertentu.
Integrasi merupakan terjemahan dari
integration
(bahasa Inggris)
yang berarti keseluruhan atau kesempurnaan. Integrasi berarti juga proses
pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi
diri merupakan wujud dari diri seseorang yang utuh, bulat, dan seimbang
serta jujur dan dapat dipercaya.
Maurice Duverger
memberikan definisi
sebagai berikut, integrasi adalah dibangunnya interdepedensi yang lebih
rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara suatu proses
pengembangan masyarakat di mana segenap kelompok ras dan etnik
mampu berperan serta secara bersama-sama dalam kehidupan budaya
dan ekonomi.
Dalam kehidupan bersama manusia integrasi selalu menjadi dambaan
dan harapan. Oleh karena itu, integrasi diusahakan untuk tumbuh dan
senantiasa dijaga kelangsungannya. Integrasi sosial adalah proses
penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
90
kehidupan sosial. Sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Meminjam istilah
JS
Furnivall
bahwa integrasi sosial yang melibatkan beberapa etnik
sebenarnya harus dilakukan melalui paksaan (
coercion
) suatu kelompok
yang dominan terhadap kelompok lain yang tidak dominan. Kooptasi
berbagai kekuatan politik lokal dilakukan untuk mematahkan berbagai
tuntutan yang tidak searah dengan yang dikehendaki oleh pemerintah
pusat. Hal ini dilakukan oleh partai-partai politik maupun organisasi
masyarakat lainnya. Integrasi adalah proses yang tidak bisa dilakukan
dan ditempuh dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan proses
pembudayaan dan konsensus sosial politik diantara suku bangsa (etnik)
yang ada di dalam negara kesatuan Indonesia.
Menurut Lewis C. Coser dan George Simell, maka kerangka
masyarakat yang akan kita dapatkan adalah integrasi yang selalu berada
dalam bayang-bayang konflik antaretnik yang berkepanjangan. Kalau
kita mengikuti pandangan penganut fungsional struktural dari
Auguste
Comte
, melalui
Durkheim
sampai dengan
Parsons
, maka yang akan
menjadi faktor mengintegrasikan masyarakat Indonesia tentulah sebuah
nilai umum tentang kesepakatan bersama antarmasyarakat. Nilai-nilai
umum tertentu yang disepakati secara bersama itu tidak hanya disepakati
oleh sebagian besar orang (etnik), akan tetapi lebih daripada itu nilai-nilai
umum tersebut harus dihayati melalui proses sosialisasi, akulturasi, asimilasi,
dan enkulturasi.
Sementara itu, proses integrasi nasional harus melalui fase-fase sosial
dan politik. Menurut
Ogburn dan Nimkof
bahwa integrasi merupakan
sebuah proses akomodasi—kerjasama—koordinasi—asimilasi. Asimilasi ini
merupakan proses dua arah (
to way process
) antaretnik yang berbeda
Sehingga diperoleh sebuah konsensus dan kesepahaman atas dasar
keanekaragaman budaya. Konsensus nasional mengenai bagaimana
kehidupan bangsa Indonesia harus diwujudkan atau diselenggarakan, dan
sebagian harus kita temukan di dalam proses pertumbuhan pancasila
sebagai dasar falsafah atau ideologi negara.
K. Faktor Pendorong Integrasi Nasional
Menurut
R. William Liddle
, konsensus nasional yang
mengintegrasikan masyarakat yang pluralistik pada hakekatnya adalah
mempunyai dua tingkatan sebagai prasyarat bagi tumbuhnya suatu
Dinamika dan Pewarisan Budaya
91
integrasi nasional yang tangguh. Pertama sebagian besar anggota suku
bangsa bersepakat tentang batas-batas teritorial dari negara sebagai suatu
kehidupan politik mereka sebagai warganya. Kedua, apabila sebagian
besar anggota masyarakatnya bersepakat mengenai struktur pemerintahan
dan aturan-aturan dari proses politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat
di atas wilayah negara yang bersangkutan.
Nasikun
menambahkan bahwa integrasi nasional yang kuat dan
tangguh hanya akan berkembang di atas konsensus nasional mengenai
batas-batas suatu masyarakat politik dan sistem politik yang berlaku di
masyarakat tersebut. Kemudian, suatu konsensus nasional mengenai
bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai bangsa harus diwujudkan
atau diselenggarakan, melalui suatu konsensus nasional mengenai “Sistem
nilai” yang akan mendasari hubungan-hubungan sosial diantara anggota
suatu masyarakat atau suatu negara. Adapun upaya yang telah dilakukan
adalah:
1.
Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara banyak
perbedaan, perasaan, keinginan dan ukuran penilaian.
2.
Mengembangkan sikap toleransi di dalam kelompok sosial.
3.
Teciptanya kesadaran dan kesediaan untuk mencapai suatu konsensus.
4.
Mengidentifikasi akar persamaan di antara kultur-kultur etnis yang
ada.
5.
Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara
bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
6.
Mengakomodasi timbulnya etnis.
7.
Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi.
8.
Menghilangkan pengkotak-kotakan kebudayaan.
L. Faktor Penghambat Integrasi Nasional
Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh heterogenitas etnik dan
bersifat unik. Secara horisontal ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat,
dan primordialisme. Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia
ditandai oleh adanya lapisan atas dan lapisan bawah. Sejarah telah
membuktikan bahwa sejak kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945,
NKRI selalu dirongrong oleh gerakan separatisme. Misalnya gerakan
separatis DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat, Permesta Kahar Muzakar di
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
92
Sumatra, APRA, PKI, DI/TII Daud Barureh di Aceh, dan RMS di Maluku
yang menyisakan banyak penderitaan dan korban. Pada saat sekarang
gerakan separatis masih terus berlangsung seperti GAM (Gerakan Aceh
Merdeka) dan OPM (Organisasi Papua Merdeka). Dengan GAM,
pemerintah Indonesia telah melakukan serangkaian perjanjian perdamaian
salah satunya memberikan otonomi khusus dan pembelakuan syariat Islam
dalam bidang kehidupan terutama bidang hukum.
Menurut
Cliffrod Gertz
, apabila bangsa Indonesia tidak pandai-
pandai memanajemen keanekaragaman etnik, budaya, dan solidaritas
etnik, maka Indonesia akan pecah menjadi negara-negara kecil. Bila
ketidakpuasan ekonomi, kelas, atau intelektual menjurus pada revolusi
yang mendorong pergantian tatanan ekonomi dan politik negara-bangsa.
Bila ketidakpuasan yang didasarkan ikatan primordial menjurus pada
disintegrasi bangsa. Perpecahan dalam masyarakat majemuk korbannya
bukan individu, kelompok, atau kelas tertentu, tapi negara-bangsa itu
sendiri yang akan tercerai-berai.
Hal ini ditambah dengan pandangan yang menimbulkan watak
etnosentrisme
dan
primordialisme
sempit.
Etnosentrisme
adalah suatu
pandangan yang melekat pada diri seseorang (masyarakat) yang menilai
kebudayaan-kebudayaan lain, selalu diukur dengan nilai kebudayaannya.
Primordialisme
adalah pemikiran yang mengutamakan atau
menempatkan pada tempat yang pertama kepentingan suatu kelompok
atau komunitas masyarakat.
Pemupukan sifat seperti ini yang tanpa batas, pada akhirnya akan
melahirkan gerakan-gerakan separatisme. Gerakan-gerakan separatisme
dapat kalian lihat dari perlawanan Fretillin di Timor Timur. Sejak mereka
bergabung dengan NKRI tahun 1976, yang akhirnya berhasil membentuk
negara sendiri (
Timor Laste
) tahun 1998. Sentimen primordial kesukuan
ini dihidupkan menjadi basis utama artikulasi kepentingan secara politik,
karena tersumbatnya komunikasi politik melalui saluran yang ada sehingga
gerakan ini mengartikulasikan kepentingan poilitik dengan berbagai cara.
Selain itu, terjadinya
Etnopolitic Conflict
dalam dua dimensi, yaitu
dimensi pertama
adalah konflik di dalam tingkatan ideologis. Konflik ini
terwujud dalam bentuk konflik antara sistem nilai yang dianut oleh etnik
pendukungnya serta menjadi ideologi dari kesatuan sosial.
Dimensi kedua
adalah konflik yang terjadi dalam tingkatan politis, pada konflik ini terjadi
dalam bentuk pertentangan dalam pembagian status kekuasaan, dan
sumber ekonomi yang terbatas dalam masyarakat.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
93
M. Pewarisan Budaya
1.
Pengertian Pewarisan Budaya
Bagaimanakah hidup yang kalian jalani saat ini. Tinggal di rumah
permanen, di dalamnya terdapat perabotan rumah tangga, dari peralatan
dapur
, kursi, lemari, hingga seperangkat peralatan elektronik, seperti radio,
televisi, DVD, dan sebagainya. Kalian pergi ke sekolah dengan
menggunakan kendaraan. Kalian dapat pergi ke warung, toko atau
supermarket untuk belanja, menggunakan telepon atau
hand phone
untuk
menyampaikan pesan kepada orang tua. Alangkah cepat dan instannya
kehidupan yang kita alami sekarang ini. Mengapa manusia dapat sampai
pada tingkat kehidupan seperti yang kalian jalani seperti sekarang ini?
Tentu saja karena pewarisan budaya yang dilakukan manusia secara terus
menerus dan secara berkesinambungan dari generasi ke generasi. Setiap
generasi mengembangkan dan menyempurnakan budaya yang
diwarisinya sehingga sampailah manusia pada kebudayaan seperti yang
kalian alami saat ini.
Apakah pengertian pewarisan budaya? Pewarisan budaya adalah
suatu proses, perbuatan atau cara mewarisi budaya masyarakatnya. Proses
pewarisan budaya disebut juga dengan
socialization
. Proses pewarisan
budaya dilakukan oleh masyarakat terhadap warga masyarakat dalam
sepanjang hayat anggota masyarakat. Berlangsung dari sejak lahir hingga
akhir hidup. Tujuan pewarisan budaya adalah membentuk sikap dan
Analogi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja, orientasi kecakapan pada diri
sendiri dan wawasan kebhinekaan kalian!
Di dalam masyarakat kita berkembang suatu pandangan bahwa
budaya masyarakat kota dinilai lebih tinggi daripada masyarakat
desa, sehingga ini menimbulkan perasaan bangga pada masyarakat
kota dan rasa minder atau rendah diri pada masyarakat desa.
Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi
yang tepat supaya fenomena sosial tersebut tidak menimbulkan
terjadinya disintegrasi nasional.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
94
perilaku warga masyarakat sesuai dengan budaya masyarakatnya. Budaya
diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Untuk
selanjutnya diteruskan ke generasi yang akan datang. Dalam proses
pewarisan dari suatu generasi ke generasi berikutnya terjadi proses
penyesuaian dan penyempurnaan budaya yang diwariskan sesuai dengan
perkembangan zaman dan kemajuan masyarakat. Selalu ada dinamika
budaya, meskipun diwariskan, budaya selalu bergerak maju, sehingga
budaya yang diwariskan tidak mungkin lagi sama persis dengan budaya
aslinya.
Pewarisan budaya dilakukan melalui sosialisasi. Sosialisasi ialah proses
penanaman nilai, peraturan, norma, adat istiadat masyarakat dengan
tujuan setiap anggota masyarakat mengenal, menghayati dan
melaksanakan kebudayaan yang ada dan berlaku di masyarakatnya.
Melalui sosialisasi diharapkan setiap anggota masyarakat mampu
memainkan peran sosialnya dalam berbagai lingkungan secara baik dan
bertanggung jawab sesuai dengan harapan-harapan masyarakatnya.
Sosialisasi berlangsung dari masa anak-anak hingga tua. Pada masa anak-
anak sampai pemuda, tujuan sosialisasi adalah membentuk kepribadian
yang baik. Bagi orang dewasa, tujuan sosialisasi adalah penyesuaian
dengan jabatan atau posisi-posisi baru yang diperolehnya. Pada prinsipnya
sosialisasi sama dengan enkulturasi. Bedanya adalah; pada sosialisasi
individu bersikap pasif dan dibebani tugas dan kewajiban dalam
mempelajari budaya masyarakatnya sedangkan pada enkulturasi, individu
bersikap lebih aktif dan bertindak sebagai subjek dalam mempelajari
budaya masyarakatnya.
Sumber:
Kompas 18 September 2005
Gambar 2.19
Pewarisan budaya dapat dilakukan melalui
sosialisasi, misalnya orang tua kepada anaknya.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
95
Sosialisasi selalu diwarnai
reward and punishment.
Kepada setiap
anggota masyarakat yang dinilai mendukung dan berjasa dalam
pelestarian kebudayaan masyarakatnya akan diberikan pujian dan
penghargaan (
reward
) oleh masyarakatnya. Sebaliknya, kepada setiap
anggota masyarakat yang dinilai melanggar budaya masyarakatnya maka
akan diberikan sanksi atau hukuman (
punishment
) yang sepadan oleh
masyarakatnya.
Tujuan pemberian hukuman/sanksi (
punishment
) adalah untuk
mendisiplinkan, menyadarkan dan mengembalikan para pelanggar ke
jalan yang benar, sehingga mereka dapat hidup lurus dan bertanggung
jawab sesuai dengan kelakuan kolektif masyarakatnya. Pemberian sanksi
pada umumnya dikenal sebagai bagian dari
social controle.
Cara agar
anggota masyarakat terhindar dari sanksi, adalah dengan bersikap
konformitas yang tinggi terhadap budaya masyarakatnya, yang
ditunjukkan dengan cara bersikap dan bertingkah laku yang sama dengan
kolektif masyarakat.
2.
Kapan dan di mana Terjadi Pewarisan Budaya
Kapan terjadi pewarisan budaya (sosialisasi)? Pada prinsipnya
pewarisan budaya (sosialisasi) terjadi dalam sepanjang hidup manusia, dari
sejak lahir hingga matiny
a manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Dimanakah terjadi pewarisan budaya? Pewarisan budaya terjadi dalam
berbagai lembaga-lembaga kebudayaan manusia, terutama lima lembaga
kebudayaan manusia, yaitu lembaga keluarga, lembaga pendidikan,
lembaga ekonomi, lembaga agama dan lembaga pemerintahan.
Menurut Kamanto Sunanto (1999), salah satu fungsi lembaga keluarga
adalah mensosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat
memerankan apa yang diharapkan darinya. Perhatikanlah diri kalian
ketika kecil, diajarkan oleh orang tua untuk selalu mengenakan pakaian,
dilatih untuk berjalan, dibiasakan untuk makan,berjabat tangan dengan
menggunakan tangan kanan, dilatih untuk menggunakan peralatan rumah
tangga, diajari untuk berbicara dan bersikap sopan, diperkenalkan dengan
berbagai jenis norma yang ada di masyarakat, dengan harapan kalian
dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Itu semua adalah proses
pewarisan budaya.
Kapan pewarisan budaya dalam keluarga itu terjadi? Pewarisan
budaya dalam keluarga terjadi secara alamiah dan dengan sendirinya.
Ketika keluarga bersenda gurau bersama di ruang keluarga, sesungguhnya
tanpa disadari sedang terjadi pewarisan budaya. Ketika keluarga sedang
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
96
makan bersama sambil berbincang-bincang, sesungguhnya sedang terjadi
pewarisan budaya. Ketika keluarga sedang berkreasi ke suatu tempat,
sesungguhnya sedang terjadi pewarisan keluarga. Ketika orang tua
memberi nasehat, memberi hukuman, serta memberi pujian dan hadiah,
sesungguhnya sedang terjadi pewarisan budaya. Pewarisan budaya dalam
keluarga terjadi setiap hari, pada setiap peristiwa keluarga, dan pada setiap
kontak sosial dalam kehidupan keluarga. Lihat dan telitilah kalian.
Mungkin kalian mewarisi beberapa gaya, cara dan bakat orang tua kalian.
Fungsi lembaga pendidikan menurut Horton dan Hunt (1984) di
antaranya adalah mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari
nafkah, melestarikan kebudayaan dan menanamkan keterampilan baru
yang perlu bagi partisipasi dalam masyarakat demokrasi. Apa yang kalian
alami di sekolah? Setiap hari kalian menerima pelajaran dari bapak dan
ibu guru. Melalui pelajaran Antropologi, diperkenalkan manusia dan
budayanya dari zaman dahulu hingga sekarang. Melalui pelajaran
sosiologi, diperkenalkan manusia dalam kehidupan sosialnya. Melalui
pelajaran, diajarkan untuk memahami makna kata-kata dan
menggunakan dengan baik. Melalui pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, dididik agar kalian menjadi warga negara yang baik,
dan sebagainya. Tujuan dari semuanya adalah kalian dapat hidup sesuai
dengan kebudayaan dan mengembangkan kebudayaan untuk kehidupan
yang lebih baik. Itu semua adalah proses pewarisan budaya.
Kapan pewarisan budaya di sekolah terjadi? Pewarisan budaya dalam
keluarga terjadi setiap hari, sejak seorang manusia bersekolah. Proses
pewarisan budaya di sekolah pada umumnya terjadi secara sadar dan
dengan terencana. Ketika kalian mengikuti pelajaran di kelas,
sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian
mengikuti upacara bendara, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan
budaya. Ketika kalian sedang menghadap guru BP, sesungguhnya sedang
terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang bermain dan
bersenda gurau dengan teman-teman saat istirahat, sesungguhnya sedang
terjadi pewarisan budaya dari siswa senio ke siswa junior, dari siswa dengan
kemampuan belajar cepat kepada siswa dengan kemampuan belajar
lambat.
Contoh sederhana dari lembaga agama adalah Muhammadiyah,
Nahdatul Ulama, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja
Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Perwalian Umat
Budha Indonesia (WALUBI) dan Parisada Hindu Dharma Indonesia
(PHDI). Fungsi lembaga agama menurut Koentjaraningrat (1997) di
Dinamika dan Pewarisan Budaya
97
antaranya adalah menyediakan model alam semesta yang teratur untuk
mendorong terwujudnya keteraturan perilaku manusia, sarana pengendali
sosial yang memberi sanksi kepada sejumlah besar tata kelakukan yang
bertentangan dengan ajaran agama dan memelihara solidaritas sosial.
Kapan terjadi pewarisan budaya dalam lembaga keagamaan?
Pewarisan budaya dalam lembaga keagamaan terjadi setiap kali kalian
melihat dan melaksanakan upacara keagamaan. Ketika kalian berbicara
dengan tokoh agama mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
agama, sesungguhnya sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika
kalian mendengarkan khotbah dari tokoh-tokoh agama, sesungguhnya
sedang terjadi proses pewarisan budaya. Ketika kalian sedang mengikuti
dan melaksanakan upacara agama, sesungguhnya sedang terjadi proses
pewarisan budaya, ketika kalian membaca kitab suci agama,
sesungguhnya sedang terjadi proses budaya, dan sebagainya. Tujuan
akhirnya adalah terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Pada umumnya lembaga agama melaksanakan
pewarisan budaya secara sadar dan terencana. Untuk itu lembaga agama
sering melakukan berbagai pertemuan anggota-anggotanya, mengadakan
seminar, diskusi, dan berbagai jenis pertemuan-pertemuan agama.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1999), fungsi lembaga
ekonomi adalah memproduksi dan mendistribusikan kebutuhan pokok
manusia. Contoh dari lembaga ekonomi dalam kehidupan manusia di
antaranya adalah supermarket, koperasi, bank, dan sebagainya. Pasti
kalian pernah bahkan sering belanja ke super market, kalian melihat dan
menentukan pilihan barang yang akan dibeli, kemudian kalian pergi ke
kasir , membayarnya dan barang itu menjadi milik kalian seutuhnya.
Keseluruhan proses belanja itu adalah proses pewarisan budaya. Setiap
manusia melakukan transaksi ekonomi dalam rangka memenuhi
kebutuhannya, pada saat itu juga terjadi proses pewarisan budaya.
Menurut Mirriam Budiardjo (2000). Apapun paham atau ideologinya,
setiap negara di dunia memiliki beberapa fungsi manifes yang mutlak
dilaksananakan untuk mewujudkan tujuan negaranya. Fungsi negara
secara umum adalah :
a.
Melaksanakan penertiban (law and order)
Penertiban mutlak dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dan
mencegah terjadinya bentrokan dalam masyarakat. Singkatnya
negara berfungsi sebagai stabilisator.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
98
b.
Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
Fungsi ini semakin penting dewasa ini, terutama bagi negara yang
menganut paham negara kesejahteraan (
welfare staat
). Untuk
mewujudkan fungsi ini, hampir seluruh negara di dunia
melaksanakan pembangunan nasional.
c.
Pertahanan
Fungsi ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan terjadinya
serangan dari luar. Untuk itu negara dilengkapi dengan alat-alat
pertahanan.
d.
Menegakkan keadilan
Fungsi ini dilaksanakan oleh badan penegak hukum, khususnya
badan-badan peradilan.
Harapan utama pemerintah dalam rangka mewujudkan fungsi negara
adalah rakyatnya mengetahui dan mematuhi peraturan perundang-
undangan serta berpatisipasi dalam kehidupan pemerintahan. Berbagai
upaya dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kepatuhan warga negara
terhadap hukum. Sosialisasi hukum dilakukan secara terus menerus oleh
pemerintah, bekerja sama dengan berbagai lembaga kebudayaan. Berbagai
sarana mengekspresikan diri diadakan untuk melibatkan rakyat dalam
kehidupan pemerintahan.
Kapankah pemerintah melakukan pewarisan budaya terhadap
rakyatnya? Pada prinsipnya pemerintah melakukan pewarisan budaya
kepada rakyatnya setiap saat dan kesempatan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ketika kalian mendengarkan pidato dan
percakapan pejabat-pejabat negara, sesungguhnya saat itu sedang terjadi
proses pewarisan budaya. Ketika kita sedang ditegur polisi karena
melanggar peraturan lalu lintas, sesungguhnya sedang terjadi proses
pewarisan budaya. Ketika kalian sedang membaca peraturan perundang-
undangan, sesungguhnya saat itu sedang terjadi proses pewarisan budaya.
Ketika kalian harus membayar pajak, sesungguhnya saat itu sedang terjadi
proses pewarisan budaya. Ketika kalian melihat dan melakukan apa saja
yang berhubungan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara,
sesungguhnya itu semuanya adalah proses pewarisan budaya.
3.
Internalisasi
Kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang kepada kita tidak
dengan serta merta menjadi milik kita seutuhny
a. Pada setiap proses
pewarisan budaya, orang yang menjadi sasaran pewarisan akan menentukan
sikap, menerima atau menolak warisan budaya itu. Bila keputusannya adalah
Dinamika dan Pewarisan Budaya
99
menolak maka budaya yang diwariskan itu tidak akan pernah menjadi milik
pribadi yang bersangkutan. Bila keputusannya adalah menerima maka
budaya yang diwariskan itu akan menjadi miliknya. Langkah selanjutnya
yang harus dilakukan untuk memastikan budaya yang diwariskan itu
menjadi miliknya adalah dengan melakukan internalisasi.
Internalisasi adalah proses mencerna dan meresapkan nilai-nilai
budaya ke dalam hati sanubari anggota masyarakat sehingga alam
pikiran, sikap dan perilakunya sesuai dengan kebudayaan masyarakatnya.
Keberhasilan sosialisasi sangat tergantung pada kesadaran, keinginan dan
tekad yang kuat pada diri setiap individu untuk menerima dan mengikuti
budaya masyarakatnya, dan pada akhirnya menjadikan budaya
masyarakat itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
kepribadiannya.
Seseorang yang sedang melakukan proses internalisasi sangat mungkin
mengalami perang batin. Penyebabnya adalah nilai budaya yang ada
dinilai sudah usang atau irrasional, tetapi sebagai anggota masyarakat,
individu yang bersangkutan diharuskan bersikap konformitas guna
mengikuti kelakuan kolektif.
Proses internalisasi berlangsung dengan pelan-pelan, penuh kesabaran,
hati-hati dan memerlukan momen-momen yang tepat. Jika prosesnya
tergesa-gesa, sembrono dan tidak pada moment yang tepat maka
internalisasi akan mengalami kegagalan. Proses internalisasi dapat
berlangsung dengan keras, berat dan disiplin hanya pada lembaga-lembaga
tertentu, seperti lembaga pendidikan militer, kepolisian dan kedinasan
lainnya. Ini juga dilakukan untuk mencapai tujuan maksimal dari
sosialisasi.
4.
Adaptasi
Setiap manusia yang telah melakukan internalisasi terhadap budaya
yang diwarisinya diharapkan dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Menurut W
illiam A. Haviland (1999) adaptasi mengacu pada proses
interaksi antara perubahan yang ditimbulkan oleh organisme pada
lingkungannya dan perubahan yang ditimbulkan oleh lingkungan pada
organisme. Adaptasi adalah penyesuaian dua arah, yaitu antara organisme
dengan lingkungannya. Adaptasi sangat diperlukan agar semua bentuk
kehidupan dapat bertahan hidup termasuk manusia.
Bagaimana cara manusia beradaptasi? Menurut William A. Haviland
(1999), “manusia beradaptasi melalui medium kebudayaan pada waktu
mereka mengembangkan cara-cara untuk mengerjakan sesuatu sesuai
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
100
dengan sumber daya yang mereka temukan dan juga dalam batas-batas
lingkungan tempat mereka hidup. Di daerah-daerah tertentu, orang yang
hidup dalam lingkungan yang serupa cenderung saling meniru kebiasaan,
yang tampaknya berjalan baik di lingkungan itu”. Keberhasilan beradaptasi
akan menjadikan manusia sebagai pribadi yang selaras dengan lingkungan
budaya dan sosialnya.
Manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan hidupnya bersama
budaya yang dimilikinya. Manusia membuat pakaian dan tempat
berlindung seperti gua dan rumah agar dapat bertahan hidup dalam situasi
dan kondisi iklim dan cuaca buruk. Manusia membuat senjata seperti
tombak, panah, jaring perangkat agar dapat bertahan hidup dari terkaman
buaya. Sesuai dengan nalurinya sebagai makhluk berbudaya, manusia
mampu mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga taraf
hidupnya lebih unggul dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain.
Menurut William A. Haviland (1999), berburu dan meramu adalah
tipe adaptasi manusia yang tertua dan mendasar. Koentjaraningrat (1999)
menjelaskan; “berburu dan meramu merupakan mata pencaharian
manusia yang sangat berhubungan. Suku-suku bangsa pemburu biasanya
juga meramu, yaitu mengumpulkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan
akar-akar atau umbi yang dapat dimakan, dan bahkan mencari ikan.
Dalam Antropologi ketiga jenis mata pencaharian ini disebut dengan
ekonomi pengumpulan bahan pangan. Setelah bertahan selama hampir 2
juta tahun, berburu dan meramu mulai ditinggalkan dan hilang dari muka
bumi sejak abad ke-19, bersamaan dengan dikenal dan beralihnya manusia
ke pertanian.
Tipe adaptasi manusia selanjutnya adalah bertani. Menurut ahli sejarah
kebudayaan, Verre Gordon Childe yang dikutip oleh Koentjaraningrat
dalam buku Pengantar Antropologi (1999 : 53), penemuan kepandaian
bercocok tanam merupakan suatu peristiwa sangat penting dalam proses
perkembangan kebudayaan umat manusia, yang disebutnya suatu revolusi
kebudayaan. Dari bercocok tanam ladang yang berpindah-pindah ke
bercocok tanam yang menetap. Ada beberapa cara bercocok tanam
menetap, berawal dari bercocok tanan tanpa menggunakan tanpa bajak
(
hand agriculture
) hingga bercocok tanam dengan menggunakan bajak
(
plough agriculture
).
Kemajuan teknik pertanian menyebabkan melimpahruahnya hasil
pertanian. Kemakmuran akan diikuti dengan pertambahan jumlah
penduduk, atau bisa juga sebaliknya. Hal ini akan mendorong berubahnya
pemukiman petani menjadi kota. Kehadiran kota tentu membawa cara
Dinamika dan Pewarisan Budaya
101
hidup yang sama sekali baru. Perubahan lingkungan alam dan sosial harus
diikuti oleh adaptasi manusia terhadap lingkungan itu agar dapat bertahan
hidup. Muncul spesialisasi dalam berbagai bidang kehidupan yang
melahirkan profesi. Muncul tukang kayu, pandai besi, pemahat, pembuat
keranjang, pemecah batu, dokter, guru, pengacara, pengusaha, bankir,
montir, juru masak, tentara, dan sebagainya.
N. Proses Pewarisan Budaya pada Masyarakat
Tradisional
Ada beberapa saluran untuk pewarisan nilai-nilai budaya pada setiap
masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern. Saluran
pertama adalah melalui pengasuhan anak serta segala upaya enkulturasi
yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Saluran kedua adalah sistem
pendidikan yang bersifat formal, artinya di dalam sistem tersebut dikenali
adanya peranan yang jelas diperbedakan antara guru dan murid. Saluran
yang ketiga adalah kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang kurang
lebih dapat diikuti oleh umum, seperti pembacaan sastra, pergelaran seni
pertunjukan, penyimakan terhadap penggambaran relief pada bangunan
candi, upacara-upacara tertentu yang dihadiri oleh umum dan sebagainya.
Proses pewarisan budaya pada masyarakat tradisional pada umumnya
bertujuan untuk menegakkan tradisi-tradisi kemasyarakatan yang kuat,
yang menetapkan struktur dan peranan-peranan masyarakat. Proses
pewarisan budaya pada masyarakat tradisional berlangsung sejak masa
anak-anak hingga akhir hayat setiap anggota masyarakat, baik dalam
bentuk enkulturasi, sosialisasi, dan internalisasi. Proses pewarisan budaya
pada masyarakat tradisional sangat jelas tampak pada upacara-upacara
ritual kemasyarakatan. Agen perubahan kebudayan yang sangat penting
pada masyarakat tradisional adalah keluarga, tokoh masyarakat, dan
agama serta lembaga-lembaga masyarakat.
Keluarga merupakan sarana pewarisan budaya yang sangat penting
dalam masyarakat tradisional. Keluarga terbukti sangat ampuh dalam
mewariskan nilai-nilai budaya yang mengedepankan kepatuhan dan
kehormatan kepada orang tua, kejujuran, keadilan, nilai-nilai spiritual,
perihal hak dan kewajiban dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki
keluarga. Pada masyarakat tradisional, akan akan tumbuh menjadi
prototipe keluarganya terutama bapak dan ibunya. Bila bapaknya pandai
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
102
bertani maka anaknya juga akan pandai dalam bertani, bila ibunya suka
membuat kerajinan tangan, maka anaknya juga akan rajin membuat
kerajinan tangan.
Lembaga-lembaga masyarakat tradisional juga merupakan sarana
pewarisan budaya yang sangat penting. Contohnya adalah Desa, Marga,
dan Lembaga Keagamaan dan Paguyuban lainnya yang ada pada
masyarakat. Peran penting lembaga-lembaga masyarakat dalam proses
pewarisan budaya, sangat nyata melalui penyelenggaraan adat-istiadat
masyarakat, seperti nyadran, kenduren, resik desa, upacara perkawinan,
pesta panen, dan sebagainya.
Cerita-cerita rakyat juga merupakan sarana yang penting dalam
proses pewarisan budaya dalam masyarakat. Setiap cerita rakyat memiliki
nilai pesan budaya yang adi luhung, yang bertujuan mewujudkan pribadi
yang baik. Cerita-cerita rakyat ini diceritakan berulang-ulang dari generasi
ke generasi berikutnya, baik dalam lingkungan keluarga maupun
lingkungan sosial yang lebih luas, baik pada waktu bersantai maupun saat
serius. Cerita-cerita rakyat pada umumnya dikenal dengan mitos, legenda
dan dongeng.
1.
Mitos
Mitos adalah cerita tentang peristiwa-peristiwa semihistoris yang
menerangkan masalah-masalah akhir kehidupan manusia. Setiap
masyarakat pasti memiliki mitos, mitos pada dasarnya bersifat religius,
karena memberi rasio pada kepercayaan dan praktek keagamaan. Mitos
selalu bertemakan masalah pokok kehidupan manusia, seperti; dari mana
asal manusia dan segala sesuatu yang ada di dunia ini; mengapa manusia
ada di bumi, dan kemana tujuan manusia? Mitos memberikan gambaran
dan penjelasan tentang alam semesta y
ang teratur, yang merupakan latar
belakang perilaku yang teratur.
Berikut ini disajikan contoh mitos tentang asal mula segala sesuatu
menurut alam pikiran suku Fon di Dahomey, Afrika Barat. “Pada asal
mulanya bintang-bintang kelihatan pada malam maupun siang hari.
Bintang malam hari adalah anak-anak bulan, dan bintang siang hari anak-
anak matahari. Pada suatu hari bulan memberi tahu matahari bahwa anak-
anak mereka ingin bersinar melebihi mereka. Untuk menghindarkan hal
itu mereka sepakat mengikat bintang itu dalam karung dan
melemparkannya ke samudra. Matahari mengerjakan yang pertama, dan
membersihkan langit dari bintang-bintang siang hari. Akan tetapi, bulan
Dinamika dan Pewarisan Budaya
103
yang busuk itu tidak memenuhi kewajibannya dan membiarkan semua
anak-anaknya di langit malam. Anak-anak matahari menjadi ikan-ikan
yang berwarna cerah di samudra, dan sejak itu matahari menjadi
bebuyutan bulan, yang dikejar-kejarnya untuk membalas dendam karena
kematian bintang-bintang di lautan”.
2.
Legenda
Legenda adalah cerita semihistoris yang turun temurun dari zaman
dahulu, yang menceritakan perbuatan-perbuatan pahlawan, perpindahan
penduduk dan pembentukan adat kebiasaan lokal. Legenda merupakan
campuran antara realisme dan supernatural, perpaduan antara rasional
dan irrasional. Fungsi legenda adalah untuk menghibur dan memberi
pelajaran serta membangkitkan atau menambahkan kebanggaan orang
terhadap keluarga, suku atau bangsanya.
Berikut ini disajikan contoh legenda pendek yang memberi pelajaran,
milik orang
Abenakis Barat, yang berada di bagian barat laut New
England, Quebec Selatan. “ini cerita tentang seorang anak laki-laki yang
kesunyian yang biasanya berjalan-jalan ke tepi sungai di Odanak atau
turun bukit menuju kedua rawa di tempat itu. Ia biasanya mendengar
orang memanggil namanya, tetapi kalau ia sampai di kolam rawa-rawa
itu, tidak ada orang yang kelihatan atau terdengar. Akan tetapi kalau ia
berjalan pulang, ia mendengar namanya dipanggil-panggil lagi. Ketika ia
sedang duduk menunggu di tepi rawa datanglah seorang laki-laki yang
bertanya kepadanya, mengapa ia menunggu? Ketika anak itu
menceritakan kepadanya, orang tua itu berkata bahwa hal yang sama
terjadi pada zaman dahulu, apa yang didengarnya itu adalah makhluk
rawa dan menunjukkan rerumputan tinggi sebagai tempatnya
bersembunyi; sesudah memanggil ia akan menenggelamkan diri di
belakang mereka, orang tua itu berkata makhluk itu hanya ingin
menenggelamkan kamu. Kalau kamu pergi ke sana, kamu akan terbenam
di dalam lumpur. Lebih baik pulang saja”.
3.
Dongeng
Dongeng adalah cerita kreatif yang diakui sebagai khayalan yang
bertujuan untuk menghibur
. Dongeng bukanlah sejarah, meskipun
demikian ia berisi wejangan atau memberi pelajaran praktis kepada
masyarakat.
Berikut ini disajikan contoh dongeng dari Ghana, berjudul
Bapak,
Anak dan Keledai.
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
104
“Seorang ayah dan anaknya laki-laki menanam jagung;
menjualnya, dan menggunakan sebagai keuntungannya untuk
membeli keledai. Ketika musim kemarau tiba, mereka memanen talas
dan bersiap-siap mengangkutnya ke lumbung dengan menggunakan
keledai mereka. Si ayah naik di atas keledai dan bertiga mereka
memulai perjalanan mereka. Sampai mereka berjumpa dengan
beberapa orang. Heh, kau orang malas! Kata orang-orang itu kepada
si ayah. Kau biarkan anakmu yang masih muda itu berjalan
bertelanjang kaki di tanah yang panas itu. Sedang kamu duduk di
atas keledai? Tidak malu engkau! Si ayah memberikan tempatnya
kepada anaknya dan mereka meneruskan perjalanan mereka
bertemu dengan seorang wanita tua. Apa? Anak tidak berguna, kata
wanita itu. Kau biarkan ayahmu berjalan tanpa alas kaki di tanah
yang panas ini? Tidak malukah engkau. Anaknya turun, dan ayah
maupun anaknya berjalan kaki, dan ketika mereka menuntun keledai
itu di belakang mereka, mereka berjumpa dengan seorang laki-laki
tua. Heh? Kau orang-orang goblok, kata orang laki-laki tua itu. Kau
punya keledai dan kau berjalan tanpa alas kaki di tanah itu, dan
tidak menaiki keledaimu? Dan demikianlah seterusnya. Dengarlah
kalau kamu mengerjakan sesuatu dan orang lain lewat, kerjakanlah
saja apa yang kau sukai”.
Pewarisan budaya pada masyarakat sederhana berlangsung
dengan cara sederhana untuk mewujudkan tujuan yang sederhana
pula. Caranya sederhana karena pewarisan budaya dilakukan melalui
pertemuan dan pembicaraan langsung. Pertemuan ini juga sangat
didominasi oleh keluarga, khususnya antara orang tua dan anak.
Tujuannya sederhana karena pewarisan budaya hanya ditujukan
untuk mewariskan nilai-nilai, khususnya nilai-nilai yang hidup dan
berkembang dalam keluarga; kejujuran, kesetiaan, keadilan dan
sebagainya.
Pewarisan budaya dalam modernisasi diarahkan untuk mewujudkan
mentalitas pembangunan. Bila dikaitkan dengan bangsa kita, modernisasi
Indonesia berarti setiap usaha yang dilakukan bangsa Indonesia untuk
dapat hidup dengan zaman dan konstelasi dunia sekarang yang sedang
mengacu kepada Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat dan Jepang.
Dalam rangka modernisasi, bangsa Indonesia melaksanakan
Dinamika dan Pewarisan Budaya
105
pembangunan nasional dalam segala bidang kehidupan. Dari kegiatan
itu diharapkan muncul manusia Indonesia modern. Manusia yang dapat
menyesuaikan diri dengan zaman dan konstelasi dunia bahkan menjadi
pembaharu (pencipta ) zaman berikutnya.
O. Proses Pewarisan Budaya Pada Masyarakat Modern
Pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung dengan cara
yang canggih untuk mewujudkan tujuan yang terus berkembang menuju
modernisasi untuk mewujudkan tujuan yang sangat komperehensif. Cara
canggih karena pewarisan budaya tidak lagi hanya terjadi melalui
pertemuan langsung, tetapi juga melalui pewarisan langsung. Jarak tidak
lagi menjadi penghalang proses berlangsungnya pewarisan budaya akibat
ada dan berkembangnya teknologi komunikasi.
Cara canggih karena pewarisan budaya pada masyarakat modern
sudah berlangsung melalui media massa dan elektronik. Radio, televisi,
dan internet merupakan sarana pewarisan budaya yang berpengaruh besar
dalam kehidupan manusia. Pewarisan budaya berlangsung ketika
menonton televisi, mendengar radio dan membuka internet. Cara hidup
seseorang dapat tersebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia melalui
media komunikasi elektronik. Anak muda dengan bida meniri cara
berpakai artis top karena melihatnya melalui televisi atau membacanya
pada majalah.
Pewarisan budaya tidak lagi hanya terjadi dalam lingkup kehidupan
keluarga. Ruang lingkupnya sudah sangat luas, bahkan mencakup seluruh
dunia. Tujuan sosialisasi tidak pula hanya didominasi oleh tujuan keluarga;
tetapi juga sudah meluas akibat lahirnya organisasi modern, seperti negara.
Kehadiran negara sangat mempengaruhi tujuan pewarisan budaya, melalui
berbagai agen pewarisan budaya, negara bertujuan untuk mewujudkan
tujuan nasional dengan tujuan akhir terwujudnya modernisasi dalam
segala aspek kebudayaan.
Berdasarkan pengamatan terhadap modernisasi, hidup modern
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Arus komunikasi yang semakin global
dan cepat; Teknologi yang semakin canggih; Efisiensi dalam segala bidang;
Edukasi ( pendidikan ); Pembagian kerja; Urbanisasi; Konsumtif.
Modernisasi Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan pembangunan
nasional. Pada hakekatnya pembangunan nasional dilakukan untuk
memerangi kemiskinan dan kebodohan. Meskipun demikian, kita masih
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
106
juga mempunyai saudara-saudara yang hidup tertinggal dan miskin.
Pemerintah Indonesia telah berbuat banyak, di antaranya dengan
meluncurkan program WAJARDIKNAS 9 tahun, DTL, GNOTA dan
Jaringan Pengaman Sosial serta berbagai Proyek Tenaga Padat Karya.
Warga negara Indonesia harus mendukung hal tersebut dengan cara
mengembangkan sikap setia kawan, sederhana, hemat dan tidak
memamer-mamerkan kekayaan.
Bila kita amati, nyatalah pelaksanaan hidup modern mempunyai
kelebihan-kelebihan, di antaranya: Suka bekerja keras, rajin dan ulet;
Berpikir maju, aktif dan kreatif.; Tidak ketinggalan zaman. Di samping
kelebihan tersebut, pelaksanaan hidup modern juga memiliki kekurangan,
yaitu: Sering lepas kendali dari tatanan etika karena cenderung
meninggalkan nilai-nilai agama: masyarakat menjadi acuh tak acuh, egois
dan individualistis. Diharapkan pewarisan budaya Indonesia dapat
mewujudkan manusia Indonesia dengan kepribadian :
1.
Berorientasi pada masa depan.
2.
Memiliki hasrat tinggi untuk bereksplorasi.
3.
Berorientasi pada achievement.
4.
Percaya pada diri sendiri dan bekerja keras.
P. Perbandingan Proses Pewarisan Budaya pada
Masyarakat Tradisional dan Modern
Proses pewarisan budaya terjadi dari dahulu hingga sekarang.
Manusia saat ini dapat mengetahui budaya manusia beratus-ratus bahkan
beribu-ribu tahun yang lalu karena adanya pewarisan budaya dengan
menggunakan berbagai media budaya. Pada umumnya orang
membedakan pewarisan budaya pada masyarakat tradisional dan modern.
Menurut Koentjaraningrat (1999) “masyarakat tradisional merujuk pada
masyarakat yang ada pada abad ke-19 dan sebelumnya.” Atas dasar itu,
masyarakat modern adalah masyarakat yang hidup pada awal abad 20
sampai dengan sekarang.
Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional merujuk pada
pewarisan budaya yang terjadi pada masyarakat yang hidup pada abad
ke – 19 dan sebelumnya. Sedangkan pewarisan budaya pada masyarakat
modern menunjuk kepada proses pewarisan budaya yang terjadi pada
masyarakat yang hidup pada awal abad ke – 20 sampai dengan sekarang.
Perbedaan pewarisan budaya pada kedua jenis masyarakat itu di antaranya
Dinamika dan Pewarisan Budaya
107
dapat ditinjau menurut peranan lembaga kebudayaan, cara pewarisan
budaya, sarana pewarisan budaya dan kecepatan pewarisan budaya.
1.
Peranan Lembaga Kebudayaan
Ada 5 (lima) lembaga kebudayaan manusia yang sangat berperan
dalam pewarisan budaya dari generasi ke generasi. Kelima lembaga
kebudayaan itu adalah lembaga keluarga, lembaga pendidikan, lembaga
agama, lembaga ekonomi dan lembaga pemerintahan. Lembaga
kebudayaan yang sangat berperan dalam pewarisan kebudayaan dalam
masy
arakat tradisional adalah keluarga. Pada masyarakat tradisional,
orang tua, anak dan anggota keluarga lainnya sering menghabiskan waktu
bersama-sama, bersenda gurau dan saling bertukar cerita. Orang tua sering
menceritakan dongeng, mitos dan legenda sebagai penghantar tidur anak-
anaknya.
Lembaga kebudayaan yang sangat berperan dalam pewarisan budaya
dalam masyarakat modern selain keluarga adalah lembaga pendidikan,
lembaga agama, lembaga ekonomi dan lembaga pemerintahan. Pada
masyarakat modern, anggota keluarga sudah banyak menghabiskan
waktunya di luar rumah, orang tua asyik dengan pekerjaan dan anak lebih
banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, mulai dari sekolah, tempat
bermain dan tempat berlatih dan berolah raga. Fakta ini menunjukkan
bahwa lembaga pendidikan seperti sekolah merupakan lembaga yang
sangat penting dan utama dalam proses pewarisan budaya dalam
masyarakat modern.
2.
Cara Pewarisan Budaya
Cara pewarisan budaya pada masyarakat tradisional terjadi secara
sederhana, yaitu melalui tatap muka langsung, dari mulut ke mulut dan
praktik langsung. Masyarakat dengan tipe berburu mewariskan
keterampilan berburu dengan cara membawa langsung anaknya untuk
turut serta dalam berburu. P
ewarisan budaya dilakukan dengan tatap
muka langsung, ketika mitos, legenda, dan dongeng diceritakan, orang
tua bertatap muka langsung dengan anak-anaknya. Cara lainnya adalah
dari mulut ke mulut. Pewarisan budaya sering dilakukan secara berantai,
seseorang bercerita kepada temannya, yang kemudian bercerita kepada
orang lain, dan seterusnya.
Cara pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung secara
canggih, yaitu melalui tatap muka langsung maupun tanpa tatap muka.
Kecanggihan cara pewarisan budaya pada masyarakat modern terjadi
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
108
akibat dari penemuan teknologi komunikasi dan informasi canggih seperti
telepon,
handphone
, radio, televisi, dan internet serta alat percetakan yang
menyebabkan tersedianya berbagai jenis buku. Pewarisan budaya sudah
dapat dilakukan melalui teknologi komunikasi dan informasi, yang tidak
memerlukan tatap muka langsung. Media elektronik dan media massa
memiliki peranan penting dalam proses pewarisan budaya pada
masyarakat modern. Penghantar tidur manusia pada masyarakat modern
adalah dengan mendengarkan radio dan menonton televisi, sudah sangat
jarang orang tua yang membacakan dongeng kepada anak-anaknya
menjelang tidur.
3.
Sarana Pewarisan Budaya
Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional melibatkan sarana
yang sangat sederhana, yaitu pertemuan langsung dan dari mulut ke mulut
dengan melibatkan cerita-cerita rakyat, seperti mitos, legenda dan
dongeng. Karena sarananya yang sangat sederhana maka ruang lingkup
pewarisan budaya pada masyarakat tradisional sangat sempit dan kecil,
yaitu meliputi masyarakat satu keluarga dan satu desa.
P
ewarisan budaya pada masyarakat modern melibatkan sarana yang
sangat canggih, yaitu teknologi komunikasi dan informasi canggih seperti
telepon,
handphone
, radio, televisi, dan internet serta alat percetakan yang
menyebabkan tersedianya berbagai jenis buku. Karena sarananya yang
sangat canggih maka ruang lingkup pewarisan budaya pada masyarakat
modern sangat luas dan besar, yaitu meliputi masyarakat yang sangat
luas, bahkan meliputi seluruh dunia.
Sumber:
Media Indonesia 3 Agustus 2006 B
Gambar 2.20
Salah satu sarana pewarisan
budaya adalah dengan teknologi komunikasi
yang canggih seperti internet.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
109
Analogi Budaya:
Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada
diri kalian!
Manusia menciptakan budaya untuk mempertahankan
hidupnya dari ancaman dan kekuatan alam yang seringkali tidak
bersahabat. Kebudayaan adalah sesuatu hal yang dipelajari dan dialami
bersama secara sosial oleh masyarakat manusia. Kebudayaan setiap
4.
Kecepatan Pewarisan Budaya
Pewarisan budaya pada masyarakat tradisional berlangsung dengan
sangat lambat. Tipe masyarakat berburu dan meramu bertahan selama
2000 tahun, hal ini menunjukkan betapa lambatnya proses pewarisan
buday
a yang berujung pada lambannya perubahan budaya. Penyebab
lambatnya pewarisan budaya pada masyarakat tradisional adalah
sarananya yang masih sangat sederhana.
Pewarisan budaya pada masyarakat modern berlangsung dengan
sangat cepat. Kian kemari terjadi perubahan budaya yang sangat cepat.
Tipe masyarakat bercocok tanam ladang berubah cukup cepat menjadi
bercocok tanam tetap, dan selanjutnya berubah cepat menjadi tipe
masyarakat kota dengan berbagai spesialialisasinya. Kota berubah dengan
sangat cepat menjadi menjadi metropolitan dengan sistem informasinya
yang canggih. Hal ini menunjukkan terjadinya proses pewarisan budaya
yang semakin cepat kian kemari. Penyebabnya adalah cepatnya pewarisan
budaya pada masyarakat modern adalah sarananya yang sangat canggih.
Perkembangan teknologi informasi yang canggih dewasa ini
juga berpengaruh terhadap pewarisan budaya. Selain berdampak
positif juga negatif terhadap masyarakat terutama generasi muda.
Coba diskusikan dengan teman-teman kalian dan berikan solusi
yang tepat supaya perkembangan Iptek tersebut tidak berdampak
negatif terhadap masyarakat terutama generasi remaja sebagai
penerus dan pewaris budaya bangsa. Selain itu coba kalian berikan
juga contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari kalian dalam
menghadapi perkembangan iptek.
Rangkuman
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
110
masyarakat terdiri dari unsur-unsur kebudayaan yang merupakan
bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Secara garis besar,
unsur budaya dibagi menjadi tujuh yang dikenal dengan
Universal
Categories of Culture
yaitu peralatan dan teknologi.
Dinamika kebudayaan terjadi sebagai akibat dari adanya
interaksi antarmanusia dan kelompok sehingga terjadilah proses saling
mempengaruhi. Hal ini yang mendorong manusia selalu mengadakan
kerja sama dengan manusia lain atau kelompok lain sebagai bentuk
adaptasi dalam menghadapi lingkungan sehingga keberlangsungan
hidup manusia tersebut dapat berjalan. Melalui berbagai proses
kebudayaan seperti akulturasi, asimilasi atau difusi kebudayaan
mengalami perubahan. Ada 2 faktor yang menyebabkan terjadinya
dinamika kebudayaan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah perubahan penduduk, penemuan baru, ideologi, dan
invensi. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan fisik dan
pengaruh kebudayaan lain.
Berbagai konflik yang terjadi di daerah merupakan fakta sejarah
yang pernah ada di Indonesia akibat ketidakmampuan manajemen
dalam mengatur kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal ini
kemudian menimbulkan ancaman baru bagi terwujudnya integrasi
nasional yang memberikan keamanan dan kenyamanan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Lepasnya Timor Timur dari
wilayah negara Indonesia adalah salah satu bukti ketidakmampuan
bangsa ini dalam mengelola pluralitas bangsa. Berbagai perasaan
etnosentrisme dan primordialisme merupakan penghambat terjadinya
integrasi nasional karena perasaan akan kebanggaan terhadap budaya
sendiri secara berlebihan sehingga merendahkan kebudayaan lain.
Sebagai gantinya maka perlunya pengembangan kekuatan multietnik
yang tidak mengandung prasangka dan diskrimasi sehingga semua
dapat berjalan dengan adil.
Dinamika dan Pewarisan Budaya
111
Uji Kompetensi
A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara
memberi tanda silang (X) pada huruf
a, b, c, d
atau
e
!
1.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Ini merupakan
definisi kebudayaan menurut . . . .
a.
E.B Taylor
b.
Koetjaraningrat
c.
A.L. Kroeber
d.
Clifford Geertz
e.
Van de Berghe
2.
Kebudayaan kebendaan berupa alat-alat dan teknologi yang
diperlukan oleh masyarakat untuk menguasai alam, di dalam definisi
Selo Soemardjan termasuk dalam bagian yang disebut . . . .
a.
rasa
b.
cipta
c.
karya
d.
jiwa
e.
roh
3.
Dari sekian banyak simbol sebagai dasar kebudayaan yang terpenting
adalah . . . .
a.
agama
b.
bahasa
c.
stratifikasi sosial
d.
warna
e.
suara
4.
Di antara tiga wujud kebudayaan yang dikemukakan
Koentjaraningrat, yang bersifat abstrak, dan adanya di alam pikiran
manusia disebut . . . .
a.
sistem sosial
b.
sistem budaya
c.
sistem kepribadian
d.
artefak
e.
sistem norma
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
112
5.
Salah satu karakteristik kebudayaan adalah kebudayaan yang
didasarkan pada simbol. Di bawah ini yang dimaksud dengan simbol
adalah . . . .
a.
sesuatu yang mempunyai makna dan nilai tertentu dari
masyarakat
b.
sesuatu yang dilambangkan lain daripada benda (lambang) itu
sendiri
c.
sesuatu yang nilai dan maknanya berdasarkan bentuk fisiknya
d.
sesuatu hasil karya manusia
e.
sesuatu yang bersifat interaksi sosial manusia
6.
Kompleks kebudayaan adalah . . . .
a.
unit terkecil dari kebudayaan
b.
kumpulan dari unsur-unsur budaya
c.
kumpulan dari sistem norma yang ada di masyarakat
d.
kumpulan dari aktivitas dan perilaku masyarakat
e.
kumpulan dari sistem pranata yang ada di masyarakat
7.
Unsur budaya yang berfungsi sebagai pedoman bagi anggota
masyarakat untuk menyatakan rasa keindahan yang dapat dinikmati
secara bersama disebut . . . .
a.
sistem religi
b.
sistem budaya
c.
sistem kesenian
d.
sistem sosial
e.
artefak
8.
Wujud kebudayaan yang terdiri dari aktivitas manusia yang
berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain menurut
waktu dan pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan disebut . . . .
a.
sistem religi
b.
sistem budaya
c.
sistem kesenian
d.
sistem sosial
e.
artefak
9.
Hasil karya manusia yang mengatur masalah-masalah
kemasyarakatan dalam arti yang luas, misalnya keyakinan, ideologi,
maupun kepercayaan disebut . . . .
a.
rasa
d.
jiwa
b.
karsa
e.
roh
c.
cipta
Dinamika dan Pewarisan Budaya
113
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan
singkat dan tepat!
10. Masyarakat Jawa terkenal dengan sistem mata pencahariannya adalah
pertanian. Salah satu bagian dari sistem pertanian adalah sistem irigasi.
Sistem irigasi termasuk dalam kategori . . . .
a.
traits komplek
b.
cultural activity
c.
lembaga sosial
d.
unsur budaya
e.
items
1.
Jelaskan mengapa manusia menciptakan kebudayaan!
2.
Apa yang dimaksud dengan kebudayaan secara umum?
3.
Sebutkan tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat!
4.
Berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan unsur budaya yang
ada di masyarakat bermacam-macam!
5.
Sebutkan tujuh unsur kebudayaan menurut C. Khluckhon!
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
114
1.
Konsep dinamika budaya memandang kebudayaan sebagai . . . .
a.
hasil interaksi manusia denga manusia lain
b.
usaha untuk melangsungkan hidup manusia
c.
bagian dari kehidupan manusia yang sangat penting
d.
hasil karya manusia
e.
sesuatu hal yang selalu mengalami perubahan
2.
Kebudayaan bukan merupakan warisan biologis, sehingga perlu
adanya suatu proses pembelajaran, yaitu melalui . . . .
a.
sosialisasiz
d.
d
ifusi
b.
akulturasi
e.
inovasi
c.
asimilasi
3.
Golongan masyarakat yang mudah menerima kebudayaan asing,
yaitu . . . .
a.
pengusaha
d.
orang kaya
b.
guru
e.
birokrat
c.
generasi muda
4.
Apabila dua kelompok dengan kebudayaan yang saling berbeda
mengadakan hubungan dan saling bertukar kebudayaan disebut . . . .
a.
asimilasi
d.
amalgamasi
b.
akulturasi
e.
invention
c.
difusi
5.
Inovasi adalah salah satu unsur yang menyebabkan dinamika
kebudayaan. Inovasi adalah . . . .
a.
suatu proses pembaharuan dari pemggunaan sumber-sumber
alam, energi, modal, dan teknologi
b.
bercampurnya dua kebudayaan menjadi satu yang mampu
mengubah sifat khas kebudayaan itu sendiri.
c.
terjadinya perkawinan campuran antar kebudayaan yang
berbeda
d.
diterimanya unsur-unsur kebudayaan asing
e.
terjadinya penyebaran kebudayaan akibat migrasi manusia ke
daerah lain
Latihan Soal-soal Semester I
A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan cara
memberi tanda silang (X) pada huruf
a, b, c, d
atau
e
!
Latihan Soal-soal Semester I
115
6.
Di bawah ini unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima
adalah . . . .
a.
ideologi
b.
makanan pokok
c.
teknologi
d.
adat istiadat
e.
nilai dan norma budaya
7.
Akulturasi adalah proses sosial. Apabila suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari
suatu kebudayaan asing diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan merupakan definisi
menurut . . . .
a.
John C. Macionis
b.
Koentjaraningrat
c.
Mayor Polak
d.
Peter Berger
e.
Prof. Dr. Nasution, SH
8.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi adalah . . . .
a.
kurangnya pengetahuan akan kebudayaan kelompok lain
b.
prasangka dan stereotipe tentang suatu kelompok tertentu
c.
sifat takut akan kekuatan kebudayaan kelompok lain
d.
in group feeling
yang kuat
e.
amalgamasi
9.
Faktor pendorong manusia selalu membuat penemuan baru adalah
. . . .
a.
kesadaran masyarakat akan kekurangan dalam unsur
kebudayaannya
b.
perasaan superioritas ada individu lain dari kebudayaan lain
c.
unsur-unsur budaya yang dapat membawa manfaat
d.
adanya toleransi dengan kebudayaan lain
e.
terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam
masyarakat
10. Proses peniruan unsur-unsur budaya asing disebut . . . .
a.
imitasi
b.
difusi
c. asimilasi
d.
akulturasi
e.
inovasi
Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa
116
1.
Mengapa suatu masyarakat atau kelompok manusia selalu mengalami
perubahan?
2.
Jelaskan yang dimaksud dengan dinamika kebudayaan!
3.
Sebutkan faktor-faktor yang dapat mempercepat terjadinya asimilasi,
berikan contohnya!
4.
Apakah perbedaan antara kebudayaan ideal dan kebudayaan real?
5.
Mengapa manusia terus melakukan penemuan baru sebagai salah
satu kemajuan kebudayaan mereka?
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan
singkat dan tepat!